Menlu Retno: Polugri Bebas Aktif Indonesia Masih Sangat Relevan

14 September 2021 14:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menlu RI Retno Marsudi saa bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov di Jakarta, Selasa (6/7). Foto: Kemlu RI
zoom-in-whitePerbesar
Menlu RI Retno Marsudi saa bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov di Jakarta, Selasa (6/7). Foto: Kemlu RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengungkapkan sikapnya terhadap pelaksanaan politik luar negeri (polugri) Indonesia yang bebas aktif. Prinsip tersebut sempat ramai diperdebatakan apakah masih relevan atau tidak.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Retno disampaikan olehnya dalam diskusi virtual "Ulang Tahun ke-50 CSIS: Dialog Nasional Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia" pada Selasa (14/9).
“Pertama, saya berkeyakinan politik luar negeri bebas aktif masih sangat relevan saat ini," ungkap Menlu Retno dalam sambutannya.
"Beberapa kali saya mendengar orang berkata atau bertanya, ‘Politik luar negeri bebas aktif adalah manifestasi ketakutan kita [Indonesia] untuk mengambil posisi yang firm (kukuh),” lanjut dia.
Retno menyanggah pernyataan tersebut. Menurutnya, dengan prinsip politik bebas aktif, Indonesia dapat mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ ketika merespons suatu kejadian yang terjadi di dunia.
“Kalau boleh saya katakan, [perkataan] itu tidak benar dan tidak mencerminkan langkah diplomasi Indonesia selama ini,” tegasnya.
Dalam Pasal 3 UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, politik luar negeri bebas aktif bukanlah politik netral, tetapi polugri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap isu-isu internasional. Prinsip politik ini tidak mengikatkan diri pada satu kekuatan dunia tertentu.
Ruang aula yang menjadi saksi bisu Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955 Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Menlu Retno menjelaskan, dalam hubungan antarnegara, tekanan terhadap satu sama lain lazim adanya; dari tekanan yang paling halus hingga yang terkuat.
ADVERTISEMENT
“Di satu titik, saat saya harus mengatakan ‘tidak’ terhadap isu yang diajukan pihak lain, saya bisa mengatakan, ‘This is nothing against you, but this is my principle. This is nothing against your country, this is Indonesia’s principle,’ (Ini tidak menentang Anda, tetapi ini adalah prinsip saya. Ini tidak menentang negara Anda, ini adalah prinsip Indonesia),” jelasnya.
Oleh karenanya, menurut Retno, mencari kawan sebanyak-banyaknya di kancah internasional sudah mendarah daging dalam tubuh Indonesia.
Salah satu contoh paling terkenal dari penerapan politik bebas aktif adalah partisipasi Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB).
“Dalam DNA [politik luar negeri] kita juga, kepentingan nasional berada di atas segalanya. Politik luar negeri Indonesia tidak pernah mengajarkan permusuhan, tapi prinsip-prinsip yang harus dihormati semua negara,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT