Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Menlu Retno: Rute Penyaluran Bantuan dari RI ke Jalur Gaza Harus Diubah
31 Oktober 2023 14:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi , mengatakan rute penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza perlu diubah supaya menghindari pemeriksaan tentara Israel yang memakan waktu lama.
ADVERTISEMENT
Saat ini, satu-satunya pintu masuk menuju wilayah kantong tersebut adalah penyeberangan Rafah yang terletak di perbatasan Mesir. Tapi, Israel menerapkan pemeriksaan ketat untuk setiap truk pengangkut bantuan yang melintas — bahkan membatasi jumlahnya.
Menekankan bagaimana menyedihkannya kondisi jutaan orang yang saat ini terkepung dengan keterbatasan akses ke air bersih, makanan, listrik, dan bahan bakar, Retno mencari cara agar lebih banyak truk pengangkut bantuan kemanusiaan bisa tiba di Jalur Gaza.
"Saya sudah komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Mesir untuk bantuan di-drop di Al Arish, 40 km dari Rafah. Tapi sekali lagi, rutenya harus diubah karena harus lewat pemeriksaan [Israel]," ujar Retno pada Selasa (31/10).
Retno menambahkan, kloter pertama keberangkatan bantuan dari Indonesia ke Jalur Gaza akan dimulai pekan ini. Bantuan itu, kata Retno, bukanlah yang pertama dan terakhir.
ADVERTISEMENT
"Pemberangkatan minggu ini, bantuan ini bukan yang pertama dan terakhir. Jadi akan ada lanjutan pemberangkatan bantuan ke Gaza via Mesir," jelas Retno.
Lebih lanjut, Retno mengatakan bantuan kemanusiaan itu diperoleh tak hanya dari pemerintah Indonesia — tetapi juga organisasi seperti Palang Merah Indonesia (PMI), Baznas, dan Indo Humanitarian Alliance.
Namun, Retno mengaku masih belum bisa memastikan secara pasti kapan pemberangkatan dilaksanakan. "Akan diberangkatkan minggu ini tapi kita sedang cari waktu yang pas untuk pemberangkatan. Semua sudah dibahas di kabinet," ucap Retno.
Adapun sejak serangan masif Hamas 7 Oktober lalu, zionis Israel telah memberlakukan 'pengepungan total' di Jalur Gaza — lalu menjadikan area ini sebagai target serangan brutal tanpa pandang bulu. Israel lalu menutup seluruh pintu masuk ke Gaza, termasuk Rafah, sehingga tak ada bantuan dari luar yang bisa tiba di Gaza.
ADVERTISEMENT
Setelah menerima desakan internasional, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemudian mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza — tetapi pada saat bersamaan membatasi setiap truk maksimal 20 hari setiap harinya.
Padahal, menurut PBB, sedikitnya diperlukan bantuan kemanusiaan dari 100 truk per hari ke Gaza untuk memenuhi kebutuhan sekitar 2 juta orang di sana yang bertahan hidup di bawah gempuran Israel.
"Kita sedang bekerja supaya banyak truk yang masuk ke Gaza. Karena situasi sangat buruk," tegas Retno.
"Ini PR besar yang sedang diupayakan, karena sejauh ini truk-truk yang masuk maksimal 20. Itu juga melalui pemeriksaan ketat dari Israel. Semula jalurnya Al Arish ke Rafah, tapi ke pemeriksaan itu truk [harus] jalan lebih jauh," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Retno mengatakan, kondisi di Jalur Gaza saat ini sangat parah dan menyedihkan. Penduduk di sana mulai kekurangan akses ke air bersih sehingga wabah kolera — yang menyebar lebih cepat seiring dengan musim dingin yang mendekat, mulai bermunculan.