Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menyibak Pompeii, Legenda Kota Romawi Bergelimang Dosa
7 Juli 2017 8:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Letusan Gunung Vesuvius di Naples, Italia, tahun 79 Sebelum Masehi yang membenamkan Pompeii, kota zaman Romawi Kuno, sampai sekarang masih terus menyisakan misteri. Yang terbaru ramai diperbincangkan ialah penemuan jasad manusia yang membatu dengan posisi tangan menyentuh selangkangan.
ADVERTISEMENT
Meski Parco Archeologico di Pompei --lembaga pengawas khusus untuk memantau warisan arkeologi Naples dan Pompeii-- segera mengklarifikasi bahwa jasad tersebut bukan seperti yang dibicarakan banyak orang (bermasturbasi), jagat maya kadung bersukaria, tertawa geli bersama.
Sudah banyak jasad ditemukan di Pompeii. Mereka menjadi korban ketika kotanya musnah seketika, ditelan awan panas yang menyapu dan mengubur Pompeii di bawah abu vulkanik setebal lima meter.
Tragedi meletusnya Gunung Vesuvius yang membenamkan kota kuno Pompeii di bawah kota modern Naples kini, lantas selalu jadi objek rasa penasaran manusia. Rumor dan spekulasi berembus seiring riset yang terus dilakukan sejak 1748 ketika Pompeii digali dari kedalaman perut bumi.
Bencana yang menimpa Pompeii diartikan dalam bermacam makna. Pompeii jadi situs sejarah bernilai tinggi bagi peneliti Romawi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Pompeii memiliki citra negatif dalam sejarah manusia. Layaknya cara pikir bahwa bencana selalu merupakan azab langit atas perilaku manusia yang tamak dan ugal-ugalan, Pompeii pun punya cap buruk sendiri: kota yang dikutuk karena perzinaan.
Bagi orang Romawi, Pompeii memang surga. Jika kini kita mengenal Las Vegas yang kerap disebut sebagian orang sebagai kota para pendosa, Kerajaan Romawi Kuno sudah lebih dulu punya Pompeii --surga dunia.
Di Pompeii, industri hiburan dan seks berdenyut kencang. Kisah-kisah sensual yang aduhai seronoknya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Fakta, legenda, dan mitos bercampur baur.
Dalam tulisan kuno Affairs of the Heart karangan penulis dengan nama pena Lucian, dikisahkan dua orang bernama Charicles dan Callicratidas melakoni perjalanan.
ADVERTISEMENT
Dua orang yang terobsesi terhadap kejantanan itu, di tengah jalan mendapati sebuah taman mewah. Keduanya menyusuri taman indah itu, hingga akhirnya langkah mereka terhenti oleh sebuah patung.
Pose dan aura patung itu amat menggoda, dan suasana begitu syahdu, menggoda iman Charicles dan Callicratidas. Mereka kemudian mulai melakukan tindakan aneh. Mencium dan memegang organ vital patung. Keduanya lantas tinggal semalam dan bersenggama.
Persetubuhan tersebut membuat keperjakaan mereka terenggut. Menyesal, Charicles dan Callicratidas memutuskan untuk bunuh diri.
Kisah tersebut adalah cerita rakyat yang menggambarkan Pompeii. Peringatannya cukup jelas: datang ke kota itu dapat menggoda iman siapapun.
Barang-barang temuan di reruntuhan Pompeii menunjukkan bagaimana seks menjadi napas kota itu. Beberapa artefak hasil galian sejak abad ke-18 menunjukkan karya seni Pompeii kerap berbau berahi.
ADVERTISEMENT
Phallus atau penis ereksi mewujud dalam ragam karya seni, mulai pahatan dinding hingga patung. Bahkan, phallus jadi simbol keberuntungan masyarakat Pompeii.
Film dokumenter Sex in the Ancient World: Prostitution in Pompeii garapan Kurt Sayenga pun menunjukkan banyak pahatan phallus di reruntuhan bangunan Pompeii. Belum lagi lukisan sejoli bercinta terpajang vulgar di sana sini. Bahkan, lebih liar lagi, terdapat patung dewa bersenggama dengan kambing.
Analisis arkeolog University of Cambridge, Professor Andrew Wallace-Hadrill, menyebutkan bahwa artefak dan bangunan di Pompeii mengindikasikan prinsip masyarakat yang begitu menggandrungi seks.
Wallace-Hadrill juga mengatakan, komodifikasi seks adalah sesuatu yang jamak dan menjadi ciri khas Pompeii di antara kota Romawi lain.
Hal tersebut misalnya terlihat pada beberapa bangunan yang memiliki ukuran besar dan berisi kamar-kamar kecil dengan jumlah banyak. Kamar-kamar itu disebut cellae meretriciae, dan rumah tersebut secara gamblang disebut rumah bordil.
Rumah bordil paling terkenal adalah Lupanare Grande yang berlokasi tepat di pusat kota Pompeii. Bangunan dua lantai yang dijuluki rumah bordil tertua dalam sejarah dunia ini, pada bagian dalam temboknya dipenuhi gambar pornografi.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan arkeolog Profesor Thomas McGinn, prostitusi di Pompeii benar-benar terstruktur rapi. Pompeii memiliki setidaknya 41 rumah bordil komersial yang tersebar di seantero kota. Masing-masing memiliki fasilitas andalan dengan variasi layanan seks, mulai teater bugil, mandi kucing, hingga layanan dansa. Amfiteater Pompeii yang megah tak jarang pula menawarkan atraksi tari telanjang.
Kenapa industri seks bisa laju di Pompeii? Salah satunya, karena 80 persen penduduk Pompeii berasal dari kalangan menengah ke bawah yang mudah tergiur pada gelimang uang. Pun, para tuan pemilik rumah bordil mendapat dukungan dari seluruh masyarakat
Prostitusi Pompeii tersohor ke seluruh wilayah Roma. Selain memiliki banyak tempat lokalisasi, jasa seks di Pompeii terbilang murah dibanding di wilayah lain Romawi. Jika di kota lain seperti Roma jasa seks bisa mencapai 6 hingga 8 asses (mata uang Romawi), di Pompeii cukup 2 asses.
ADVERTISEMENT
“Seks adalah mata uang di Romawi kuno,” tulis McGinn.
Masyarakat Romawi yang secara umum patriarki, tak begitu menganggap seks sebagai ruang privat. Bagi laki-laki Romawi, melakukan penetrasi seksual adalah bentuk kegagahan yang selalu mereka dambakan.
McGinn mengisahkan, ada sebuah situs yang dahulunya merupakan rumah mewah milik golongan kaya. Tak ada ciri fisik bangunan layaknya rumah bordil. Namun ketika menyusuri lebih dalam, terdapat satu ruangan dengan karikatur dan pahatan layaknya rumah bordil.
Tempat tersebut ternyata biasa digunakan pemilik rumah untuk pesta seks dengan mengundang pekerja seks komersial atau teman perempuannya.
Pada masa jayanya, Pompeii menjelma kota hiburan yang digandrungi di Mediterania. Posisi strategisnya sebagai kota penghubung perdagangan komoditas dan jalur transportasi, membuat banyak orang mampir ke Pompeii untuk bersenang-senang.
ADVERTISEMENT
Bila dunia mengenal jargon what happens in Vegas stays in Vegas yang artinya kira-kira “Segala sesuatu yang menyenangkan hanya terjadi di Vegas, dan setelahnya akan menjadi kenangan,” tak berlebihan bila pada masa Romawi Kuno slogan tersebut berbunyi what happens in Pompeii stays in Pompeii.
Selanjutnya, abu vulkanik Vesuvius menyapu dan menyekapnya dalam kolam kenangan.