Mien Uno Anggap Tindakan Polisi saat Aksi 22 Mei Brutal

30 Mei 2019 21:08 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibunda Sandiaga Uno, Mien Rachman Uno dan Titiek Soeharto berdoa bersama Pendukung Prabowo-Sandi di TMII, Jakarta, Kamis (30). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ibunda Sandiaga Uno, Mien Rachman Uno dan Titiek Soeharto berdoa bersama Pendukung Prabowo-Sandi di TMII, Jakarta, Kamis (30). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Ibunda cawapres 02 Sandiaga Uno, Mien Rachman Uno, turut hadir dalam acara doa bersama presidium emak-emak di Masjid At-Tin, Jakarta Timur. Sama seperti tamu undangan lainnya, Mien juga diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutannya di hadapan para pendukung Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Dari pantauan di lokasi, Mien tampak berkaca-kaca saat berbicara di depan puluhan pendukung paslon 02. Dalam sambutannya, ia menyinggung soal aksi 22 Mei yang memakan banyak korban, termasuk korban jiwa. Bahkan, Mien menyebut tindakan aparat saat itu cukup brutal.
"Seakan-akan anak-anak ini (korban 22 Mei) tak berharga, padahal mereka adalah aset bangsa. Di manakah nilai-nilai kemanusiaan itu, yang dipertontonkan nyata melalui tindakan-tindakan brutal para penegak hukum," kata Mien di Lokasi, Kamis (30/5)
Dia mengaku berbicara sesuai dengan apa yang ia rasakan. Mien merasa sangat berduka karena nilai kemanusiaan diabaikan. Akibatnya, ada korban yang jatuh akibat peluru tajam pada aksi 22 Mei lalu.
"Kepada ibunya Harun enggak ada yang bisa saya berikan, duka saya mewakili umat manusia," katanya.
Sejumlah anggota Brimob saat berjaga di kawasan Bawaslu. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Tak hanya itu, dia juga berapi-api saat menyampaikan pandangannya. Sebagai orang yang lahir sebelum proklamasi kemerdekaan, Mien menilai aksi 22 Mei itu bukan perang, namun aksi damai.
ADVERTISEMENT
"Bukan perang ini aksi damai. Untuk menuntut keadilan dan kejujuran hanya itu yang kami minta. Ibu-ibu sekalian apapun yang terjadi adalah tanggung jawab pemerintah," sebutnya.
Sebelumnya, hingga 24 Mei 2019 pukul 07.00 WIB, Dinas Kesehatan DKI mencatat ada 905 korban kerusuhan yang digelar pada 21 Mei hingga 23 Mei di Jakarta. Dari jumlah tersebut, delapan orang di antaranya meninggal dunia.
"Delapan orang yang meninggal itu semuanya laki-laki dengan rentang usia antara 16 hingga 31 tahun," jelas Kadis Kesehatan DKI Widyastuti dalam keterangannya, Jumat (24/5).