Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Relawan ialah kunci pemenangan capres. Sejauh ini, pertarungan relawan di kubu Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi terbilang imbang. Jokowi banyak menggunakan organ lama relawan yang sudah aktif sejak Pilpres 2014. Sementara Prabowo punya banyak kelompok relawan baru, termasuk yang berbasis milenial.
ADVERTISEMENT
Seberapa kuat sebetulnya militansi relawan di kedua kubu capres? Berikut wawancara kumparan secara terpisah dengan Direktur Relawan TKN Jokowi-Ma’ruf Maman Imanulhaq yang juga berada di Timses Jokowi pada Pemilu 2014, dan Direktur Relawan BPN Ferry Mursyidan Baldan.
Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Maman Imanulhaq
Seberapa signifikan peran relawan menurut Anda?
Kalau parpol melakukan mobilisasi, relawan partisipatif. Kalau parpol itu budgeting sedikit tinggi dan sangat institusional, komando, relawan lebih kreatif tapi risikonya lebih besar. Sebesar apa pun relawan, tidak ada yang bisa menandingi partai.
Ketika Jokowi menjadi gubernur, relawan itu mulai mengkristal. (Jokowi) dianggap harapan baru. Dia lahir bukan dari elite partai, tapi orang biasa. Dia tidak lahir dari budaya feodalistik. Militansi relawan (pada 2014) masih mengacu ke nilai-nilai itu sebagai sebuah harapan.
Apa beda relawan Jokowi yang dulu dan sekarang?
ADVERTISEMENT
Di 2019, dari sisi kuantitas, relawan hampir sama dan relatif lebih banyak. (Di kubu Jokowi) sekitar 2.000-an. Kalau 2014 itu ada sekitar 1.600 sampai 1.700-an yang teregistrasi.
Militansi di 2014 saya rasakan. Selalu ada dukungan dari tangan tak terlihat ketika saya bikin acara. Waktu acara seribu lilin di Tugu Proklamasi, santunan di mana-mana. Ada orang yang ngasih kaus, ngasih sarung. Jadi ke mana pun relawan bergerak, selalu ada tangan yang ngasih.
Nah, di 2019 ini, tangan-tangan itu hilang. Ketika militansi relawan sudah mulai berkurang tapi jumlah organ relawan bertambah, sebagian besar relawan itu justru sangat yakin uang akan datang dari TKN.
Perbedaan relawan di 2014 dan 2019 itu, relawan yang minta logistik dan APK itu (sekarang) membuat bising. Selain itu, perlu diingat, sebagai tulang punggung pemenangan, tugas relawan itu mendekatkan Jokowi ke rakyat melalui program dan prestasi Jokowi.
ADVERTISEMENT
Untungnya Jokowi punya investasi kerja prestasi, kalau hanya mengandalkan logistik susah.
Jadi nuansa militansi relawan yang sekarang beda dengan di 2014?
Sedikit sekali relawan di 2014 yang minta. Karena militan, tangan-tangan yang tidak terlihat itu lebih banyak. Today, mereka menganggap Jokowi petahana, menganggap uangnya ada, menganggap TKN sumber uang.
Padahal TKN hadir bukan sediakan uang, hanya memfasilitasi dan memediasi. Saya tidak bisa memenuhi keinginan relawan yang teriak-teriak soal kaus dan APK.
TKN tugasnya hanya: satu, memfasilitasi; dua, memediasi. Misalnya di satu tempat ada kelompok yang mau gerak, lalu di daerah itu ada donatur. Tugas TKN pada konteks itu membantu relawan dengan relawan komunikasi sesuai kapasitas mereka, baik teritorial atau kerja-kerja cyber troopers.
ADVERTISEMENT
Saya selalu menjaga agar relawan-relawan itu tidak menjadi tempat politik transaksional.
Dari 2000-an relawan Jokowi, berapa yang benar-benar kerja?
Saya lihat persentasenya tidak lebih dari 30 persen, hanya 600-an. Itu besar.
Cara kerja relawan bagaimana?
Kami sering rapat di TKN. Lalu disebutkan (target pemenangan di) daerah-daerah mana saja. Target awal misalnya memenangkan 10 daerah yang kami kalah di 2014. Lalu menentukan battleground di mana. Kami serap lalu share.
Ada relawan baru di kubu Jokowi?
Komunitas Muslim. Ada Milenial Muslim Bersatu, ada juga Jomin yang khusus di isu kedaulatan pangan dan ekonomi. Mereka bikin kelompok relawan berbasis muslim kayak Samawi yang khusus mengurus Kiai Ma’ruf Amin.
Ada juga relawan Brigade 01. Itu lebih kepada milenial muslim pendukung Ma’ruf Amin. Ia berbasis pesantren dan lumayan besar.
ADVERTISEMENT
Ini beda dengan 2014. Di 2014, kami tidak menemukan relawan berbasis komunitas muslim yang masif seperti ini. Jadi mereka ini banyak yang remaja masjid, mahasiswa-mahasiswi kampus Islam, aktivis Islam moderat, santri.
Bagaimana sinergi partai dan relawan dalam berupaya memenangkan Jokowi-Ma’ruf?
Sesungguhnya, partai dan relawan bisa disatukan. Sistem dimiliki partai, tapi spirit melakukan perubahan partisipatif ada di relawan. Ini sinerginya.
***
Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan
Berapa banyak kelompok relawan di kubu Prabowo?
Tiap hari tambah terus. Wah, banyak. Terakhir kita update ada 1.300-an lebih. Tapi kita lagi sisir lagi, karena ada juga yang tercatat namanya di pusat, (tapi) di kabupaten, di provinsi enggak ada.
Kita tidak pernah mendefinisikan relawan, tapi ada kelompok masyarakat yang bekerja, bergerak, dengan nama apa pun, tidak berhubungan dengan struktur. Biar saja.
ADVERTISEMENT
Kalau di sini ada (relawan), terus di sana juga ada dengan nama yang sama, ya enggak apa-apa. Bahkan tiga orang pun sudah saya anggap kelompok relawan. Enggak usah 100, 1.000, enggak usah.
Kalau ada 1000 orang tapi enggak kenal? Makanya parameternya militansi. Tapi saya targetkan, kalau minggu ini cuma tiga orang, bisa enggak minggu depan jadi enam (relawan)? Minggu depannya jadi sembilan, dan seterusnya.
Militansi itu jauh lebih penting. Semangatnya harus terus. Yang terpenting bergerak apa adanya, dengan apa yang kita punya. Jangan nanti relawan itu selalu pertanyaannya, “APK dong, APK.” Ya saya bilang, “Kapan geraknya kalau gitu terus?”
Makanya yang penting itu militansi. Sebetulnya relawan itu cukup dengan satu baju, kita kasih logo, keliling. Itu sudah relawan, itu kerja relawan.
Kelompok relawan mana yang punya massa paling banyak?
ADVERTISEMENT
Emak-emak dari berbagai macam nama (kelompok relawan). Di setiap acara relawan itu pasti hampir 60-70 persen emak-emak.
Kita (BPN) tidak ada larangan-larangan atau aturan-aturan. Tapi kita juga harus jeli, jangan sampai ada relawan yang merugikan kita. Karena begitu dia relawan melakukan hal yang membuat kita rugi, maka otomatis status dia sebagai relawan gugur.
Berapa massa emak-emak di kelompok relawan?
Banyak, ribuan. Itu bertambah terus. Emak-emak ini kalau udah kumpul rame. Tapi saya bilang ke mereka, banyak massa juga tidak guna kalau enggak bergerak. Yang terpenting itu bergerak, bekerja.
Enggak usah banyak-banyak, yang penting militansi dan kerja. Itu baru relawan.
Dari milenial banyak juga, ada Generasi Milenial Indonesia, kreatif-kreatif lagi. Mereka ada yang pengusaha muda, influencer. Latar belakangnya macam-macam. Mereka juga aktif bikin kegiatan sosialisasi. Kerja mereka kita pantau.
ADVERTISEMENT
Saya tidak pernah menugaskan mereka secara khusus, tapi yang saya minta ke mereka itu jangan sampai kerjanya tumpang tindih. Harus ada pembagian teritori. Misalnya, kelompok A di Jateng, kelompok B di Jatim, terus sampai bawah tingkat kota sampai desa.
Ada masalah khusus yang dihadapi relawan?
Kalau masalah yang berarti, enggak ada. Cuma yang kita tidak ingin, relawan itu dobel. Kalau sudah tercatat di sini, enggak boleh lagi tercatat di tempat lain. Ini yang kita pantau, kita verifikasi lagi. Kita enggak mau kalau itu-itu saja namanya, karena kerjanya enggak efektif.
Bagaimana dengan logistik?
Logistik sama sekali enggak jadi masalah. Relawan -relawan ini enggak minta logistik. Mereka jalan sendiri, cetak ini, cetak itu, bikin kaos, bikin spanduk. Tapi ada juga yang kita supply APK, tapi tidak pernah banyak.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT