Millenials Enggak Selalu Negatif, Kok!

3 Agustus 2017 17:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chandra Liow Millenial Sage Wealth Wisdom (Foto: Prima Gerhard/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Chandra Liow Millenial Sage Wealth Wisdom (Foto: Prima Gerhard/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Generasi milenial, atau mereka yang lahir pada rentang tahun 1980 hingga 2000-an, seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi masa kini membuat millenials lebih memilih untuk tampil eksis di media sosial ketimbang di lingkungan nyata.
Ratih Ibrahim, seorang psikolog, dalam konferensi tahunan di Wealth Wisdom yang bertajuk 'Wealthy Self Image', memaparkan bahwa Millenials kecanduan media sosial karena perilaku narsisme yang ada dalam diri mereka.
"Dalam survei yang dilakukan Personal Growth, 67,11 persen Millenials menggunakan sosmed untuk mencari teman baru dan membuat good impression," jelasnya di Ritz-Carlton Ballroom, SCBD, Jakarta Selatan (3/8).
"Mereka kebanyakan waktu untuk melihat layar HP itu adalah lebih dari 5 jam sehari. Survei dari Permata Bank mengatakan bahwa 54 persen responden menyatakan jika mereka takut ketinggalan informasi kalau tidak buka medsos," lanjutnya.
Lalu apakah perilaku narsis itu sendiri berbahaya?
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, fine aja sih. Tapi harus bisa mengendalikan dorongan-dorongan itu supaya enggak jadi narcissistic personality disorder," bebernya.
Narcissistic personality disorder merupakan sebuah gangguan daya kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya di media sosial hampir tidak ada. Lalu bagaimana caranya agar Millenials mampu mengendalikan diri mereka di media sosial?
Salah satu caranya adalah dengan mengelola image.
"Selama ini kan kita berlomba-lomba terlihat cantik atau ganteng di media sosial. Tapi di kehidupan nyata? Ternyata enggak sesuai, kan. Jadi sekarang kira tuh memang harus 'Do judge a book by its cover'. Maksudnya adalah, sebagai anak muda, kita harus tahu gimana mengemas diri secara baik," beber dia.
Selain itu, Millenials juga harus punya karakter untuk menunjukkan otentisitas diri yang tidak dapat ditiru oleh orang lain. Millenials harus membangun image positif dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
"Belajar menerima kekurangan, don't bully yourself, fokus pada apa yang bisa kamu lakukan, dan jangan terlalu banyak membandingkan dirimu dengan orang lain," kata dia.
Chandra Liow, seorang Youtuber, merupakan salah satu contoh Millenials yang mampu menggunakan media sosialnya secara bijak, dan bahkan ia bisa mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang ia lakukan sesuai passion-nya tersebut.
Saat ini, pria berusia 24 tahun tersebut sudah memiliki sekitar 1,3 juta subscribers. Dan kini, ia bahkan mulai merambah ke dunia film juga.
"Enggak mudah ya buat gue sampai di sini. Dimulai dulu dari hobi gue tahun 2008 bikin akun Youtube dan upload video gue sulap, kemudian berganti jadi beatbox," kata Chandra di forum yang sama.
ADVERTISEMENT
"Dari situ gue baru belajar editing. Baru sadar passion gue jadi digital content creator. Sempat Youtube gue enggak laku sama sekali. Di situ gue belajar dibenci sama orang-orang. Sempet ngerasa gue enggak cocok di situ. Terus gue belajar, kalau gue enggak bakal ketemu haters secara langsung kan, jadi ya udah," sambung anak muda ini.