Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mitos Pesugihan & Kesaktian di Lokasi Ritual Maut Pantai Payangan Jember
15 Februari 2022 16:22 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Lokasi Pantai Payangan di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember yang menelan 11 korban jiwa dari peserta ritual kelompok Tunggal Jati Nusantara diwarnai dengan beragam mitos dan cerita klenik.
ADVERTISEMENT
Di antaranya, desas-desus dalam hal gaib yang menyebut bahwa Pantai Payangan sebagai tempat ritual untuk petunjuk mendapat harta kekayaan maupun ilmu kesaktian kanuragan.
Kabar mitos itu dibumbui dengan gambaran berbagai hal yang bertujuan untuk meyakinkan. Seperti misalnya, di situ terdapat batu karang berupa bukit di tengah laut yang subur dengan tumbuh-tumbuhan. Bukit itu disebut dengan nama Syarat.
Bukit Syarat diapit oleh dua bukit lainnya, yakni Semboja dan Suroyo. Salah satu bukit di atasnya terdapat makam tua yang dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan 'Pati Ulung'.
Bagi warga setempat, Pantai Payangan dimaknai sebagai tempat mencari penghidupan nyata. Sama sekali bukan sekonyong-konyong hal gaib, walaupun mereka tetap menghormati alam untuk hidup berdampingan.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau makan, ya cari ikan. Istri saya buka warung untuk wisatawan yang datang. Saya dari lahir sampai sekarang hidup di sini, tidak pernah ikut ritual aneh-aneh," kata Suwono, warga kampung nelayan yang juga disebut Payangan.
Namun, anggapan Pantai Payangan sebagai tempat sakral justru banyak menghinggapi warga dari daerah luar. Suwono kerap melihat orang yang cenderung berlaku klenik datang untuk menggelar ritual tertentu.
"Tidak setiap malam, tapi sering orang-orang datang. Kadang beberapa, tapi juga bisa belasan sampai puluhan orang. Biasanya, jalan keliling bukit, ada juga yang bertapa tengah malam atau berendam di dalam pantai. Katanya mereka itu mau cari pesugihan atau ingin sakti," ulas Suwono.
Padahal, sepengetahuan Suwono, semula Pantai Payangan hanya tempat sandar perahu nelayan. Bukit-bukit di pinggir pantai adalah benteng alami untuk melindungi perkampungan nelayan dari terjangan angin lautan.
ADVERTISEMENT
Sesekali Pantai Payangan dipakai pasukan TNI untuk berlatih menembak atau pun berenang. Tapi, belakangan sudah tiada aktivitas militer selepas perkembangan Pantai Payangan menjadi kawasan wisata.
Perubahan kampung nelayan ke wisata alam itu mengikuti daerah sebelah di Pantai Watu Ulo dan Pantai Papuma yang sangat diminati wisatawan.
Warga senang dengan wisatawan. Sedangkan, kepada pendatang yang kegiatannya ritual sampai berendam di pantai biasanya direaksi keras oleh warga. Apalagi, jika sampai ritual klenik yang berlebihan.
Reaksi kurang nyaman seperti ditunjukkan warga kepada rombongan kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Warga mau pun Saladin, juru kunci makam 'Pati Ulung' memperingatkan agar mereka tidak masuk ke laut.
Peringatan keras tidak digubris. Kelompok ritual Tunggal Jati yang datang pada Sabtu, 12 Februari 2022 dan berendam di pantai tengah malam berujung tragis.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 11 dari 24 orang peserta ritual meninggal dunia digulung ombak.
"Sudah diperingati oleh Pak Saladin, beliau Juru Kunci sini. Tapi tetap saja mereka yang datang melakukan ritual masuk laut. Ya, terjadilah kecelakaan itu," kata salah seorang warga Pantai Payangan, Jumadi.
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo menyatakan, anak buahnya masih menyelidiki penyebab kematian 11 orang ini. Musababnya, para korban sampai ke Pantai Payangan atas ajakan Nurhasan, pimpinan kelompok ritual Tunggal Jati.
"Tentunya nanti akan dilakukan proses penyelidikan mendalam dan memeriksa korban saksi yang selamat. Untuk lebih lanjut akan kami sampaikan nanti," terangnya.
Nurhasan terluka meski selamat dari terjangan ombak. Penyidik memeriksa secara intensif kepada yang bersangkutan terkait kasus tragedi maut kematian 11 anggota ritual tersebut.
ADVERTISEMENT