Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, menyelesaikan tugasnya. Laki-laki turunan Pakistan ini sudah bertugas di Indonesia sejak 2014.
ADVERTISEMENT
Momen perpisahan Moazzam tampak berlangsung di Kedutaan Inggris di Jakarta sembari acara perayaan Ulang Tahun Ratu Elizabeth II.
"Telah menjadi hak istimewa bagi saya untuk dapat melayani Ratu dan negara saya di Jakarta," kata Moazzam dalam sambutan perayaan HUT Ratu Elizabeth II ke-93, Jakarta, Rabu (20/6) malam, seperti dilansir Antara.
.
Selain mengucapkan salam perpisahan, Moazzam menggarisbawahi capaian hubungan diplomatik antara Indonesia dan Inggris selama 70 tahun, yang juga diperingati pada 2019.
Selama menjadi dubes di Indonesia, Moazzam mengatakan Indonesia dan Inggris telah menandatangani sekitar 40 nota kesepahaman (MoU) di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, industri kreatif, pendidikan, hingga lingkungan hidup.
"Laporan dari Kamar Dagang dan Industri Inggris menyebutkan investasi Inggris di Indonesia telah menumbuhkan lebih dari satu juta lapangan kerja di Indonesia," kata laki-laki yang fasih berbahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski berhubungan baik dengan sejumlah tokoh di Indonesia, Mozzam tidak lepas dari kontroversi. Dia pernah menuai kecaman dari warganet tanah air terkait isi tweet-nya. Dalam cuitannya soal "sopir Papua", Malik dianggap mengusik rasa kebangsaan rakyat Indonesia.
Dalam cuitannya pada November 2017, Malik yang tengah menyambangi Papua berbicara soal mobil yang disewa rombongannya. Dia mengatakan:
"Selama perjalanan ke Papua kami menyewa 12 mobil. Tidak ada satupun sopirnya yang asli Papua. Apakah mereka berhak mendapatkan pekerjaan?"
Pernyataan Moazzam ini lantas menuai banyak respons dari netizen. Kebanyakan mempertanyakan pernyataan yang seharusnya tidak dilontarkan oleh seorang wakil dari negara sahabat kepada Indonesia.
Pasalnya, pernyataan itu bernada sindiran terhadap ketimpangan yang dialami warga asli Papua. Ketimpangan ini adalah wacana yang disampaikan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), termasuk oleh pemimpin mereka Benny Wenda yang saat ini berlindung di Inggris.
ADVERTISEMENT