Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Modus Kecurangan Masuk Kampus Elite AS: Joki Ujian dan Atlet Palsu
13 Maret 2019 11:31 WIB
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adalah William "Rick" Singer, 58, warga California yang mengaku bersalah menjadi dalang kecurangan ini, Selasa (12/3). Dia mendapatkan bayaran dari USD 100 ribu hingga USD 2,5 juta per anak untuk memasukkan mereka ke kampus elite, seperti Yale, Stanford, Georgetown atau University of Southern California.
Ada 50 terdakwa dalam kasus ini, di antaranya nama besar seperti artis "Desperate Housewives", Felicity Huffman, dan aktris Hollywood, Lori Loughlin. Tersangka lainnya terdiri dari direktur utama perusahaan, ahli keuangan, desainer, pengacara, hingga pembuat wine.
Diberitakan Reuters, modus pertama adalah mencurangi hasil tes ujian masuk. Dalam modus ini, Singer mengimbau orang tua berbohong kepada penguji bahwa anak-anak mereka punya keterbatasan fisik sehingga lama mengerjakan soal.
ADVERTISEMENT
Para orang tua kemudian diminta menyertakan anaknya tes di lokasi uji lainnya. Singer kemudian memasukkan anak-anak itu di dua pusat pengujian yang telah dia kuasai, yaitu di Houston, Texas, dan West Hollywood, California.
Penguji di pusat uji ini telah diberi suap hingga puluhan ribu dolar AS agar klien Singer bisa curang . Biasanya Singer akan menggunakan joki dalam ujian tersebut atau mengubah jawaban kliennya.
Modus kedua, Singer akan menggunakan jalur atlet untuk bisa memasukkan anak kliennya ke kampus idaman. Dia akan "menyulap" akan kliennya jadi atlet profesional, padahal mereka tidak bisa olahraga sama sekali.
Dalam hal ini, dia telah menyuap para pelatih olahraga di kampus-kampus AS. Olahraga yang diincar mulai dari sepakbola, polo air, voli, atau mendayung. Modus ini digunakan untuk dua putri Loughlin yang masuk dari jalur atlet dayung, olahraga yang sama sekali belum pernah mereka mainkan.
ADVERTISEMENT
Ketika berhasil diterima di kampus itu, anak-anak itu keluar dari tim, pura-pura cedera, atau bahkan tidak pernah hadir sama sekali dalam latihan.
"Dia akan dilihat sebagai atlet. Tapi ketika sudah masuk, dia tidak akan mendapat orientasi atletik, dia berorientasi reguler seperti anak-anak lainnya," kata Singer dalam percakapannya dengan kliennya yang disadap penyidik.
Total selama beroperasi, Singer meraup untung USD 25 juta atau lebih dari Rp 356 miliar. Uang ini dibayarkan ke yayasan amal palsu milik Singer yaitu Key Worldwide Foundation dan lembaga non-profit milik para pelatih olahraga.
Singer mengaku bersalah atas tindakannya tersebut. Para terdakwa lainnya juga telah ditangkap.
Penyidik mengatakan, sebagian mahasiswa tidak tahu orang tua mereka menggunakan jalur curang. Anak-anak tersebut tidak dilibatkan dalam proses hukum, namun nasib mereka akan ditentukan pihak kampus.
ADVERTISEMENT