MTsN 22 Jakarta Bantah Siswinya Bunuh Diri karena Di-bully

16 September 2025 17:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
MTsN 22 Jakarta Bantah Siswinya Bunuh Diri karena Di-bully
MTsN 22 Jakarta membantah kabar siswinya meninggal dunia dengan cara menggantung diri karena jadi korban bullying atau perundungan di sekolah.
kumparanNEWS
ADVERTISEMENT
Catatan Redaksi: Bunuh diri bukan jalan keluar persoalan kehidupan, segera cari pertolongan atau klik www.healing119.id.
Ajen Jaenudin, Humas MTsN 22. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ajen Jaenudin, Humas MTsN 22. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
MTsN 22 Jakarta membantah kabar siswinya bunuh diri karena jadi korban bullying atau perundungan di sekolah. Hal itu didasarkan atas permintaan keterangan dari teman dekat korban di sekolah.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada sama sekali pem-bully-an, tidak ada sama sekali," kata Humas MTsN 22 Jakarta, Ajen Jaenudin, saat ditemui pada Selasa (16/9).
Di sekolah, kata Ajen, korban dekat dengan dua orang teman sekelasnya yang berinisial R dan K. Berdasarkan keterangan dua temannya, korban tak pernah mengalami perundungan di kelas.
"Itu tidak ada sama sekali," ucap dia.
Ajen menyebut, wali kelas korban juga memastikan bahwa tak pernah ada catatan masalah di sekolah. Korban yang masih duduk di bangku kelas 7 dikenal baik dan aktif di sekolah.
"Anaknya baik, aktif kemudian senang membantu temennya. Jadi betul-betul di Bu Retno (Wali Kelas korban) pun nggak ada catatan masalah," jelas dia.

Tak Ada Surat

Siswi Mts itu diduga menjadi korban bullying atau perundungan itu diketahui dari surat wasiat yang ditulis diduga oleh korban.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini juga dibantah oleh Kepala Sekolah MTsN 22 Jakarta, Asifudin. Berdasarkan keterangan dari keluarga korban, sama sekali tak ada surat wasiat yang ditinggalkan.
"Secara umum kayak misalnya meninggalkan surat wasiat dan sebagainya, itu sudah dikonfirmasi ke kakeknya. Karena kemarin kami juga datang ke rumahnya, kemarin malam, itu tidak ada," kata Asifudin.
Sementara itu, Humas MTsN 22 Jakarta, Ajen Jaenudin, menyebut korban sempat tercatat tiga kali berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK). Pada konseling yang pertama dan kedua, korban sempat bercerita soal keinginannya untuk menjadi pemimpin.
"Pertama-pertama menceritakan bagaimana mengembangkan terkait kepemimpinan. Karena ini juga tertarik di dalam kepemimpinan. Antusias dan lain-lain. Terus juga mau masuk anggota Paskibra. Kemudian juga aktif di dalam kelas," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sementara, konseling yang ketiga tak sempat terlaksana dengan korban karena korban telanjur memutuskan mengakhiri hidupnya. Korban hanya sempat bercerita singkat melalui pesan WhatsApp ke guru BK-nya. Namun Asifudin tak menjelaskan secara rinci isi dari pesan tersebut karena terbentur kode etika yang dianut BK.
"Jadi anak ini tuh bukan anak yang low. Bukan anak yang bermasalah. Bukan anak yang lower seperti apa gitu ya. Tapi anak ini tuh dari wali kelas betul-betul aktif, baik, sering membantu temannya," kata dia.
Menurut Ajen, polisi mesti terus melakukan pendalaman untuk mengungkap motif tewasnya korban. Di sisi lain, dia juga mengharapkan semua pihak dapat membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
"Dengan kejadian ini, kita sama-sama berbelasungkawa. Dan kita bukan menjadi orang yang menjadi beban bagi keluarganya. Tapi kita orang-orang yang bertakziah, berusaha untuk menghibur. Berusaha untuk meredakan luka," kata dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan, korban pertama kali ditemukan tewas menggantung diri oleh kakeknya di rumah. Korban diduga sempat menulis semacam surat wasiat. Dalam surat itu, korban meminta maaf kepada orang tuanya dan memilih mengakhiri hidup karena tak kuat dirundung teman sekolahnya.