Muchdi Pr: Gatot Nurmantyo Tak Dekat dengan Tommy Soeharto

23 April 2018 12:02 WIB
clock
Diperbarui 13 Juli 2020 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kivlan Zen, purnawirawan Angkatan Darat yang ikut mendukung Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo maju menjadi calon presiden, mengatakan Gatot punya modal finansial besar untuk bertarung di pemilihan presiden, karena ia bekerja sama dengan sejumlah pengusaha, termasuk Tomy Winata dan Tommy Soeharto.
Gedung Artha Graha, perusahaan Tomy Winata. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Artha Graha, perusahaan Tomy Winata. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Kedekatan Gatot dengan bos Artha Graha, Tomy Winata, telah diakui sendiri oleh mantan Panglima TNI itu. Namun dengan Tommy Soeharto alias Hutomo Mandala Putra sang Pangeran Cendana?
ADVERTISEMENT
“Tidak, ah,” ujar Mayjen (Purn) Muchdi Purwoprandjono, mantan Deputi V Badan Intelijen Negara dan eks Komandan Jenderal Kopassus yang kini menjadi salah satu pengurus Partai Berkarya bentukan Tommy Soeharto. Partai itu kini lolos verifikasi faktual sehingga sah ikut Pemilu 2019.
Gatot Nurmantyo dan Tommy Soeharto (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gatot Nurmantyo dan Tommy Soeharto (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
“Jauh lebih dekat saya dengan Tommy dibanding Gatot dengan Tommy,” celetuk Muchdi Pr saat berbincang dengan kumparan, Jumat (20/4).
Muchdi--yang pernah didakwa terlibat kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib, namun kemudian divonis bebas murni dari segala dakwaan--bukan wajah yang baru-baru amat dalam dunia politik, meski ia tak selalu tampil di muka.
Sebelum bergabung dengan Partai Berkarya membantu Tommy, Muchdi sudah lebih dulu mencicip dua partai lainnya. Ia bahkan salah satu pendiri Gerindra. Di partai Prabowo Subianto itu, Muchdi dulu menjabat wakil ketua umum.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ia sempat melompat ke PPP sebelum akhirnya kini berlabuh di Partai Berkarya dengan tiga jabatan sekaligus, yakni Ketua Dewan Kehormatan, Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai, sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina.
Muchdi Pr. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Muchdi Pr. (Foto: Wikimedia Commons)
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Muchdi Pr.
Gatot berniat jadi lawan Jokowi di Pilpres 2019. Pendapat Anda?
Boleh saja. Masa mau nyalon presiden nggak boleh. Ini kan zaman demokrasi. Tapi kita harus melihat, “Siapa sih saya?” Mikir juga, “Apa mungkin saya bisa menang? Apa mungkin saya ada yang memilih?”
Manuver Gatot Nurmantyo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Manuver Gatot Nurmantyo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Gatot cukup kuat tidak buat Jokowi?
Jauhlah. Jadi Panglima TNI kan sudah bagus, sudah tercapai cita-cita dan tujuan utama. Dipilih jadi Panglima TNI oleh Presiden tentu artinya dia memenuhi persyaratan dari segi keprajuritan maupun politis.
ADVERTISEMENT
Menjadi Panglima TNI adalah impian seluruh prajurit dan lulusan akademi militer. Tapi untuk calon presiden kan lain lagi ceritanya. Boleh saja jadi capres, tapi melihat situasi sekarang ini, mungkin masih jauh dibandingkan Jokowi.
Kalau saya lihat, tiga tahun yang dibuat (di masa kepemimpinan) Pak Jokowi itu cukup signifikan dibandingkan pada waktu 10 tahun SBY (menjabat), meski saya sama-sama asal TNI seperti SBY.
Sementara Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso, tampak berhati-hati dalam menilai Gatot. “Jangan underestimate terhadap yang baru,” ujarnya secara terpisah.
Elektabilitas Gatot Nurmantyo (Foto: Putri S. Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Elektabilitas Gatot Nurmantyo (Foto: Putri S. Arifira/kumparan)
Katanya dana Gatot kuat?
Dana kan bukan satu-satunya (penentu keberhasilan) untuk pilpres, karena rakyat sudah cerdas. Boleh aja omong dananya cukup untuk modal dasar pilpres, tapi di mana-mana, di pilkada, kita lihat dana bukan satu-satunya yang memenangkan para kepala daerah. Begitu pula pemilihan presiden.
ADVERTISEMENT
Misalnya pada Pilpres 2014 lalu, sepengetahuan saya, dananya Prabowo-Hatta sudah cukup signifikan dibanding Jokowi saat itu. Jadi, masalah dana itu merupakan salah satu faktor, tapi bukan faktor penentu dalam keberhasilan pemilihan presiden.
Gatot disebut dekat dengan Tommy, apa iya?
Saya tidak melihat ada kedekatan Gatot dengan Tommy Soeharto. Bertemu sih boleh saja, tapi apakah kalau bertemu lalu sudah pasti dekat? Bertemu sekali-dua kali apa bisa dikatakan dekat?
Intinya saya tidak melihat ada kedekatan antara Gatot dengan Tommy Soeharto, baik kedekatan secara pribadi maupun emosional. Ya tentu jauh lebih dekat saya dengan Tommy dibanding Gatot dengan Tommy.
Apakah Tommy Soeharto didekati kandidat capres? Didekati Gatot?
Mendekati boleh saja. Siapa enggak mendekati Mas Tommy? Semua juga mendekati, apakah ia bakal calon presiden atau mereka yang ingin melamar Mas Tommy (jadi capres).
ADVERTISEMENT
Anda pasti tahu Gatot pernah ‘melamar’ jadi capres Gerindra?
Saya kira nggak akan mungkin, karena sudah jelas Gerindra mau usung Prabowo jadi capres. Memang, masih mungkin berubah. Masih mungkin juga calon presidennya ada dua atau tiga.
Kandidat capres favorit Anda?
Saya dukung Jokowi. Saya lihat record Jokowi selama tiga tahun ini, saya apresiasi itu dan buat saya, 2019 nggak ada calon lain (selain Jokowi).
ADVERTISEMENT
Kalau Tommy punya jago favorit?
Fokus Mas Tommy di politik adalah pemilu legislatif, karena Berkarya partai baru. Bagaimana kami bisa meraih kursi parlemen sebanyak mungkin. Itu perjuangan berat. Saya prediksi, dari 10 partai di parlemen saat ini, 2019 nanti paling tinggal 6-7 partai.
Lipsus Menerka Langkah Gatot (Foto: Tribun/Herudin)
zoom-in-whitePerbesar
Lipsus Menerka Langkah Gatot (Foto: Tribun/Herudin)
Ada kekhawatiran purnawirawan yang berpolitik akan mempengaruhi para junior yang masih aktif?
Berpolitik itu kan hak warga negara. Setiap purnawirawan, sebagai warga negara, punya hak politik, kecuali hak politiknya dicabut semisal karena korupsi.
ADVERTISEMENT
Hal politik pribadi itu nggak akan bisa menarik tentara yang aktif. Bagaimana juga caranya? Misal saya bekas danjen, lalu tarik-tarik Kopassus supaya ikut ke garis politik sesuai yang saya mau, itu nggak bisa. Belum tentu juga mereka mau.
------------------------
Ikuti terus laporan mendalam Otot Gatot di Liputan Khusus kumparan.