Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Muhammadiyah: Kriteria MABIMS Berpotensi Ada Perbedaan Awal Syawal
1 Mei 2022 11:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama menggunakan kriteria baru dalam menentukan awal bulan dalam Islam. Semula menggunakan kriteria minimal ketinggian hilal (awal bulan) 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat, kini menggunakan syarat ketinggian 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat.
ADVERTISEMENT
Kriteria merujuk pada kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, Indonesia yang disebut dengan MABIMS. Kriteria 3 derajat itu membuat awal Ramadhan tahun ini berbeda antara pemerintah dengan Muhammadiyah.
Pakar Falak Muhammadiyah, Susiknan Azhari, mengatakan kriteria baru ini akan menimbulkan sejumlah persoalan. Salah satunya memperpanjang daftar perbedaan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah di Indonesia.
“Terkesan prosesnya kurang transparan dan dipaksakan tanpa memperhatikan masukan-masukan yang berkembang dalam musyawarah. Para pengkaji menganggap kehadiran kriteria baru akan memperpanjang daftar perbedaan dalam awal bulan,” terang Susiknan dikutip dari situs Muhammadiyah.or.id, Minggu (1/5).
Susiknan mengutip hasil penelitian dari Muslih Husein yang menunjukkan jika menggunakan kriteria baru dari MABIMS, maka mulai tahun ini sampai 2065 akan terjadi 31 kali perbedaan. Dengan rincian: 6 kali di awal Ramadhan, 11 kali di awal Syawal, dan 14 kali di awal Zulhijah.
"Realitas ini semakin memprihatinkan sebab upaya penyatuan kalender Islam akan semakin berliku dan semakin sulit direalisasikan," ucap Susiknan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keterbatasan waktu sosialisasi kriteria baru dari MABIMS ini menimbulkan sejumlah persoalan. Banyak hal yang belum dirumuskan dan disepakati bersama sehingga yang muncul pandangan pribadi, misalnya, markaz yang digunakan dalam perhitungan, model yang digunakan geosentrik atau toposentrik, dan penggunaan Fatwa MUI tentang Idul Fitri 1401 H/1951 M.
Dalam kalender yang beredar di lingkungan anggota MABIMS seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam, awal Syawal 1443 H tahun ini jatuh pada hari Selasa, 3 Mei 2022.
Sementara di Indonesia, semua kalender seperti kalender Muhammadiyah, Almanak PB NU, Almanak Islam Persis, dan Taqwim Standar Indonesia menetapkan awal Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022.
“Berdasarkan hal tersebut dan hasil Temu Kerja di Yogyakarta 1441/2020 secara teoritis lebaran dilaksanakan secara serentak (Senin, 2 Mei 2022). Namun dengan adanya kriteria baru harus dikaji ulang posisi ketinggian hilal dan elongasi serta hasil rukyat di lapangan,” ucap Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa ijtimak (konjungsi) terjadi pada Ahad, 1 Mei 2022 pukul 03:31:02 WIB. Ketinggian hilal dan elongasi di seluruh wilayah Indonesia membelah menjadi dua. Sebagian sudah memenuhi kriteria baru (3, 6.4), sebagian lagi belum terpenuhi. Namun jika berpedoman pada wilayatul hukmi, secara teoritis awal Syawal 1443 H harusnya jatuh pada Senin, 2 Mei 2022 M.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pandangan minoritas menyatakan bahwa ketinggian hilal hari Ahad, 1 Mei 2022 sudah memenuhi kriteria sedangkan elongasi belum memenuhi. Sehingga awal Syawal 1443 H untuk sebagian kecil wilayah jatuh pada Selasa, 3 Mei 2022 M.
“Perbedaan kesimpulan tentang posisi hilal tersebut dikarenakan perbedaan acuan dalam proses perhitungan. Salah satu pihak menggunakan geosentrik dan pihak lainnya menggunakan toposentrik,” terang Susiknan.
Lalu bagaimana dengan pantauan manual melihat awal bulan dengan teleskop (rukyatul hilal)? Menurut pengalaman sejauh ini, jika hasil hisab memenuhi kriteria yang dipedomani, maka ada laporan keberhasilan melihat hilal. Sebaliknya jika hasil hisab menunjukkan belum memenuhi kriteria, maka tidak akan ada laporan keberhasilan melihat hilal alias bulan yang sedang berjalan akan digenapkan menjadi 30 hari.
ADVERTISEMENT
Susiknan menegaskan jika Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mempertimbangkan kemaslahatan dalam negeri maka lebaran akan dilaksanakan secara serempak yaitu pada hari Senin, 2 Mei 2022.
Hal ini tidak menyalahi kesepakatan MABIMS karena belum adanya garis panduan yang disepakati bersama. Namun jika Menteri Agama lebih mengutamakan kemaslahatan MABIMS maka perbedaan awal Syawal 1443 H dalam negeri tidak dapat dihindari. Karena Idul Fitri akan dilaksanakan pada Selasa, 3 Mei 2022.
Kemenag: Data Hisab, Hilal Sesuai Kriteria Baru
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin mengatakan, secara perhitungan atau hisab, posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat awal Syawal 1443 H sore ini sudah memenuhi kriteria baru yang ditetapkan MABIMS.
"Di Indonesia, pada 29 Ramadhan 1443 H yang bertepatan dengan 1 Mei 2022 tinggi hilal antara 4 derajat 0,59 menit sampai 5 derajat 33,57 menit dengan sudut elongasi antara 4,89 derajat sampai 6,4 derajat," kata Kamaruddin melalui keterangan tertulisnya, Senin (25/4).
ADVERTISEMENT
"Artinya, secara hisab, pada hari tersebut posisi hilal awal Syawal di Indonesia telah masuk dalam kriteria baru MABIMS," tambah Kamaruddin.
Sidang isbat 1 Syawal 1443 H, akan dilaksanakan pada Minggu 1 Mei 2022 di Auditorium HM Rasjidi, Kemenag, Jakarta Pusat. Sebelum sidang, ada proses pengamatan hilal di 99 titik lokasi di seluruh Indonesia.
------
Kamu mudik di lebaran tahun ini? Share informasi di sepanjang jalur mudik ke email redaksi@kumparan.com. Kirimkan foto atau video beserta informasi singkat. Jangan lupa sertakan kontak yang bisa dihubungi tim redaksi kumparan.
Laporan terbaik akan mendapatkan hadiah voucher Happyfit masing-masing senilai Rp 500 ribu untuk 5 orang dan saldo digital masing-masing Rp 300 ribu untuk 10 orang.
ADVERTISEMENT