Muhammadiyah Kunjungi 4 Kota 2 Provinsi di China, Sapa Umat Muslim-Universitas

14 Juli 2024 18:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat bertemu dengan pejabat Pemerintah Xinjiang. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat bertemu dengan pejabat Pemerintah Xinjiang. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan rombongan mengakhiri kunjungannya ke China setelah menginjakkan kaki di 4 kota dan 2 provinsi di China. Perjalanan yang menempuh waktu selama 8 hari ini adalah undangan resmi dari Kedubes China di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rombongan Muhammadiyah meninggalkan Tanah Air pada Sabtu (5/7) dini hari dengan menggunakan maskapai China Southern Airlines. Setelah menempuh penerbangan 4 jam lebih, rombongan tiba di Shenzhen Bao'an International Airport. Di bandara ini, rombongan hanya sekitar 1 jam.
Kemudian rombongan melanjutkan penerbangan ke Kota Urumqi, Provinsi Xinjiang, terletak di bagian Barat China yang disebut sebagai daerah yang banyak dihuni Umat Muslim. Penerbangan memakan waktu 6 jam, rombongan tiba di Urumqi Diwopu Airport sekitar pukul 14.30 waktu setempat.
Tebalnya salju yang turun menyulitkan aktivitas masyarakat di Kota Urumqi, Xinjiang. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Selama di Urumqi, tempat pertama yang didatangi Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah Xinjiang Islamic Institute, kampus yang melahirkan khatib atau imam masjid. Rombongan disambut Rektor Xinjiang Islamic Institute, Abdurekep Tumniyaz. Selama di kampus itu, rombongan diperkenalkan ke berbagai fasilitas mulai ruang belajar mahasiswa, masjid hingga madrasah.
ADVERTISEMENT
Rombongan kemudian beranjak ke salah satu hotel di Urumqi untuk menggelar pertemuan dengan Executive Director General The United Front Work Departement of CPC Xinjiang Uyghur Autonomus Regional Committee, Su Xiangdong dan rombongannya. Pertemuan ini membahas tentang kesejahteraan Muslim Uighur. Turut serta dalam pertemuan itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menanyakan soal kabar miring soal perlakuan terhadap Muslim Uighur.
Rektor Xinjiang Islamic Institute Abdurekep Tumniyaz dan pengurus pusat Muhammadiyah saat berkunjung. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
"Berita negatif yang di luar sumber tak bisa kita kroscek, Youtube gampang direkayasa, mana yang asli nggak tahu,” kata Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M Sayuti. Pertemuan ini sudah tayang dalam artikel 'Temui Pemerintah Xinjiang, Muhammadiyah Bahas Kesejahteraan Muslim Uighur'.
Prefektur Kashgar
Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat bertemu dengan pejabat Pemerintah Xinjiang. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Setelah hampir 2 hari di Urumqi, rombongan Muhammadiyah melanjutkan jejak langkahnya ke Perfektur Kashgar. Kota ini masih dalam wilayah Xinjiang, berdekatan dengan Islamabad, Uzbekistan, Afghanistan dan Pakistan.
ADVERTISEMENT
Rombongan tiba pada Minggu (7/7) di Kashgar Laining Airport setelah menempuh penerbangan 3 jam. Setibanya di Kashgar, rombongan langsung bergerak ke masjid Id Kah. Masjid ini berusia 582 tahun. Dibangun pada masa Dinasti Ming sekitar tahun 1442.
Rombongan Muhammadiyah saat mengunjungi Kota Kuno. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
“Masjid Etigar namanya, artinya tempat perayaan Hari Raya. Masjid ini dibangun pada tahun 1442 Dinasti Ming, telah bersejarah selama 582 tahun lebih,” kata Imam Masjid Mamat Juma. Artikel ini sudah tayang dengan judul 'Tiba di Kashgar, Muhammadiyah Kunjungi Masjid Berusia 582 Tahun hingga Kota Kuno'.
Rombongan Muhammadiyah saat mengunjungi masjid tertua di Xinjiang. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Selain masjid, rombongan juga mengunjungi kota kuno Kashgar bernama Acient City of Kashi. Kota ini disebut-sebut awal peradaban di Kashgar.
Kota ini sudah mengalami modernisasi, Pemerintah Tiongkok mengubah kawasan ini jadi pusat perbelanjaan yang menjual kerajinan tangan seperti batu giok, alat musik, tembaga hias, hingga rempah-rempah untuk minuman teh. Banyak turis yang datang ke kota kuno ini.
ADVERTISEMENT
Dulunya, bangunan kota kuno ini terbuat dari tanah yang dikeringkan atau seperti batu bata. Hanya ada pintu dan satu jendela. Ini terlihat dari miniatur bangunan yang dipamerkan. Bangunan mereka dipersiapkan untuk menghadapi cuaca ekstrem seperti salju.
Kembali ke Shenzhen
Setelah menginjakkan kaki di bagian Barat China, Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali ke Selatan China. Rombongan mendarat di bandara pertama kali tiba di negara Tirai Bambu tersebut, tepatnya di Shenzhen Airport, Provinsi Guangdong.
Pimpinan pusat Muhammadiyah saat berkunjung ke Guandong University. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Menempuh perjalanan 6 jam lebih, rombongan tiba di kota yang baru dibangun di bagian Selatan China itu, Rabu (10/7). Selama di Shenzhen, rombongan berkunjung ke Shenzhen Reform and Opening-up Exhibition Hall. Ini seperti museum yang menjelaskan perjalanan reformasi keterbukaan yang dijalankan China.
ADVERTISEMENT
Di kota Shenzhen ini juga disebut sebagai salah satu tempat yang pernah dikunjungi Presiden Xi Jinping semasa mudanya bersama orang tuanya. Ini terlihat dalam berbagai foto yang berada di dalam gedung Exhibition Hall.
Naik Kereta Cepat ke Guangzhou
Perjalanan ke Kota Guangzhoe ditempuh sekitar 45 menit dari Shenzen menaiki kereta cepat di stasiun Guangzhou by high-speed train. Rute kereta cepat ini membelah pegunungan dan melintasi perkotaan dan sejumlah desa.
Pimpinan pusat Muhammadiyah saat berkunjung ke Guandong University. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Rombongan tiba Guangzhou South Railway Station Rabu (10/7) sore. Selama di sana, Pimpinan Pusat Muhammadiyah salah satunya mengunjungi Guangdong University of Foreign Studies. Di sana mereka disambut hangat Vice Dean of Institute of International Education Guangdong University, Zhou Peng dan pejabat lainnya.
ADVERTISEMENT
Kedua pihak saling memperkenalkan diri. Rombongan juga diajak berkeliling kampus. Di akhir pertemuan, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah M Sayuti menawarkan pertukaran pelajar dan dosen dengan Guangdong University.
“Kami mengajak pertukaran pelajar dan dosen ke tempat kami. Silakan hubungi kami. Kami akan sangat senang,” ujar Sayuti. Artikel ini sudah tayang dengan judul 'Muhammadiyah Kunjungi GDUFS China, Tawarkan Pertukaran Pelajar-Dosen'.
Sayuti menambahkan, Muhammadiyah memiliki 88 universitas dan perguruan tinggi sebanyak 172 yang tersebar dari Sabang sampai Sorong, Papua.
Salat Jumat di Masjid Abi Wakkas
Genap sepekan di daratan Tiongkok, tepat pada Jumat (12/7), Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan rombongan menunaikan kewajiban sebagai umat Muslim di Masjid Abi Wakkas yang terletak di pusat kota Guangdong.
ADVERTISEMENT
Pemerintah setempat, memperkirakan ada 5.000 orang salat masjid setiap pekannya di masjid tersebut. Masjid ini cukup luas menampung pengunjung. Ini adalah masjid keempat di kota tersebut. Artikel ini sudah tayang dengan judul 'Melihat Masjid Abi Waqqas di Guangzhou China, Peninggalan Sahabat Nabi Muhammad'.
Masjid Abi Wakkas di Guangzhou, China. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Masjid ini juga dikenal sebagai tempat makamnya Al Sa’ad bin Abi Wakkas. Sahabat Nabi Muhammad SAW. Dari data pemerintah setempat, luas masjid ini diperkirakan sekitar 25.000 meter. Dibangun pada masa Dinasti Tang yang berkuasa sejak tahun 618-907.
Pimpinan pusat Muhammadiyah saat berkunjung ke Guandong University. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Syamsul Anwar mengatakan, berdasarkan buku yang pernah dibacanya, Abi Wakkas adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Dia adalah orang Islam pertama yang datang ke Guangzhou.
Rombongan Muhammadiyah tiba di Tanah Air. Foto: Dok. Istimewa
Setelah genap sepekan di daratan China, rombongan Muhammadiyah tiba di Tanah Air pada Sabtu (13/7) dini hari.
ADVERTISEMENT