Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kepergian satu ulama NU, Salahuddin Wahid atau Gus Sholah , menjadi duka bagi sejumlah pihak. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pun turut merasakan kehilangan sosok pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu.
ADVERTISEMENT
"Secara pribadi dan atas nama PP Muhammadiyah saya menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Gus Sholah. Kami merasa sangat kehilangan," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam keterangannya, Senin (3/2).
Menurutnya, Gus Sholah merupakan tokoh NU yang dekat dengan berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah. Bahkan beberapa kali Gus Sholah mengisi dan menghadiri acara Muhammadiyah.
"Gus Sholah adalah sosok yang terbuka dan egaliter. Dalam bergaul, beliau tidak membedakan usia dan hangat dengan siapa saja," ujarnya.
Abdul Mu’ti menceritakan pengalamannya berdiskusi dengan Gus Sholah . Meski usia Gus Sholah sama dengan ayahnya, ia mengaku tak merasakan adanya jarak.
"Kami sering diskusi masalah umat dan bangsa. Bahkan, saking dekatnya, beliau sering cerita 'dapurnya' NU. Beliau sosok yang sederhana dan bersahaja. Inilah kepribadian yang membuat saya terkesan dan menjadi teladan bagi umat dan bangsa," kata Abdul Mu’ti.
ADVERTISEMENT
Gus Sholah tak hanya dikenal sebagai ulama, tapi juga aktivis dan politisi. Adik kandung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini pernah menjabat sebagai anggota MPR di masa awal reformasi tahun 1998.
Nama pria berusia 78 tahun ini semakin dikenal saat menjadi calon wakil presiden di Pilpres 2004 lalu mendampingi Wiranto. Namun, keduanya gagal lolos dan tersingkir di putaran pertama dengan perolehan suara 22,15 persen.