Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Nasib Buruk Beruang Kutub: Kelaparan dan Terancam Punah
10 Desember 2017 16:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Bayangan mengenai beruang kutub yang berbulu putih dan lebat, berbadan besar, serta garang seketika sirna kala melihat video yang diambil oleh seorang fotografer jurnalis National Geographic, Paul Nicklen.
ADVERTISEMENT
Melalui lensa kameranya, ia menangkap sosok beruang kutub berbadan kurus sedang tertatih-tatih berjalan di Pulau Baffin, Kanada.
Sesekali beruang tersebut tampak mengais makanan dari tong sampah, ketika tak menemukan apapun untuk dimakan, ia kembali berjalan dengan langkah yang gontai.
Ketiadaan makanan ini diperkirakan karena adanya perubahan iklim di Bumi yang memengaruhi habitat asli beruang kutub. Temperatur udara yang meningkat akibat dari perubahan iklim, membuat lautan es mencair. Beruang pun terpaksa hidup di atas daratan yang tidak menyediakan sumber pokok makanannya: ikan.
Pada Rabu (6/12), melalui akun Instagramnya, Paul Nicklen bercerita, "Kami menangis dan begitu emosional ketika mendokumentasikan beruang kutub yang sekarat. Ini adalah pemandangan yang menghancurkan jiwa dan masih menghantui saya. Namun saya sadar bahwa kita perlu berbagi segalanya, baik kenyataan yang indah maupun memilukan untuk menghilangkan rasa apatis yang ada di dalam diri," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bertemu dengan beruang kutub bukanlah hal yang asing bagi Nicklen. Sedari kecil Nicklen yang tumbuh di Kanada bagian utara ini telah melihat lebih dari 3.000 beruang di alam liar.
Namun beruang kurus yang ia temui merupakan satu yang paling menyedihkan kondisinya. Setelah ia mengunggah video tersebut di akun sosial media miliknya, banyak netizen yang bertanya mengapa Nicklen tak memberi beruang itu makanan?
"Tentu saja hal itu terlintas di pikiranku," ujarnya.
"Namun keadaannya tak seperti aku sedang berjalan-jalan dengan senapan obat penenang atau 400 pon daging," lanjutnya.
Nicklen menambahkan, bahkan apabila ia memberikan beruang kutub tersebut makanan, hanya akan memperpanjang penderitaan beruang itu. Terlebih, memberikan makanan kepada beruang kutub liar adalah tindakan ilegal di Kanada.
ADVERTISEMENT
"Ketika para ilmuan mengatakan bahwa beruang kutub akan segera punah, aku ingin orang-orang tahu bagaimana rasanya (melihat beruang sekarat dan punah)," kata dia.

Dengan menceritakan pengalamannya ini, besar harapan Nicklen untuk bisa menyampaikan pesan tentang bagaimana bahaya perubahan iklim yang beresiko mematikan bagi seluruh makhluk di Bumi.
Mengutip dari National Geographic, laporan oleh World Wildlife Fund tahun 2002 menyebutkan bahwa perubahan iklim bisa menyebabkan populasi beruang kutub punah. Kemudian dari laporan tersebut, ditemukan fakta bahwa kini beruang kutub lebih lama tinggal di daratan ketimbang di lautan es.
Hal tersebut menyebabkan beruang kutub harus berpuasa lebih lama daripada yang seharusnya. Di akhir musim panas, sebagian besar beruang menunjukkan tanda-tanda kelaparan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan penelitian tahun 2015 oleh IUCN mengatakan perubahan iklim sebagai satu-satunya acaman paling berbahaya bagi kelangsungan hidup 26.000 beruang kutub di seluruh dunia.