Nestapa Jemaah Indonesia yang Akan Meninggalkan Tanah Suci

2 September 2019 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas haji Indonesia membantu jemaah sakit di Mina. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas haji Indonesia membantu jemaah sakit di Mina. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
ADVERTISEMENT
Mata Sudarti berkaca-kaca ketika menyadari akan meninggalkan Madinah untuk pulang ke Indonesia. Sudarti hanya satu dari ribuan jemaah Indonesia yang sedih akan segera meninggalkan tanah suci, tanah yang dirindukan oleh seluruh umat Islam.
ADVERTISEMENT
"Pengin menangis. Saya telah menunggu 9 tahun untuk ke tanah suci. Saya senang bisa melaksanakan ibadah semaksimal mungkin," kata Sudarti ketika ditemui kumparan di Madinah, Minggu (1/9).
Jemaah berusia 42 asal Jombang ini tidak main-main ketika mengatakan "ibadah semaksimal mungkin". Dia mengaku telah melakukan umrah hingga 7 kali selama di Makkah. Betapa tidak, kesempatan mengunjungi Makkah dan Madinah barangkali tidak akan datang lagi.
Dia akan pulang ke tanah air pada Selasa (3/9) melalui embarkasi Surabaya. Sudarti mengaku sedih sekaligus senang, karena akan pulang menemui keluarga yang ditinggalkan selama sekitar 40 hari.
"Saya punya dua anak, usia 22 tahun dan 16 tahun," kata dia.
Sudarti bukan satu-satunya. Hassanudin (50) juga dari Jombang mengatakan maksud hati ingin tinggal lebih lama di tanah suci, tapi apa daya waktu juga yang memisahkan. Menurut dia, pengalaman di tanah suci tidak akan pernah dilupakan seumur hidupnya.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah sebuah pengalaman yang sangat berharga, pertama kali datang ke sini untuk ibadah haji. Maunya masih lama tinggal di sini," kata dia.
Irmiyati (50), istri Hassanudin, juga mengatakan hal yang sama. Di satu sisi dia merindukan ketiga anaknya di rumah, namun di sisi lain nelangsa karena harus berpisah dengan Makkah dan Madinah.
"Perasaannya bagaimana ya. Sudah rindu anak, tapi sedih mau meninggalkan ini (tanah suci). Sedihnya seperti ditinggal bulan Ramadhan," kata Irmiyati.
Bagi sebagian orang, berhaji adalah puncak dari ibadah sebagai umat Islam. Mereka rela menabung dan antre hingga bertahun-tahun untuk bisa mengunjungi Kakbah. Di Madinah, mereka melaksanakan ibadah Arbain di Masjid Nabawi.
"Saya menangis ketika pertama kali melihat Kakbah. Maunya ibadah saja," kata Nurhaida, 64, jemaah haji asal Batam.
Jemaah haji asal Batam. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Ibadah di tanah suci bagi mereka adalah sebuah kesenangan, mata air bagi jiwa. Tidak heran banyak yang merasa kurang dalam melakukannya.
ADVERTISEMENT
"Saya senang bisa melakukan tawaf. Saya umrah enam kali ketika di Makkah. Sebenarnya saya masih menganggapnya menyia-nyiakan waktu, teman-teman saya ada yang 12 kali umrah," kata Hidayah (51) jemaah asal Surabaya.
Itulah sebabnya, salah satu doa yang dipanjatkan para jemaah haji di tempat-tempat mustajab seperti Raudhah atau di depan Kakbah adalah agar di sisa umur mereka masih bisa kembali ke tanah suci.
"Insyaallah panjang umur bisa ke sini lagi," kata Hanizar (60) dari Batam.