Nestapa Porter Pelabuhan Merak

15 April 2024 15:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Porter di Pelabuhan Merak, Senin (15/4/2024). Dok: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Porter di Pelabuhan Merak, Senin (15/4/2024). Dok: kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki H+5 Lebaran, kondisi di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, masih ramai lalu-lalang pemudik. Bukan pemandangan baru jika terdapat banyak porter bertebaran.
ADVERTISEMENT
Salah satunya Tarmidi (40 tahun), seorang porter di Pelabuhan Merak yang sudah menjajaki dunia pekerjaan di bidang jasa ini selama 12 lantaran tak memiliki pekerjaan tetap sebelumnya.
"Enggak ada (pekerjaan sampingan), kerjaan utama ini (porter). Sebelumnya saya serabutan, dulu ikut proyek, kerja sebulan, dua bulan, terus udah karena bukan karyawan," kata Tarmidi saat ditemui di dermaga eksekutif Pelabuhan Merak, Senin (15/4).
Seorang petugas membawa paket barang menggunakan troli di TIKI Station Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (1/4/2024). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Pahit getir berkarier sebagai seorang porter telah dijalani Tarmidi, sehingga alasan itulah sempat membuatnya terpikir untuk mencari pekerjaan yang lebih layak lantaran makin minimnya pendapatan yang didapat.
Namun, harus menafkahi ketiga anaknya yang masih duduk di bangku sekolah membuat Tarmidi tetap bertahan di tengah sulitnya mendapat uang berlebih lantaran belum adanya pekerjaan baru yang lebih layak datang menghampirinya.
ADVERTISEMENT
"Kadang (terpikir), kalau ada kerjaan lain saya tinggalin ini (porter), tapi berhubung tidak ada, ya bagaimana. Karena tidak ada (kerjaan lain), kalau ada yang lebih, ya mending cari yang lebih jelas," lirih Tarmidi.
"Anak tiga, yang satu SMK kelas 2, yang satu SD kelas 2, yang satu baru masuk TK. Yah ngidupin anak mah namanya juga rezeki, kalau jatuhnya ke saya mah tidak ke mana, gitu aja," lanjutnya.
Porter di Pelabuhan Merak, Senin (15/4/2024). Dok: kumparan
Terlebih, keberadaan troli yang disediakan pengelola pelabuhan di dalam gang way (jembatan penghubung) yang jadi tempat para penumpang pejalan kaki berlalu-lalang turut menjadi ancaman bagi pendapatan Tarmidi.
Pasalnya, sebelum adanya troli yang disediakan gratis oleh pengelola pelabuhan bagi para penumpang kapal, membuat Tarmidi mampu meraup uang Rp 100 ribu dalam waktu setengah hari bekerja.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, ibarat pepatah "untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak", keberadaan troli gratis justru membuat Tarmidi terkadang harus gigit jari karena kerap tak mendapatkan uang sama sekali meski memasuki momen hari lebaran.
"Karena ada troli, dan orang yang lewat juga jarang. Dibanding dulu mah tidak ada apa-apanya (sekarang). Dulu mah jalan deket, barang sepotong-dua potongnya itu dikuliin karena tidak ada troli dan naik tangga. Jadi kadang setengah jalan (penumpang) minta dikuliin, ada yang cape terus minta dibawain, sekarang mah tidak ada yang gitu, soalnya ada troli, kalau cape bawa troli," ungkapnya.
"Dulu mah uang Rp 100 ribu itu setengah hari bisa dapat, kalau sekarang mah sampai sore aja tidak dapat duit, apalagi kalau hari biasa (bukan momen lebaran)," imbuh Tarmidi.
Pemudik pejalan kaki menunggu kapal bersandar di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, Minggu (7/4/2024). Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO
Ia pun ikhlas menjalani nasib yang harus dijalani meski usianya sudah tak muda lagi. Dan dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Tarmidi berharap masih banyak penumpang yang masih mau menggunakan jasa porter di Pelabuhan Merak.
ADVERTISEMENT
"Yah lumayan cape, capenya kaki doang, karena jalan. Dulu masih mudaaan di bawah (umur) 30 tahun itu hampir 1 kwintal saya kuat angkat. Sekarang mah 80 kilogram aja udah ngap-ngapan. Yah jalani saja, mudah-mudahan masih banyak (penumpang) yang mau barangnya dikuliin, biar kita juga bisa makan," katanya.