ORI DIY Kritisi Tak Ada Psikotes Rutin untuk Sopir Trans Jogja

3 Desember 2019 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala ORI DIY, Budhi Masthuri. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala ORI DIY, Budhi Masthuri. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY memanggil PT Anindya Mitra Internasional (AMI) selaku pengelola bus Trans Jogja. Pemanggilan ini buntut dari insiden bus Trans Jogja menabrak pengendara motor hingga tewas di Sleman.
ADVERTISEMENT
Kepala ORI DIY, Budhi Masthuri, mengkritisi tak adanya psikotes rutin untuk para sopir bus Trans Jogja. Psikotes hanya dilakukan pengelola saat merekrut sopir.
“Ada tes psikotesnya untuk melihat suatu kesabaran, enggak grusa-grusu (terburu-buru) dan sebagainya. Tapi ini tidak dievaluasi secara rutin,” ujar Budhi di kantor ORI DIY, Kota Yogyakarta, Selasa (3/12).
Dia mengatakan pengelola mengevaluasi hanya saat perbaikan kontrak kerja. Namun, evaluasi hanya terkait pelanggaran yang pernah dilakukan sopir Trans Jogja, tidak ada psikotes.
“Padahal kondisi psikologis seseorang bisa berubah-ubah sangat cepat. Artinya, mungkin ke depan perlu misalkan secara rutin psikotes enam bulan sekali untuk melihat ini masih sesabar dulu enggak, ini masih sedisiplin dulu enggak. Itu menjadi catatan kami mempertimbangkan itu,” ujar Budhi.
Kondisi Bus Trans Jogja yang tabrak pelajar di Simpang Empat UPN Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Di sisi lain, Budhi juga menyoroti pengelolaan pengaduan yang belum tersedia dengan baik. Budhi mengatakan tidak ada unit khusus yang dibentuk pengelola untuk mengurusi aduan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Jadi selama ini ada nomor pengaduan baru dikelola oleh kepala pool. Jadi belum ada unit yang ditunjuk mengelola khusus pengaduan sampai diambil langkah penindakan. Jadi wajar kami pantau di media sosial ada orang yang sudah mengadu tidak puas karena belum dikelola secara khusus,” ujar Budhi.
“Kami menerima video bagaimana penumpang jatuh di dalam bus Trans Jogja tangannya patah tulangnya retak begitu karena dia baru masuk berdiri busnya langsung ngegas. Nah itu harus dilihat kalau pertama kali narik gimana kecepatannya harus dilihat SOP-nya juga,” ucapnya.
Sebelumnya, Direktur PT AMI Dyah Puspitasari mengatakan soal rekrutmen sopir pihaknya juga sangat ketat. Bukan hanya tes menyetir, tetapi ada pula tes psikologi hingga tes narkotika.
ADVERTISEMENT
Saat sudah bekerja, secara berkelanjutan ada juga pelatihan untuk para sopir Trans Jogja.
"Dengan cara rigid seperti ini kalau sudah di jalan juga tetap mengingatkan pembinaan kami lakukan secara intens, baik small class maupun big class. Kami small class lebih intens karena berkaitan problem solving," kata dia.