Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Bus Trans Jogja kembali terlibat kecelakaan. Bus bernomor polisi AB 7837 AK yang dikemudikan Arif Himawan Suryadi (32) bertabrakan dengan Sepeda motor Yamaha Aerox bernopol AB 5839 MA hingga membuat pengendara motor tewas.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Anindya Mitra Internasional (AMI), Dyah Puspitasari, turut prihatin atas peristiwa ini dan menyerahkan sepenuhnya ke ranah hukum. Akan tetapi dia juga mengatakan bahwa Trans Jogja membutuhkan jalur khusus agar kecelakaan bisa seminimal mungkin ditekan.
"Saya sebenarnya sangat berharap karena Trans Jogja itu bus yang setiap hari kita jalan itu sliwar-sliwer banyak hubungan dengan banyak kendaraan maka kan kita berharap ada meski tidak semua, jalur-jalur khusus," kata Dyah saat dihubungi, Kamis (28/11).
Soal jalur khusus ini pihaknya akan mengkomunikasikan dengan Pemda DIY karena di sana merupakan ranah Pemda. Jalur khusus ini merupakan pelayanan publik yang diharapkan bisa mumpuni.
"Sudah diusulkan dan ini pemerintah daerah harus mengkaji ulang dan itu ranahnya pemda, ini yang saya bicarakan kebutuhan jalur khusus. Sebenarnya kebutuhan konsumen seperti apa supaya pemerintah melakukan pelayanan publik, maka sistem itu harus mumpuni," ujar Dyah.
ADVERTISEMENT
Dyah mengatakan jalan-jalan di Yogyakarta memang mayoritas sempit. Dengan keberadaan jalur khusus diharapkan Trans Jogja bisa melakukan perjalanan dengan ketepatan waktu seperti yang diinginkan Dinas Perhubungan dengan aman.
"(Tapi) sopir itu memang harus paham, harus memperhatikan bukan hanya di luar tapi terhadap rambu kalau sudah mutlak harus patuh," ujar dia.
Stigma sopir Trans Jogja ugal-ugalan sudah melekat di masyarakat, pernyataan tersebut tidak salah meski diakui tidak semua sopir ugal-ugalan. Dia meminta masyarakat memberikan informasi lengkap dan bersama-sama mengawasi 128 bus Trans Jogja .
"Kita butuh sebuah sistem yang mengendalikan ini semua, kita sedang buat yang menggodok itu supaya kita tahu bus ini sedang di mana, jam berapa, kontroling, itu dari kecepatannya seperti apa," kata Dyah.
ADVERTISEMENT
Lanjut Dyah, soal rekrutmen sopir, pihaknya juga sangat ketat. Bukan hanya tes menyetir tetapi ada pula tes psikologi hingga tes narkotika. Saat sudah bekerja, secara berkelanjutan ada juga pelatihan dalam bentuk small class hingga big class.
"Dengan cara rigid seperti ini kalau sudah di jalan juga tetap mengingatkan pembinaan kita lakukan secara intens baik small class maupun big class. Kita small class lebih intens karena berkaitan problem solving," kata dia.