Pager yang Diduga Disusupi Peledak oleh Mossad Diproduksi di Hungaria

Pager tipe AR924, salah satu tipe yang meledak di Lebanon. Foto: Dok. gapollo.com.tw

Perusahaan Taiwan, Gold Apollo, mengungkap di mana pager yang meledak di Lebanon diproduksi. Ledakan 5 ribu pager secara serentak pada pukul 15.30 pada Selasa (17/9) menyebabkan sembilan orang tewas dan nyaris 3 ribu lainnya terluka.

Sebelumnya, Gold Apollo dituding sebagai produsen 5 ribu pager, yang diduga disusupi oleh peledak dari Mossad. Tuduhan itu dibantah perusahaan tersebut.

Mereka menegaskan, pager tersebut diproduksi di Hungaria. Gold Apollo hanya mengakui perusahaan Hungaria itu diizinkan memakai mereknya.

Seorang pria mendonorkan darahnya di bawah tenda di pinggiran selatan Beirut, Lebanon ketika pager yang mereka gunakan untuk berkomunikasi meledak, Selasa (17/9/2024). Foto: MAHMOUD AL-ZAYYAT/AFP

"Gold Apollo menjalin kerja sama jangka panjang dengan BAC Consulting KFT yang bermarkas di Budapest," kata Gold Apollo pada Rabu (18/9) seperti dikutip dari AFP.

"Trademark kami dan model yang disebut dalam laporan media digunakan untuk produsen dan penjualan oleh BAC," ucap Gold Apollo seperti dikutip dari AFP.

Ledakan 5 ribu pager di Lebanon pada Selasa ini diakui pejabat Hizbullah sebagai pelanggaran keamanan terbesar di negaranya.

Bentuk pager (penyeranta) AR924 yang meledak di Lebanon viral di platform X. Lebanon menuding Israel menanam peledak pada fase produksi. Foto: Screenshot X

Israel dituduh menyusupi pager itu dengan bahan peledak sejak proses awal produksi. Sampai sekarang pihak Israel masih bungkam atas rangkaian ledakan lima ribu pager yang menewaskan dan melukai milisi Hizbullah serta warga sipil.

Menurut New York Times, pager yang dikirim ke Lebanon mayoritas berjenis AP924 dan ada 3 tipe lainnya. Salah satu tipe adalah AR924 yang foto hangusnya viral di medsos.

Hsu Ching-kuang, pendiri dan presiden Gold Apollo di kantor mereka di New Taipei City, Taiwan, Rabu (18/9/2024). Dia menyangkal pager di Lebanon yang meledak buatan pabriknya. Foto: Ann Wang/REUTERS