Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Syarifudin Pamboang (33) awalnya tak pernah berpikir untuk mengabdi di Malambigu, Tolitoli, Sulawesi Tengah. Selepas mengajar dua tahun di Papua, lulusan jurusan olahraga Universitas Negeri Makassar itu mengikuti program Guru Garis Depan (GGD) yang diprakarsai Kemdikbud. Program yang mengantarnya ke Malambigu, sejak 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
Dari asalnya di Makassar, Syarif harus menempuh perjalanan berjam-jam lewat darat hingga sampai Malambigu. Desa pelosok yang dihimpit pegunungan serta laut Sulawesi.
Di Malambigu, sebuah rumah kecil berukuran sekitar 5x5 meter disediakan sebagai tempat tinggal Syarif. Tepat di samping SDN Malambigu, tempat dia mengajar. Di sana, dia akan tinggal sendiri, Sementara, anak dan istrinya masih harus tinggal di Makassar.
Dari sekian banyak barang bawaannya, terselip dua bilah raket bulu tangkis. Raket yang akhirnya membuat anak-anak Malambigu terserang demam bulu tangkis. Bahkan, membuat duplikatnya dari bahan kayu.
Kepada kumparan, Syarif bercerita seputar seputar raket kayu dan demam bulu tangkis di Malambigu. Berikut kutipan lengkapnya:
Bagaimana awalnya mengenalkan bulu tangkis ke anak-anak di Malambigu?
ADVERTISEMENT
Saya memang hobi badminton. Pertama kali datang tugas saya bawa raket dua. Tapi kok terbatas. Pas sampai sini, sore-sore saya biasa main bulu tangkis dengan siswa saya dengan teman guru.
Setelah itu anak-anak ikut main, bola kok habis. Setelah liburan Ramadan, di situ saya terpikir. Kan saya dari Makassar. Setelah di sana liburan, saya kumpulkan kok banyak untuk saya bawa ke sini. Setelah itu saya bawa ke sini sekian dus. Pokoknya banyaklah. Setelah sampai sini saya bagikan sama siswa.
Mengapa anak-anak di Malambigu bermain dengan raket kayu?
Di situlah, pas raket saya dua itu rusak dua-duanya. Kemarin sekolah sempat beli dua. Terus dari situ siswa berebut. Jadi di situ saya berpikir mending saya bikin raket yang terbuat dari kayu untuk mendukung keinginan anak-anak. Supaya bisa main banyak.
ADVERTISEMENT
Pertama papan-papan di sekolah saya buat. Akhirnya saya sampaikan ke siswa saya kalau ada papan di rumahmu bawa ke sini nanti Pak Guru buatkan. Dia bawa, saya minta tolong sama tetangga untuk diskap, supaya tipis, supaya papan itu ringan.
Saya tidak tahu kayu namanya apa. Yang jelas papan saya pilih-pilih yang ringannya. Akhirnya jadilah raket.
Kenapa tidak membeli raket sungguhan?
Selain jauh, olahraga bulu tangkis ini kan mahal. Saya berpikiran mungkin juga orang tuanya mending buat kebutuhan lain.
Untuk kok, daripada beli lagi. Makanya setiap liburan, mungkin sekarang ini kok saya sudah ada yang terkumpul di Makassar. Saya minta tolong kepada penjaga (GOR) untuk ambilkan kok bekas.
ADVERTISEMENT
Ada kendala melatih siswa-siswi bermain bulu tangkis dengan raket kayu?
Tidak ada. Hanya dia (raket) berat. Makanya selalu dipertipis.
Tapi, utamanya di perhitungan. Siswa kan enggak mengerti. Kalau saya latih begitu, saya masukkan dalam ruangan. Saya kasih lihatkan video. Biar tahu, oh begini posisinya kalau, service-nya sebelah kiri.
Siapa sajakah yang terkena demam bulu tangkis?
Orang dekat rumah sini. Ada Upin Ipin (Siswa kembar bernama Rafli dan Rifal), pokoknya kompleks sini sering main. Di lampu jalan kalau malam.
Sudah ada siswa berprestasi di bidang bulu tangkis?
Alhamdulillah 3 bulan latihan, ada O2SN tingkat kecamatan. Alhamdulillah kita dapat dua juara, putra dan putri. Kami dapat mewakili kecamatan Dampal Utara di kegiatan O2SN tingkat Kabupaten.
ADVERTISEMENT
Muncul masalah baru di sana karena peralatan kami, mulai dari baju dan sepatu yang seadanya. Sampai di sana licin (lantai GOR), kami kalah bersaing.
Waktu di kota kan Arjuna pakai sepatu sekolahnya. Sepatunya licin, makannya saya kasihkan air gula. tapi tidak mempan juga. Di samping permainannya kurang jam terbang memang, lalu peralatan dan sepatunya tidak memadai.
Pokoknya lemas. Pengaruh sepatunya juga licin, raket patah. Dua kali patah. Senarnya putus pertama. Keduanya raketnya ini memang patah. Ya akhirnya pinjem raket orang. Kenalan sesama guru olahraga. Kan ada dari 10 kecamatan dan semuanya hadir.
Apa motivasi yang selalu disampaikan ke siswa saat bertanding?
“Jangan takut, Arjuna.”
Saya biasa kasih gini telinganya (digosok-gosok). Telinganya panas, soalnya dia biasa down. Setelah set pertama baru muncul lagi permainannya. Pas di awal-awal jam terbang dia kurang.
ADVERTISEMENT
Apakah demam bulu tangkis mengganggu pelajaran siswa?
Saya juga sering batasi kalau dia sekolah. Kecuali kalau sore, saya simpan di rumah saya. Kalau dia datang dan minta main, saya kan guru olahraga, mana mungkin saya batasi.
Walau sering rebutan raket, bulu tangkis ini sudah sering dimainkan di sini. Jadi anak-anak sering main. Secara tidak langsung bakatnya akan tumbuh, hobinya. Bisa tergiring ke sana. Karena dia lihat dia alami, dia main bulu tangkis. Sekalipun peralatannya dimodifikasi.
Apa harapan untuk perkembangan bulu tangkis di Malambigu?
Banyak harapan saya. Supaya orang tuanya juga lebih banyak memberikan dia dorongan. Pihak pemerintah juga perhatikanlah kalau memang ada seperti ini
Bisa lihat sendiri (antusiasme). Hanya mungkin, kurang kok. Karena pihak sekolah tidak siap untuk selalu menyediakan itu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana potensi anak-anak Malambigu di bulu tangkis?
Sangat yakin. Insyaallah. Pertama saya datang ke kampung itu, saya melihat dan merasakan langsung antusias siswa. Kalau jam istirahat minta izin untuk olahraga juga minta kok. Mulai dari anak kelas 1 sampai kelas 6.
Bakat alam mereka ada. Minat juga sangat antusias, ini terbukti dengan wajah yang ceria terpancarkan ketika sedang main badminton dengan peralatan kayu. Dan kok bekas yang sudah lama dan usang.
Apa makna bulu tangkis dan anak-anak Malambigu di kehidupan Anda?
Bulu tangkis bagi saya adalah hobi dan merupakan motivasi bagi saya untuk meraih kesuksesan. Tentunya, bersama anak anak didik saya di daerah 3T, terdepan, terluar, dan tertinggal.
ADVERTISEMENT
Di sekolah mereka siswa, anak didik saya yang harus saya cerdaskan sebagai tempat untuk berbagi ilmu. Di luar sekolah, terkadang mereka saya jadikan sahabat bagi saya. Mereka anak desa yang benar-benar butuh yang namanya pendidikan yang layak dan berkualitas seperti di kota-kota besar.
Bagi Anda yang ingin membantu anak-anak tersebut, komunitas 1000 Klub Badminton berkolaborasi dengan kumparan membuat program donasi di tautan berikut: https://www.kitabisa.com/badmintonuntuksemua