Pakai Gillnet Lebih Untung daripada Cantrang

2 Mei 2017 7:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nelayan dan cantrang ikan. (Foto: Dok. kkp.go.id)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti Nomor 72/MEN-KP/II/2016 telah melarang nelayan menggunakan cantrang untuk menangkap ikan. Susi meminta nelayan untuk beralih ke alat penangkapan ikan yang lebih ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Salah satu alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan yakni jaring insan organik atau gillnet. Para nelayan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kini sebagian besar telah beralih ke gillnet, bahkan kapal nelayan berukuran di atas 30 gross ton saat ini banyak yang telah melaut hingga ke Laut Arafuru.
Peneliti di Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana mengatakan, ikan-ikan yang tertangkap melalui gillnet ialah ikan yang terjerat (gilled) pada mata jaring ataupun terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Ukuran mata jaring pada gillnet juga dibuat lebih besar, sehingga ikan yang terjerat pada gillnet merupakan ikan dengan ukuran besar.
"Jadi kalau ikan-ikan kecil dia lolos dari gillnet, karena kan mata jaringnya besar. Nah, ikan yang besar ini yang terjerat di gillnet," ujar Suhana saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/5).
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, ukuran mata jaring gillnet dapat mencapai 50 cm, khususnya penangkapan ikan hiu. Diameter benang yang digunakan mulai dari 0,05 mm (kekuatan putus sekitar 1-2 kg) hingga 2,5 mm (kekuatan putus 200-300 kg).
Sementara pada cantrang, meskipun memiliki ukuran mata jaring yang sama dengan gillnet, hasilnya tentu jauh berbeda. Sebab, cara kerja cantrang seperti mengeruk laut.
Kapal nelayan yang masih pakai cantrang. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
"Nelayan yang pakai cantrang, mereka enggak akan bisa dapat ikan yang bagus-bagus seperti gillnet. Karena setelah mereka tebar jaring cantrang ke laut, mereka maju nih pakai kapalnya, jadi seperti mengeruk, ikan kecilpun bisa masuk, bukan hanya ikan, tapi juga biota laut lainnya," jelasnya.
Tak heran, lanjutnya, nelayan yang menggunakan gillnet bisa untung lebih banyak dibandingkan yang menggunakan cantrang. Ikan-ikan yang didapat merupakan ikan skala sedang hingga besar, yang harga jualnya relatif lebih mahal.
ADVERTISEMENT
"Kalau cantrang paling ikan-ikan kecil, harganya pasti jauh lebih murah dibandingkan ikan dari hasil gillnet," pungkasnya.
Sebelumnya, salah satu nelayan yang telah beralih dari cantrang ke jaring insan organik (gillnet) mengatakan, saat ini keuntungan bersihnya jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Bahkan, keuntungan tersebut dapat digunakan untuk membeli kapal baru.
"Kalau pakai cantrang dulu paling Rp 60 juta per trip, satu trip biasanya sebulan. Itu bersih segitu. Kalau pakai gillnet sampai ke Arafuru bisa bawa bersih Rp 3 miliar per trip atau 3 bulan, jadi sebulannya bisa Rp 700 juta sampai Rp 1 miliar," ujar salah seorang nelayan besar dengan ukuran kapal di atas 30 gross ton kepada kumparan (kumparan.com) di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Senin (1/5).
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, dalam dua tahun beralih ke gillnet, dirinya bisa membeli kapal baru. Lengkap dengan freezer dan kelengkapan kapal lainnya.
Nelayan yang tak mau disebutkan namanya tersebut mengaku, membeli jaring gillnet sekitar Rp 700 juta per 100-150 set. Biasanya, per set jaring gillnet panjangnya bisa 40-50 meter.
Sementara saat memakai cantrang, ia hanya membeli jaringnya seharga Rp 7 juta per 100-150 set. Per set jaring cantrang panjangnya sekitar 40 meter.