Pakar BRIN: Insyaallah Lebaran 2025 Serentak pada Senin, 31 Maret

28 Maret 2025 7:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pakar antariksa BRIN Prof Thomas Djamaluddin memberikan paparan tentang hilal pada 29 Ramadan/29 Maret 2025. Foto: YouTube BRIN
zoom-in-whitePerbesar
Pakar antariksa BRIN Prof Thomas Djamaluddin memberikan paparan tentang hilal pada 29 Ramadan/29 Maret 2025. Foto: YouTube BRIN
ADVERTISEMENT
Pakar antariksa BRIN, Prof Thomas Djamaluddin, mengatakan hilal tak akan terlihat pada Sabtu, 29 Maret 2025, saat diadakan pengamatan hilal dalam sidang isbat penentuan Idul Fitri 1 Syawal 1446 H.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, bulan Ramadan akan digenapkan 30 hari sehingga Lebaran 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret.
“Tanggal 29 Ramadan atau 29 Maret secara hisab atau perhitungan dengan menggunakan kriteria MABIMS yang diadopsi di Indonesia, kriteria tersebut terpenuhinya baru di wilayah Amerika, Benua Amerika,” kata Thomas dalam tayangan di kanal BRIN bertajuk "Pakar BRIN: Insyaallah Lebaran Tahun Ini Serentak", Jumat (28/3).
Petugas Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) melakukan pengamatan rukyatul hilal mengunakan teropong di Medan, Kamis (20/4/2023). Foto: Fransisco Carolio/ANTARA FOTO
Kriteria MABIMS adalah standar yang ditetapkan oleh Menteri Agama dari negara-negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk menentukan awal bulan hijriah, termasuk Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit).
Sejak 2021, MABIMS mengadopsi kriteria terbaru yang lebih ketat, yaitu:
ADVERTISEMENT
Kriteria ini digunakan sebagai acuan dalam perhitungan hisab (perhitungan astronomis) untuk memprediksi visibilitas hilal, yang kemudian diverifikasi melalui rukyat (pengamatan langsung).
“Tinggi (hilal) 3 derajat, elongasi 6,4 derajat geosentrik itu terpenuhinya di Benua Amerika, sedangkan di wilayah Indonesia posisi bulan bahkan masih di bawah ufuk, ya. Jadi jelas tidak memenuhi kriteria MABIMS tersebut,” jelas Thomas.
“Sehingga pada pada saat sidang isbat, ya hampir bisa dipastikan bahwa hilal juga secara rukyat tidak akan ada yang menyaksikan. Kalaupun ada yang mengaku menyaksikan, itu pasti ditolak pada sidang isbat,” paparnya.
Dengan demikian, kata Thomas, bulan Ramadan digenapkan menjadi 30 hari atau yang disebut sebagai istikmal.
Dalam kalender Islam (hijriah), jumlah hari dalam satu bulan ada yang 29 dan ada yang 30, tergantung visibilitas hilal. Adapun istikmal artinya penggenapan atau penyempurnaan jumlah hari dalam suatu bulan menjadi 30 hari.
Anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) dari Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) bersiap mengamati posisi hilal (bulan sabit muda) menggunakan teropong tradisional atau gawang di lokasi rukyatul hilal, Pantai Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Foto: Adeng Bustomi/Antara Foto
Istikmal dilakukan ketika hilal (bulan sabit) tidak terlihat pada tanggal 29 bulan hijriah, baik karena tidak memenuhi kriteria hisab (seperti kriteria MABIMS) maupun tidak berhasil diamati secara rukyat (pengamatan langsung).
ADVERTISEMENT
PP Muhammadiyah yang menggunakan metode perhitungan astronomis Hisab Hakiki Wujudul Hilal telah menetapkan Lebaran 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Pemerintah dalam kalender juga menulis tanggal yang sama.
Namun, keputusan pemerintah tetap akan disampaikan setelah sidang isbat di gedung Kemenag RI pada Sabtu, 29 Maret besok. Meski demikian, Menteri Agama Nasaruddin Umar berharap Idul Fitri akan dirayakan serempak sebagaimana awal Ramadan 2025.