Banjir, Evakuasi warga, Kemang

Pakar ITB: Naturalisasi Satu-satunya Cara Jakarta Bebas Banjir

4 Januari 2020 14:32 WIB
comment
57
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas SAR menggunakan perahut karet untuk mengevakuasi korban banjir di Jalan Jatinegara Barat, Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (2/1). Foto:  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Petugas SAR menggunakan perahut karet untuk mengevakuasi korban banjir di Jalan Jatinegara Barat, Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (2/1). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Sejumlah wilayah di Jakarta dan sekitarnya digenangi banjir di awal tahun 2020. Pakar Hidrodinamika ITB yang juga anggota Tim Gubernur DKI, Muslim Muis, mengatakan satu-satunya cara membebaskan Ibu Kota dari banjir adalah dengan naturalisasi.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah sampaikan ke Pak Anies, 'Pak naturalisasi itu satu satunya jalan supaya Jakarta bebas banjir. Tidak ada pilihan lain Pak'," kata Muslim di diskusi Polemik, di Bidara Cina, Jakarta Timur, Sabtu (4/1).
Menurutnya, konsep naturalisasi adalah menangkap air hujan, diresapkan, lalu sisanya dibuang. Hal tersebut akan efektif apabila ikut dilakukan masyarakat dengan menanam pohon.
Diskusi polemik soal banjir di Pengungsian Bidara Cina, Jakarta Timur. Foto: M Lutfan Darmawan/kumparan
Konsep ini merupakan pengelolaan prasarana sumber daya air melalui konsep pengembangan ruang terbuka hijau. Serta memperhatikan kapasitas tampungan air, fungsi pengendalian banjir dan konservasi.
"Kurangi debit banjir itu. Gimana caranya? Tangkap hujannya. Tak Hanya di sini, di sana tuh, di Puncak, di Bogor. Siapa yang bisa perintahkan tangkap hujan itu? Jangan tanya saya, sudah jelaskan siapa. Bukan tugas Pak Anies," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Siapa yang bisa lakukan itu?" tanya moderator.
"Pemerintah pusat bos, Presiden sama menterinya," jawab Muslim.
Evakuasi warga yang terendam banjir di Kemang Selatan X, Jakarta Sleatan, Rabu (1/1/2020). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Muslim tak sependapat dengan opsi normalisasi sungai. Menurut dia, apabila normalisasi dilakukan, bukan tak mungkin Jakarta tetap terendam banjir.
"Bisa enggak kita hindari banjir ini? Buat kali dan sungai besar? Berapa kapasitasnya BKB (Banjir Kanal Barat) kita itu? Kapasitasnya itu hanya 500, saat hujan pertama ekstrim itu sudah penuh. Untung waktu bersamaan tidak datang Katulampa. Dia beberapa jam berikutnya," kata Muslim.
"Dituduh Anies tidak normalisasi, padahal kalau dinormalisasi bapak ibu makin tenggelam bapak itu. Air itu kan ditahan dulu di hulu, karena banjir tadi kan. Kalau dinormalisasi bapak ibu, itu Jakarta tenggelam. Air yang tadinya terendam di sini, tergelontorkan ke hilir. Jadi kalau mau normalisasi pastikan dulu hilirnya (bisa menampung), bukan hulunya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten