Pakar Jelaskan soal Buli-buli dan Ritual Keluarga yang Tewas di Kalideres

9 Desember 2022 21:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers akhir penyampaian hasil penyelidikan kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jumat (9/12).  Foto: Ananta Erlangga/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers akhir penyampaian hasil penyelidikan kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jumat (9/12). Foto: Ananta Erlangga/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kasus sekeluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat, polisi menemukan berupa mantra, buku agama, kemenyan hingga buli-buli di dalam rumah korban. Benda-benda itu disebut untuk menjalankan ritual.
ADVERTISEMENT
Namun dalam penyelidikan terakhir kepolisian memastikan empat anggota keluarga tersebut tidak meninggal dunia karena ritual yang mereka jalankan.
Pakar sosiologi Agama, Prof Jamhari, yang terlibat dalam penyelidikan lalu memberikan penjelasan terkait benda-benda yang diduga mengarah ke satu aliran tertentu itu.
Pertama, terkait temuan buku-buku lintas agama, Jamhari memastikan tidak ada keanehan dari isi buku-buku tersebut. Dirinya bilang buku-buku itu hanyalah buku agama biasa.
"Dilihat dari kategori buku-buku agama yang ada yakni buku-buku dari agama Kristen, buku Islam dan Budha, setelah dilihat dan dibaca, buku ini tidak ada yang aneh dan istimewa. Karena buku tersebut buku biasa yang bisa ditemukan atau dibeli di mana saja. Jadi saya kira ini menunjukkan bahwa mereka tidak sedang mengalami suatu pemahaman sekte tertentu," katanya saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12).
ADVERTISEMENT
Kedua, terkait ditemukannya lembaran-lembaran kertas yang diduga sebagai mantra, ternyata lembaran tersebut merupakan potongan ayat-ayat Al-Quran. Keluarga tersebut meyakini hal itu mampu memperbaiki kondisinya.
"Setelah saya lihat, wafak tulisan yang ada di situ hampir semua karakternya menggunakan bahasa Arab. Dan juga ada satu ayat Al Quran yang biasanya ini dipakai untuk memperlancar jodoh. Ada juga ayat-ayat yang membuka aura, mencari kekuatan batin dalam mengilhami hidup," jelas Jamhari.
Ketiga, terkait dengan kepribadian satu keluarga tersebut yang memilih menutup diri dengan lingkungannya yang sempat dikaitkan dengan syarat dari pada ritual tertentu. Hal ini juga dibantah oleh Jamhari.
Polisi olah TKP lanjutan rumah keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (16/11). Foto: Jonathan Devin/kumparan
Sebab, dari segi kepribadian mereka memang orang yang tertutup. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh tim psikologi forensik.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini sesuai temuan dari psikologi forensik bahwa ada satu anggota keluarga yang menyukai hal mistik dan berbau klenik yaitu saudara Budyanto," katanya.
Namun demikian, Jamhari menyampaikan semua temuan itu adalah hal yang biasa. Orang lain bisa melakukannya.
"Jadi ini bukan mantra atau wafak yang spesial menunjukkan sekte tertentu. Karena orang di luar sekte atau orang biasa juga melakukan ritual-ritual seperti yang dilakukan keluarga ini. Seperti ayat-ayat Surat Yusuf yang digunakan untuk memperlancar jodoh dan sebagainya juga dilakukan oleh kebanyakan orang," jelasnya.
Menurut Jamhari keluarga tersebut menjadikan benda-benda itu sebagai pelarian atas ketidakberdayaan mereka terkait kondisi di keluarganya.
"Jadi saya kira ini ritual biasa yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang lain. Kesimpulan saya, mereka bukan penganut yang menganut sekte, mereka orang normal yang bisa meninggal secara wajar karena penyakit," pungkasnya.
ADVERTISEMENT