Paus Fransiskus Kecam Kamala dan Trump: Mereka 'Menentang Kehidupan'

14 September 2024 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus mengadakan konferensi pers di atas pesawat kepausan dalam penerbangannya kembali setelah perjalanannya selama 12 hari melintasi Asia Tenggara dan Oseania, 13 September 2024.  Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus mengadakan konferensi pers di atas pesawat kepausan dalam penerbangannya kembali setelah perjalanannya selama 12 hari melintasi Asia Tenggara dan Oseania, 13 September 2024. Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus mengecam kebijakan aborsi dan migrasi yang diusung oleh Kamala Harris dan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat mendatang, dengan menyebut keduanya "menentang kehidupan".
ADVERTISEMENT
Ia mendorong umat Katolik AS untuk memilih capres dengan kejahatan yang lebih ringan.
“Keduanya menentang kehidupan, baik yang mengusir migran maupun yang membunuh bayi,” tegas Paus Fransiskus dalam konferensi pers di Roma saat kembali dari 12 hari kunjungan apostoliknya, seperti dikutip dari AP.
Paus tidak secara langsung menyebut nama kedua kandidat, namun ia menekankan pentingnya hak migrasi dan menyampaikan kecaman keras terhadap aborsi. Ia menyarankan pemilih untuk mempertimbangkan pilihan dengan hati nurani mereka.
Calon presiden AS Kamala Harris berjabat tangan dengan Calon presiden AS Donald Trump saat debat kedua Pemilu AS di National Constitution Center di Philadelphia, Amerika Serikat, Rabu (11/9/2024). Foto: Brian Snyder/REUTERS
“Setiap orang harus memilih, dan memilih kejahatan yang lebih ringan. Siapakah yang lebih jahat, yang perempuan atau laki-laki? Aku tidak tahu,” tutur Paus.
Paus juga menyinggung posisi Presiden AS Joe Biden, seorang Katolik pendukung hak aborsi, yang sebelumnya memicu kontroversi di kalangan uskup Katolik konservatif. Beberapa uskup bahkan menyerukan agar Biden dan Kamala tidak diizinkan menerima Komuni.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah pertemuan pribadi dengan Paus di Vatikan pada Oktober 2021, Biden mengatakan bahwa Paus menyebutnya sebagai "Katolik yang baik" dan memintanya untuk terus menerima Komuni.
Paus Fransiskus mengadakan konferensi pers di atas pesawat kepausan dalam penerbangannya kembali setelah perjalanannya selama 12 hari melintasi Asia Tenggara dan Oseania, 13 September 2024. Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
Dalam konferensi pers terbaru ini, Paus Fransiskus mempertegas bahwa para uskup seharusnya berperan sebagai pendeta, bukan politikus, ketika menyinggung isu penolakan Komuni.
Ia juga mengingatkan bahwa aborsi adalah tindakan membunuh manusia, menekankan bukti ilmu pengetahuan menunjukkan organ manusia mulai terbentuk sejak bulan pertama kehamilan.
"Melakukan aborsi berarti membunuh manusia, baik Anda suka atau tidak dengan kata tersebut," ujar Paus.
"Ini adalah pembunuhan," tambahnya.
Sikap keras Paus terhadap kebijakan aborsi dan migrasi juga pernah ia sampaikan pada pemilu AS 2016, dengan mengecam rencana Trump membangun tembok perbatasan dengan Meksiko.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Paus menyatakan bahwa siapa pun yang membangun tembok untuk mencegah migran masuk “bukanlah seorang Kristen.”
Paus Fransiskus bersama Presiden Indonesia Joko Widodo dan ditemani oleh Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto saat melakukan pertemuan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/9/2024). Foto: Achmad Ibrahim/Pool via REUTERS
Selain membahas pemilu AS, Paus Fransiskus juga menepis laporan bahwa dia akan menghadiri peresmian Katedral Notre Dame Paris yang dipugar pada Desember.
Namun, ia menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Kepulauan Canary guna menyoroti penderitaan para migran.
Paus juga mengisyaratkan keinginannya untuk mengunjungi China, yang ia sebut sebagai "janji dan harapan" bagi Gereja Katolik.
Pimipinan Gereja Katolik dunia itu baru saja menyelesaikan perjalanan kerasulan selama 12 hari ke sejumlah negara Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Meski ada spekulasi bahwa Paus akan kembali ke Argentina pada akhir 2024, ia menegaskan belum ada keputusan final terkait kunjungan ke tanah kelahirannya itu, sejak dipilih sebagai Paus pada 2013.
ADVERTISEMENT