Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
PBNU: Cuitan Dubes Saudi Memancing Bahaya
10 Desember 2018 11:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU ) marah besar ketika melihat cuitan Duta Besar Arab Saudi Osama bin Mohammed Al Shuaibi. Di akun twitter pribadinya, Osama menulis bahwa Reuni 212 merupakan reaksi keras terhadap aksi pembakaran bendera tauhid—yang diduga bendera HTI, organisasi terlarang di Indonesia—oleh kelompok sesat.
ADVERTISEMENT
“Maksudnya (GP) Ansor kan. PBNU merasa dihina dengan pernyataan ini, karena ini jelas-jelas kesalahan atau tidak mengerti etika diplomasi,” ujar Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (3/12).
Padahal dalam sepuluh bulan terakhir NU dan Arab Saudi baru memulai menjalin hubungan baik. Keduanya saling mengundang dan berdialog dalam beberapa kesempatan.
Bahkan Arab Saudi, melalui Dubes Osama, memberikan jatah haji gratis untuk Said Aqil dan Sekjen PBNU Helmy Faishal Zainy beserta 38 tokoh Islam lainnya. Sayangnya, kedekatan NU dan Kerajaan Saudi yang sempat membaik justru dibuat berantakan oleh Osama sendiri.
Kepada kumparan, Helmy membeberkan kekecewaan PBNU terhadap pernyataan Osama itu. Dalam obrolan yang berlangsung pada Rabu (5/12) di Kantor PBNU, Helmy menyatakan bahwa apa yang diucapkan Osama mengusik perasaan keluarga besar Nahdliyin dan menodai hubungan baik yang baru saja mereka bangun.
ADVERTISEMENT
Berikut obrolan lengkapnya.
Bagaimana waktu PBNU dan GP Ansor mengetahui cuitan itu?
Pertama, Pak Kiai Said Aqil Siroj menerima informasi itu. Dicek, memang benar dari akunnya Osama bin Mohammad Al Shuaibi. Setelah itu kami konfirmasi ke pemerintah.
Menteri Agama juga meminta kami, PBNU, menyampaikan sikap terhadap cuitan dari Osama Shuaibi ini. Kemudian saya tanya untuk kepentingan apa. Kata Pak Menag ini ada rapat Polhukam termasuk membahas pernyataan Osama. Berarti ini resmi.
Lalu kami sampaikan, PBNU menyatakan protes keras karena ini artinya sudah mencampuri sesuatu yang bukan wewenangnya. Dalam pandangan PBNU, ini merupakan pelanggaran keras dalam berdiplomasi.
Apa saja yang dikritisi PBNU dari cuitan tersebut?
Setelah dipelajari oleh Tim PBNU, cuitan itu setidaknya mengandung dua substansi yang kami kritisi.
ADVERTISEMENT
Pertama, pernyataan yang mengaitkan peristiwa aksi 212 sebagai reaksi atas pembakaran bendera tauhid. Kenapa masih menyebut pembakaran bendera tauhid?
Masalah ini dianggap sudah selesai, pembakar menganggap yang dibakar itu adalah bendera HTI. Kepolisian juga menyatakan yang dibakar adalah bendera HTI.
Bahkan yang membawa bendera ke arena Hari Santri juga menyampaikan bahwa bendera yang dibeli melalui online dan dibawa adalah bendera HTI. Meskipun kemudian terjadi suatu informasi, ini dianggap sebagai bendera tauhid.
Aksi 212 ini peruntukannya apa, tapi diinterpretasikan oleh Osama Muhammad Shuaibi sebagai sesuatu yang berbeda. Ini memiliki implikasi politik yang luar biasa karena di media Ajel News (ajel.sa, media Arab Saudi) misalnya, mengemuka bahwa jutaan massa yang hadir di reuni 212 itu adalah reaksi atas adanya pembakaran bendera Tauhid.
ADVERTISEMENT
Jadi ini memancing situasi yang sangat berbahaya.
Kedua, konteks penyebutan almunharifah sebagai organisasi yang menyimpang. Ini jelas yang dituduh dalam hal ini kan adalah Ansor atau sangat mungkin yang dituduh adalah NU.
Maka kami protes kepada pemerintah melalui Menteri Luar Negeri agar menyampaikan nota protes kepada pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk memulangkan Osama karena sudah mengambil tindakan yang gegabah.
Kami juga ingin meluruskan, kami tidak sedang lebay. Kami ingin meluruskan duduk masalah ini agar tidak ada informasi simpang siur baik di dunia internasional, terlebih khususnya di kalangan warga negara Indonesia.
Kami ingin luruskan agar semuanya terang. Kami juga ingin masalah ini segera berakhir, segera ada klarifikasi, ada tabayyun dari Osamah. Karena sampai hari ini belum ada konfirmasi.
Sejauh apa permintaan PBNU?
ADVERTISEMENT
Saya kira kalau sudah ada pernyataan minta maaf dan mengakui ini sebagai suatu kesalahan serta ada klarifikasi tabayyun (dari Kedutaan Besar Arab Saudi) kepada pemerintah (Indonesia).
Masalah ini bukan semata-mata masalah NU, tapi juga bagaimana negara tetap bisa menjaga harkat martabat dan harga dirinya ketika ada pejabat diplomat luar negeri yang mencampuri urusan dalam negeri. Sudah melampaui dari etika di dalam diplomatik.
Selama ini bagaimana hubungan PBNU dan Arab Saudi?
Ya meskipun sempat terputus lama, artinya biasa-biasa saja. Sempat hubungan sudah mulai agak baik setelah terjadi perkembangan politik yang baru di Saudi. Ketika itu, kami untuk pertama kalinya diundang oleh Kedubes Arab Saudi yang ada di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Mereka menyampaikan bahwa hari ini terjadi era baru di Saudi di mana Kerajaan Arab Saudi mendorong tumbuhnya demokratisasi, tumbuhnya penghargaan atas hak-hak asasi manusia, dan transparansi.
Mereka menyampaikan bahwa kerajaan Arab Saudi mendorong terus berkembangnya Islam yang toleran, Islam yang damai, Islam Wasathiyyah (moderat), dan saya kira itu sejalan dengan Nahdlatul Ulama. Itu kira-kira baru berlangsung delapan atau sepuluh bulan yang lalu lah.
Nah kemudian terciderai dengan cuitan ini. Padahal kita baru saja memulai hubungan dalam konteks lebih erat.
Bagaimana perbedaan mazhab Arab Saudi dan NU memengaruhi relasi keduanya?
Sejarah berdirinya NU dari awal sebetulnya bagian dari respons atas adanya dinamika diplomatik hubungan antara Indonesia (masih Nusantara) dengan Saudi. Terutama dalam konteks bagaimana PBNU memberikan masukan-masukan kepada Kerajaan Saudi sebagai upaya untuk tetap memelihara adanya berbagai macam mazhab di dalam keberagaman.
ADVERTISEMENT
Kita ingat dulu peristiwa sebelum berdirinya NU, beberapa ulama-ulama kita belajar di sana. Ketika Kerajaan Saudi hendak membongkar makam Nabi Muhammad SAW untuk dipindahkan, para ulama Indonesia protes. Dibentuklah yang disebut dengan Komite Hijaz.
Tapi tim kecil ini dianggap tidak merepresentasikan umat Islam Indonesia. Maka para ulama bersepakat kita mendirikan satu Jamiyah, satu organisasi, agar pendapatnya ini dapat dipertimbangkan dan diperhitungkan oleh kerajaan Arab Saudi. Maka berdirilah Nahdlatul Ulama pada 1926.
Atas nama perkumpulan Nahdlatul Ulama, para ulama yang ketika itu dipimpin Kiai Haji Wahab Chasbullah dari Jombang, diutus KH Hasyim Asyari, berangkat bersama beberapa kiai. Mereka menyampaikan apa yang menjadi isi pendapat-pendapat para ulama Nusantara ini terhadap pelaksanaan keagamaan yang ada di Makkah maupun di Madinah.
Jadi peristiwa ini memengaruhi hubungan yang sudah dirintis 10 bulan terakhir?
ADVERTISEMENT
Iya, jadi beku lagi hubungannya.
Awal ada komunikasi itu setelah Muhammad bin Salman (MbS) itu jadi putra mahkota. Lalu MbS melakukan beberapa perubahan politik, kemudian pemerintah Saudi melalui Kedubes-nya menginisiasi untuk ketemu kami (PBNU). Saya juga diundang beberapa kali ke Arab Saudi dalam pertemuan internasional.
Baru itu.
***
Update: Senin malam (10/12), Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil, mengabarkan lewat akun media sosialnya bahwa Dubes Osama telah meminta maaf kepada Nahdlatul Ulama. Permintaan maaf disampaikan melalui Yenny Wahid, putri mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur―Ketua Umum PBNU periode 1984-1999.
Berikut petikan ucapan Dubes Osama seperti diunggah Gus Yaqut dalam Facebook-nya:
Saya cinta rakyat Indonesia. Saya menghargai NU, Muhammadiyah, dan semua organisasi Islam. Seseorang mencoba menghancurkan hubungan baik antara saya dengan Nahdlatul Ulama, antara saya dan rakyat Indonesia. Sampaikan salam hangat kepada saudari saya. Insyaallah saya akan kembali minggu depan untuk menyelesaikan semuanya.
ADVERTISEMENT
Gus Yaqut pun meminta Nahdliyin untuk menerima permohonan maaf Osama. “Kita saling memaafkan. Ini yang diajarkan agama. Ini yang diteladankan sang junjungan, Nabi Muhammad SAW.”
------------------------
Simak rangkaian laporan lengkapnya di Liputan Khusus kumparan: Cuitan “Sesat” Dubes Saudi