PDIP soal Surya Paloh Sindir Parpol Pancasilais: Terlalu Emosional

9 November 2019 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberikan pidato pada Kongres II Partai NasDem, Jakarta, Jumat (8/11/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberikan pidato pada Kongres II Partai NasDem, Jakarta, Jumat (8/11/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketum NasDem Surya Paloh menyindir ada parpol yang mengaku Pancasilais namun nilai-nilai itu nyatanya tak tercermin dan justru kerap mengundang perkelahian.
ADVERTISEMENT
PDIP pun angkat suara terkait sindiran Surya Paloh itu. Menurut Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira, sindiran itu terlalu emosional.
"Tuduhan SP (Surya Paloh) soal partai Pancasilais pun menjadi terlalu emosional dan sama sekali tidak bermakna ideologis," kata Andreas dalam keterangannya, Sabtu (9/11).
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira Foto: Rosa Panggabean/Antara
Andreas mengatakan, sindiran itu sebagai respons Surya Paloh secara emosional terhadap penyataan Presiden Jokowi berapa waktu lalu di HUT ke-55 Golkar. Saat itu, Jokowi menyindir pelukan Surya Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Iman.
"Ini berawal dari 'sindiran' Pak Jokowi soal kemesraan pelukan antara Pak SP dan SI (Sohibul Iman), Ketum PKS, yang mungkin lebih pada ekspresi kedekatan perkawanan antar elite yang kemudian ditafsirkan berbagai pihak dengan berbagai interpretasi, terutama mengarah ke 2024," jelas Andreas.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh berpelukan dengan Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) di DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Padahal menurut Andreas, pelukan Surya Paloh dan Sohibul Iman tak berpengaruh pada koalisi pemerintah. Ia menganggap hubungan elite parpol memang bersifat dinamis dalam rangka membangun politik pertemanan.
ADVERTISEMENT
"Reaksi SP terhadap sindiran presiden pun menurut saya terlalu emosional, membawa diskursus seolah persoalan pelukan ini masuk dalam wilayah ideologis partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf," ungkapnya.
"Karena semua juga tahu dinamika antar elite partai saat ini lebih bersifat politik pertemanan. Membangun pertemanan sebagai basis kesepahaman kerja sama politik," imbuhnya.
Presiden Joko Widodo (tengah) memberikan sambutan pada peringatan HUT ke-55 Partai Golkar, Jakarta, Rabu (6/11). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ia menjelaskan Jokowi mengomentari pertemuan Surya Paloh dan Sohibul Iman dalam kapasitasnya sebagai Presiden. Sehingga sudah sepatutnya Jokowi bertanya soal itu.
"Faktanya, pertama, yang mengomentari rangkulan SP dan SI adalah Jokowi yang dalam kapasitasnya sebagai presiden tentunya berharap banyak, setelah pembentukan kabinet, meskipun tentu tidak memenuhi harapan semua partai pendukung, tetapi pemerintahan tetap solid," terangnya.
Presiden, Joko Widodo (kedua kiri), didampingi Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, sebelum memberikan kuliah umum. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Meski demikian, Andreas memastikan hubungan koalisi Jokowi - Ma'ruf Amin masih tetap solid dan terjaga.
ADVERTISEMENT
"Sehingga, meskipun hubungan antar elit partai dinamis tetapi soliditas koalisi tetap terjaga," pungkasnya.
Surya Paloh menyatakan sindiran soal parpol Pancasilais saat pembukaan Kongres II Partai NasDem, Jumat (8/11) malam. Menurutnya, meski berideologi Pancasila, namun nyatanya parpol itu tak mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
"Ngakunya partai nasionalis, Pancasilais, eh buktikan saja. Rakyat butuh pembuktian, partai mana yang paling amalkan nilai-nilai Pancasila," ujar Surya Paloh di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11).
"Kalau partai yang terus mengundang, terus menerus cynical, mengajak perkelahian satu sama lain, ah pasti bukan Pancasilais itu," lanjut Surya Paloh yang disambut tepuk tangan ribuan peserta kongres.