Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Setelah gagal lolos di Pemilu 2019, Partai Hanura kini masih dilanda konflik. Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) pecah kongsi dengan Ketua Dewan Pembina Hanura Wiranto.
ADVERTISEMENT
Wiranto yang merupakan pendiri Hanura, tak diundang OSO dalam Munas yang saat ini sedang berlangsung. Mantan Menkopolhukam itu pun kecewa.
"Di publik saya (dianggap) berseteru dengan Pak OSO. Enggak pernah ada ketua umum berkonflik dengan Ketua Dewan Pembina. Tetapi ini saya sangat menyesal," tutur Wiranto dalam jumpa pers di Hotel Atlet, Jakarta, Rabu (18/12).
Wiranto lalu mengungkap komitmen lama sebelum dia menyerahkan Partai Hanura kepada OSO, yang saat itu 'orang baru' di Hanura.
Wiranto mau menyerahkan Hanura dengan syarat, di antaranya Dewan Pembina punya kewenangan strategis dan OSO menjabat Ketum Hanura hanya sampai 2019.
"Sejarah partai saya dirikan, di Bambu Apus, dari sana kita mengundang Pak OSO. Saya buat Ketum OSO aklamasi, dengan catatan bahwa beliau akan menggantikan saya. Jadi semua kekuasaan yang ada di kewenangan strategis diangkat ke Dewan Pembina. Ya setuju," ungkap Wiranto.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata komitmen itu dilanggar OSO. Dalam Munas yang digelar hari ini, Wiranto tak diundang. Hasil Munas menetapkan OSO terpilih aklamasi menjadi Ketum Hanura 2019-2024.
"Janjinya kemarin hanya sampai 2019. Juga tunduk pada AD/ART, paling tidak (jumlah pengurus) 36 orang, malah kemudian ditambah, dan sebagainya," bebernya.
Tak sampai situ, Wiranto juga menyinggung isu dia dapat uang dari OSO karena menyerahkan Hanura . Isu ini dibantah Wiranto.
Dalam perjalanannya, kewenangan Dewan Pembina dibatasi.
"AD/ART diubah sehingga kekuasaan saya tidak sekuat saat Munaslub itu. Lalu timbul konflik, konflik itu dituduhkan rekayasa saya. Saya ingin mendamaikan, damai sajalah, memalukan," tuturnya.
ADVERTISEMENT