Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Kopral Bagyo, purnawirawan prajurit TNI Angkatan Darat dari Detasemen Polisi Militer IV Surakarta, punya segudang penghargaan meski menyandang jabatan rendah di ketentaraan.
ADVERTISEMENT
Pria yang bernama lengkap Partika Subagyo Lelono itu memang bukan kopral biasa. Titel “kopral” yang tersemat abadi padanya ialah pilihan hidup, jalan Tuhan versi sang Kopral untuk menunjukkan pada orang lain bahwa jabatan bukan segalanya.
Dari deretan penghargaan yang ia terima, ada satu yang begitu berkesan, yakni miniatur pedang bertakhta emas dari Kepala Staf Angkatan Laut.
“Sebagai seorang kopral, prajurit rendah, saya paling bangga ketika diberi penghargaan oleh KSAL pada 15 September 2015,” kata Kopral Bagyo ketika berbincang santai dengan kumparan beberapa waktu lalu di Solo, Jawa Tengah.
Miniatur pedang bertakhta emas itu didapat Bagyo atas upayanya berkukuh mempertahankan penamaan KRI Usman-Harun --kapal perang Republik Indonesia yang diberi nama berdasarkan nama dua pahlawan, Usman Janatin dan Harun Thohir, yang terlibat pengeboman di MacDonald House Singapura pada 10 Maret 1965.
ADVERTISEMENT
“Saya membela Usman dan Harun, prajurit TNI AL yang dulu berjuang di Singapura dan dianggap teroris oleh Singapura karena meledakkan bangunan di sana. Sehingga penamaan KRI Usman-Harun diprotes Singapura. Saya waktu itu menuntut TNI AL memperhatikan masalah ini,” ujar Bagyo.
Ketika itu, tahun 2014, Kopral Bagyo melakukan aksi unjuk rasa seorang diri di Markas TNI AL, Jakarta. Ia menegaskan, nama Usman dan Harun layak diabadikan, terlepas dari protes Singapura atas penamaan KRI Usman-Harun.
Kenapa Kopral Bagyo begitu memperhatikan Usman dan Harun, anggota Korps Marinir TNI AL yang berbeda matra dengannya?
Salah satunya, karena Usman dan Harun sama-sama prajurit berpangkat rendah sepertinya, dan ia tak ingin hal itu menghambat penghargaan terhadap mereka.
ADVERTISEMENT
“Kedua orang itu (Usman dan Harun) tamtama semua. Saya merasa senasib sama mereka,” kata sang Kopral.
Maka dia dianugerahi AL miniatur pedang bertakhta emas atas perhatian dan penghormatannya kepada Usman-Harun.
Kopral Bagyo begitu bahagia, mengatakan penghargaan tersebut sangat berarti baginya. Terlebih, penghargaan itu, menurutnya, hanya diterima oleh dua orang, yakni dia dan nakhoda Kapal Sinar Kudus yang pernah dibajak perompak Somalia.
Kopral Bagyo berjanji tidak akan pernah mencoreng nama institusi dan pimpinannya, dan tak akan menggunakan keistimewaan fisiknya untuk hal-hal tak bertanggung jawab.
“Saya enggak mau petantang-petenteng. (Kekuatan) fisik saya ini mau saya gunakan untuk hal-hal baik. Saya cinta TNI sampai mati,” kata Bagyo.
Banyak hal yang berkesan bagi Kopral Bagyo selama 32 tahun ia mengabdi di kemiliteran, salah satunya ketika ia mendapat kesempatan bersama kedua putranya --yang juga menuruti jejaknya menjadi prajurit-- untuk mengawal Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Saya juga pernah mengawal Lady Diana pada 1989 waktu di Yogya. Saya berlari tepat di samping mobil beliau dan muka saya sejajar dengan wajahnya,” kata Bagyo, tersenyum.
Ah, semoga bahagia selalu sepanjang hidupmu ya, Kopral!