Pejabat China Akui Adanya Kamp Konsentrasi Muslim di Xinjiang

16 Oktober 2018 15:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tahanan di kamp pendidikan politik di Lop County, Prefektur Hotan, Xinjiang. (Foto: Dok. media.hrw.org)
zoom-in-whitePerbesar
Tahanan di kamp pendidikan politik di Lop County, Prefektur Hotan, Xinjiang. (Foto: Dok. media.hrw.org)
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya pejabat China mengakui adanya kamp konsentrasi bagi warga Muslim Uighur di Xinjiang. Namun berbeda dengan laporan lembaga HAM dan media Barat, dalam bahasanya kamp itu bukan penjara melainkan "tempat pelatihan".
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Shohrat Zakir, pejabat senior Partai Komunis di Xinjiang menyampaikan hal tersebut dalam wawancara panjang dengan kantor berita China Xinhua, Selasa (16/10). Dia mengatakan orang-orang yang dikirim ke kamp itu adalah mereka yang "terpengaruh oleh terorisme dan ekstremisme, tapi hanya kejahatan kecil yang tidak mendapat hukuman kriminal."
Dia tidak menyebutkan bahwa tempat itu adalah kamp atau penjara seperti yang dilaporkan lembaga HAM Human Right Watch (HRW) pada September lalu.
Namun Zakir mengakui bahwa tempat itu berupa "asrama" dengan petugas keamanan yang mengawasi pintu masuk. Laporan media sebelumnya menyebut ada ribuan hingga jutaan orang yang ditahan di penjara itu.
Para pejabat desa bersumpah setia kepada Partai Komunis Tiongkok di Kashgar, Xinjiang. (Foto: Dok. media.hrw.org)
zoom-in-whitePerbesar
Para pejabat desa bersumpah setia kepada Partai Komunis Tiongkok di Kashgar, Xinjiang. (Foto: Dok. media.hrw.org)
Pelatihan yang diberikan dalam kamp di Xinjiang, kata Zakir, adalah pelajaran bahasa dan edukasi soal konstitusi dan hukum China. Diberikan juga pelatihan keterampilan kerja seperti pemrosesan makanan, perakitan elektronik, menata rambut, menjahit, dan berdagang online.
ADVERTISEMENT
"Melalui pelatihan kerja, banyak peserta mampu merefleksikan kesalahan mereka dan melihat jelas esensi dan keburukan terorisme dan ekstremisme agama," kata Zakir.
"Mereka juga lebih baik dalam membedakan yang baik dan buruk serta menolak masuknya pemikiran ekstremis," lanjut dia lagi.
Dia mengatakan, kamp itu berhasil mencegah kekerasan militan di Xinjiang dalam 21 bulan terakhir. Rencananya pada akhir tahun ini "pelatihan" akan rampung dan "peserta" akan dibebaskan.
Muslim Turki desa menghadiri kelas Mandarin. Untuk beberapa orang, kehadiran adalah wajib. (Foto: Dok. media.hrw.org)
zoom-in-whitePerbesar
Muslim Turki desa menghadiri kelas Mandarin. Untuk beberapa orang, kehadiran adalah wajib. (Foto: Dok. media.hrw.org)
Zakir adalah pejabat tinggi pertama Xinjiang yang secara terbuka berbicara soal kamp itu. Berbagai pengakuan mantan tahanan di kamp tersebut sebelumnya bermunculan di media dan laporan HRW.
Para tahanan mengaku didoktrin mencintai Partai Komunis dan menanggalkan keislaman mereka. Mereka dipaksa menghafal lagu-lagu Partai Komunis dan menyanjung Presiden Xi Jinping dengan berlebihan. Jika tidak, mereka akan mendapatkan hukuman fisik maupun mental.
ADVERTISEMENT
Akibat laporan ini China menuai kecaman dari seluruh dunia. Amerika Serikat telah menyatakan akan menjatuhkan sanksi kepada para pejabat China yang terlibat dalam kamp konsentrasi massal ini.