Pemakaman Pasien Corona Tanpa Prokes di Mayongan Bantul, Keluarga Tak Jujur

4 Juni 2021 14:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana swab kepada masyarakat di Kampung Mayongan, Desa Trimurti Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana swab kepada masyarakat di Kampung Mayongan, Desa Trimurti Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus pemakaman pasien COVID-19 tanpa protokol kesehatan terjadi 3 kali di Desa Trimurti Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DIY. Masing-masing 2 di Dusun Lopati dan 1 di Kampung Mayongan.
ADVERTISEMENT
Namun di Kampung Mayongan, Bantul, pemakaman jenazah pasien COVID-19 tanpa prokes tersebut bukan karena penolakan warga, tapi karena ketidaktahuan masyarakat setempat akibat keluarga pasien tidak jujur.
Hal ini berbeda dengan kasus di Dusun Lopati yang kemarin dilaporkan relawan ke polisi karena ada warga yang memprovokasi untuk menolak pemakaman dengan prokes.
Fajar Zainudin, Ketua RT 114 Mayongan, Dusun Cagunan, Desa Trimurti, menjelaskan bahwa warga baru tahu jenazah S (52) positif corona setelah Puskesmas Srandakan menginformasikan hasil swab keluar pada 28 Mei atau beberapa hari setelah pemakaman.
Suasana swab kepada masyarakat di Kampung Mayongan, Desa Trimurti Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara keluarga tidak menginformasikan ke warga bahwa jenazah harusnya dimakamkan dengan prokes COVID-19.
"Kenapa sampai begini, bisa saya bilang kita dibohongi keluarga kurang jujur," kata Fajar saat ditemui di kampungnya, Jumat (4/6).
ADVERTISEMENT
Fajar menjelaskan pihaknya sebenarnya sempat curiga. Musababnya, S dinyatakan meninggal 23 Mei sore. Namun jenazah baru tiba sekitar pukul 23.00 WIB.
"Ternyata lama jenazah sampai di rumah itu ternyata ada sedikit eyeng-eyengan (tarik ulur) antara pihak rumah sakit dan keluarga kalau pihak rumah sakit itu walaupun hasil belum keluar almarhum sudah suspect tetapi pihak keluarga terutama istri tidak terima artinya karena waktu itu belum keluar hasilnya," ujarnya.
Suasana swab kepada masyarakat di Kampung Mayongan, Desa Trimurti Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Pihak rumah sakit sebenarnya sudah meminta pemakaman harus protokol COVID-19, tapi pihak keluarga enggan. Sehingga pihak keluarga mencari ambulans sendiri untuk membawa jenazah.
"Sebelum kami menyiarkan ke masjid itu kami informasi ke pihak keluarga dulu ini pakai prokes atau tidak, katanya tidak. Baru kita siarkan ke masjid," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Jenazah yang tiba menurut Fajar saat itu sudah ditutup plastik. Oleh warga kemudian jenazah dimandikan kembali. Lalu pada Senin (24/5) pagi jenazah baru dimakamkan.
Dia menyayangkan sikap warga yang tak jujur seperti ini. Padahal warga selama ini mendukung penanganan COVID-19. Warga tak pernah mengucilkan warga yang positif bahkan mereka juga mencukupi kebutuhan warga yang karantina.
Camat Srandakan Anton Yulianto membenarkan bahwa warga Mayongan tidak menolak pemakaman jenazah COVID-19 dengan prokes. Yang terjadi beberapa waktu lalu karena ketidaktahuan warga.
"Intinya memang saat itu tidak ada info kepada warga kalau jenazah itu suspek yang harus dimakamkan secara protokol COVID-19," kata Anton.
Dia mengatakan bahwa secara naluri warga ikut membantu pemakaman jenazah tersebut. Sehingga warga Mayongan ini bergerak karena ketidaktahuan.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada niat sedikit pun untuk melakukan penolakan, sekali lagi tidak ada penolakan, tapi tidak sengaja atau tidak tahu karena tidak ada informasi," kata Anton.
Pada hari ini, sejumlah warga yang turut kontak erat dan ikut memakamkan dites swab. Kepala Puskesmas Srandakan, Budi Setyowati mengatakan total sudah 28 orang diswab termasuk 13 di antaranya hari ini.
"Total 28 orang tes. Gelombang pertama 8 (orang), gelombang kedua 6 (orang), gelombang ketiga 1 (orang), dan hari ini ke dusun ada 13 kontak erat diswab," ujar Anton.
Dari hasil gelombang pertama, ada 5 orang positif dan 3 lainnya negatif.
"Di shelter Niten 4 orang, isoman 1 orang," katanya.