Pemimpin Tertinggi Gereja Inggris Mundur Akibat Skandal Pelecehan Seksual

13 November 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uskup Agung Canterbury, Most Reverend Justin Welby (kanan), bersama Raja Charles III (kiri) saat upacara penobatannya di Westminster Abbey, London, Inggris, Sabtu (6/5/2023). Foto: Jonathan Brady/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Uskup Agung Canterbury, Most Reverend Justin Welby (kanan), bersama Raja Charles III (kiri) saat upacara penobatannya di Westminster Abbey, London, Inggris, Sabtu (6/5/2023). Foto: Jonathan Brady/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Uskup Canterbury, Justin Welby, mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa (12/11). Keputusan itu terkait skandal pelecehan seksual di kamp musim panas Kristen di Inggris beberapa dekade lalu.
ADVERTISEMENT
Welby adalah pemimpin spiritual dari umat Anglikan di seluruh dunia. Dia juga pemimpin tertinggi Gereja Inggris.
Sebelum mengambil keputusan, Welby menghadapi desakan mundur. Apalagi setelah sebuah laporan publik yang rilis pekan lalu menyebut Welby tak melakukan tindakan tepat mencegah pelecehan seksual berantai di gereja.
Lewat surat pengunduran dirinya, Welby menyebut pengunduran diri adalah bentuk pertanggungjawaban atas kasus pelecehan yang dianggapnya sebagai tindakan keji.
“Beberapa hari terakhir saya memperbaharui rasa malu yang panjang dan mendalam karena gagal melindungi Gereja Inggris yang bersejarah,” kata Welby seperti dikutip dari Reuters.
“Saya mundur dengan kesedihan bersama semua korban dan penyintas dari pelecehan ini,” sambung Welby.

Kasus John Symth

Pengunduran diri Welby (68) terkait dengan kasus John Smyth seorang pengacara Inggris dan pengelola kamp Kristen di Dorset.
ADVERTISEMENT
Informasi mengenai pelecehan seksual di kamp Dorset yang dilakukan Smyth diungkap lewat laporan independen Makin Report.
Mereka menyebut pada dekade 1970an, Smyth melecehkan 100 bocah dan remaja pria dengan begitu brutal. Pelecehan dilakukan secara seksual dan fisik selama 40 tahun.
Smyth diduga memukul beberapa korban dengan 800 cambukan. Kemudian dia memakaikan popok ke para korban demi menutupi luka.
Smyth turut pula diduga kerap mencium punggung dan leher korban-korbannya. Smyth pindah ke Afrika pada 1984 dan masih melakukan pelecehan sampai dekat kematiannya pada 2018.
Adapun, Welby diketahui sempat bekerja di kamp itu sebelum ditahbiskan menjadi imam gereja.
Kasus terhadap Welby dan Kamp Dorset baru diketahui Gereja Inggris pada 2013. Pada tahun itu Welby sudah menjadi Uskup Canterbury.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu pernyataan Welby mengaku tak curiga atas pelecehan itu sampai 2013 lalu. Laporan independen itu menyimpulkan bahwa Welby gagal memastikan investigasi tepat demi mengungkap kasus terhadap Symth. Welby kemudian dituduh gagal menegakkan tanggung jawab pribadi dan moral.