Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
14 orang tewas pada peristiwa pemusnahan amunisi kedaluwarsa milik TNI di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5).
ADVERTISEMENT
Para korban terdiri dari 2 perwira dan 2 bintar TNI, Kolonel (Cpl) Antonius Hermawan dan Mayor (Cpl) Anda Rohanda, serta Kopral Dua Ery Peanggodo dan Prajurit Satu Apriyo Setiawan. Sementara 9 lainnya adalah warga sipil, yakni Agus Bin Kasmin, Ipan Bin Obur, Anwar Bin Inon, Iyus Ibing Bin Inon, Iyus Rizal Bin Saepuloh, Toto, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
Bagaimana peristiwa itu terjadi? Mengapa ada warga sipil di lokasi pemusnahan amunisi milik TNI? Berikut kumparan rangkum.
Kronologi Ledakan Saat Pemusnahan Amunisi
Pada pukul 09.30 WIB, TNI AD menggelar pemusnahan amunisi tak layak pakai di Desa Sagara tersebut.
"Pemusnahan dilaksanakan oleh jajaran Gudang Pusat Munisi III Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat," ujar Kadispenad Brigjen Wahyu Yudhayana dalam keterangannya kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
Personel telah mengecek saat awal kegiatan, terkait pengecekan personel dan lokasi.
"Semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," kata Wahyu.
Tim penyusun amunisi kemudian melakukan persiapan pemusnahan dengan menyiapkan dua lubang sumur. Setelah siap, tim kemudian bersiaga di pos masing-masing.
"Setelah dinyatakan aman, kemudian dilakukan peledakan di dua sumur yang ditempati oleh munisi akhir tersebut untuk dihancurkan," kata Brigjen Wahyu.
"Peledakan di dua sumur itu berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," imbuhnya.
Ledakan Tiba-tiba Dari Lubang Pemusnahan Detonator
Menurut Brigjen Wahyu, selain dua lubang sumur itu, tim sebenarnya mempersiapkan satu lubang lain. Lubang itu disiapkan untuk tempat menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran dua sumur sebelumnya.
Nahas, pada saat pemusnahan di lubang ketiga itu sedang disiapkan, ledakan tiba-tiba terjadi.
ADVERTISEMENT
"Saat tim penyusun munisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang," ungkap Brigjen Wahyu.
"Mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," sambungnya.
Semua Korban Tewas Ledakan Amunisi di Garut Dibawa ke RS Pameungpeuk
Akhirnya semua korban tewas itu segera dievakuasi ke Rumah Sakit Terdekat.
“Saat ini semua korban yang meninggal dunia sudah dievakuasi ke RS Pameungpeuk untuk dilakukan tindakan selanjutnya,” ucap Wahyu saat konferensi pers pada Senin (12/5).
Usai proses evakuasi, personel TNI masih mensterilkan lokasi mencegah adanya insiden lanjutan.
“Masih disterilkan dikhawatirkan masih ada bahan berbahaya dan perlu diamankan,” kata Wahyu.
TNI Dalami Keberadaan Warga Sipil di Lokasi Pemusnahan Amunisi
Wahyu belum bisa menjelaskan, mengapa ada warga sipil di sekitar lokasi pemusnahan tersebut. Pihak TNI AD juga tengah mendalami keberadaan warga ini.
“Penyebab dari kejadian tersebut masih dalam tahap penyelidikan oleh tim TNI Angkatan Darat termasuk terkait dengan korban sipil,” kata Wahyu.
Profil Kolonel Antonius Hermawan, Korban Ledakan Amunisi Maut
ADVERTISEMENT
Dari penelusuran kumparan, Antonius Hermawan merupakan lulusan Akmil 1997. Antonius pernah menduduki sejumlah jabatan di tubuh TNI. Saat ini Antonius menjabat sebagai Kepala Gudang Pusat Amunisi 3 Pusat Peralatan TNI AD.
Sebelumnya ketika bertugas di Maluku, Antonius menjabat sebagai Kapaldam XVI/Pattimura. Ia juga pernah menjabat sebagai Kasubbag Pampersmat Bagpam Roum Setjen.
Penelusuran kumparan, Kolonel Antonius menikah dengan Ira Antonius. Belum diketahui kapan Antonius lahir.
Anggota Komisi I DPR Minta Evaluasi Prosedur Keamanan Pemusnahan Amunisi TNI
Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas insiden ledakan saat pemusnahan amunisi yang menewaskan 13 orang di Garut Jawa Barat, Senin (12/5).
Ia pun meminta agar insiden ini menjadi pembelajaran serius penerapan prosedur keamanan dalam pemusnahan amunisi.
ADVERTISEMENT
"Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, husnul khotimah," ujar TB Hasanuddin dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/5).
"Ini akibat dari kesalahan prediksi petugas. Dikiranya satu ledakan cukup, ternyata ada amunisi yang meledak belakangan dan menimbulkan korban," sambungnya.
TB Hasanuddin menilai, dari segi prosedur pelaksanaannya peledakan amunisi ini sebenarnya sudah mengikuti prosedur standar.
Tempat peledakan yang berada di wilayah pantai sebenarnya sudah aman dan sesuai ketentuan. Hanya saja, seharusnya masyarakat sipil tidak boleh mengakses area tersebut.
Sebab amunisi yang diledakkan adalah amunisi kedaluwarsa, yang secara teknis tidak stabil. Sehingga harus ada zona rawan yang tidak boleh diakses warga sipil.
“Amunisi kedaluwarsa itu tidak semuanya akan meledak serentak ketika diledakkan. Ada yang meledak langsung, tapi ada juga yang meledak belakangan karena sifatnya yang tidak lagi normal," jelasnya
ADVERTISEMENT