Penerapan Kurikulum pada Sekolah SPK di Jakarta

31 Juli 2020 19:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala sekolah dan siswa ACG School Jakarta sedang berbincang di lorong sekolah. Foto: dok. ACG School Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Kepala sekolah dan siswa ACG School Jakarta sedang berbincang di lorong sekolah. Foto: dok. ACG School Jakarta
Sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) di Indonesia menggunakan kurikulum asing pada proses belajar mengajar. Misalnya ACS Jakarta dan ACG Jakarta yang menerapkan Cambridge International dan International Baccalaureate.
Meski begitu, siswa-siswa di dua sekolah tersebut tetap mendapatkan tiga mata pelajaran wajib. Yakni Pendidikan Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, serta Bahasa Indonesia. Tiga mata pelajaran wajib ini diberikan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada anak, sehingga para siswa yang bersekolah di sekolah SPK dapat memiliki kompetensi global, tetapi tidak melepas karakter Indonesia.
Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 31 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa sekolah berstatus SPK diwajibkan tetap memasukkan tiga mata pelajaran lokal tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Plt. Kepala Sekolah Dasar ACS Jakarta, Dian Rumanti mengatakan, ACS Jakarta mengajarkan tiga mata pelajaran wajib tersebut dengan cara berbeda. Tujuannya agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan.
"Para siswa tidak hanya duduk di kelas, kami juga banyak mengadakan program untuk membentuk karakter anak secara menyeluruh. Misalnya perayaan-perayaan hari nasional dan internasional di sekolah. Program tersebut bertujuan agar anak lebih menghargai perbedaan yang ada di sekitar mereka. Jadi para siswa tidak hanya pintar secara akademis, tapi juga baik perilakunya,” ujar Dian ke kumparan, Senin (27/7).
Walaupun mayoritas berbahasa Inggris, ACS Jakarta tetap menggunakan Bahasa Indonesia khusus untuk tiga mata pelajaran wajib. Para guru akan membuat variasi cara mengajar di kelas, agar seluruh siswa mampu menyerap pelajaran dengan baik.
"Dalam kelas Bahasa Indonesia, kami akan membedakan level pengajaran sesuai kemampuan siswa, namanya kelas Foundation. Jadi para siswa yang baru belajar Bahasa Indonesia, enggak akan kami campur ke dalam satu kelas yang siswanya memang sudah fasih belajar Bahasa Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dian menjelaskan metode pengajaran Pendidikan Agama dan Pancasila dan Kewarganegaraan.
“Saat waktunya mata pelajaran Pendidikan Agama, siswa dapat menuju kelas sesuai agamanya masing-masing. Kami juga memiliki kelas Indo Studies untuk memfasilitasi siswa WNA belajar Pancasila dan Kewarganegaraan.” ucap Dian.
Ruang kelas ACS Jakarta. Foto: dok. ACS Jakarta
Hal yang sama juga diterapkan oleh ACG School Jakarta. Sekolah yang menghadirkan metode pembelajaran sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa ini mempunyai program Pendukung Bahasa Inggris (English Language Support Programmes). Sebuah program yang dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan Bahasa Inggris yang diperlukan. Dengan begitu, siswa dapat tampil sebagai pribadi yang percaya diri dan mandiri.
Untuk membantu siswa asing belajar Bahasa Indonesia, ACG School Jakarta juga menerapkan program Bahasa Indonesia untuk pembicara lokal dan asing di setiap tahun ajaran.
"Kami mempunyai guru-guru yang beragam. Mereka berasal dari Indonesia, Inggris, Amerika Serikat, New Zealand, Malaysia, dan Kenya. Semua siswa diajarkan Bahasa Indonesia, beragam bahasa daerah hingga beragam budaya yang ada di Indonesia. Kami menyiapkan guru-guru yang kompeten dan siap mengajarkan para siswa mengenai Indonesia secara menyeluruh," ujar Kepala Sekolah ACG School Jakarta, Shawn Hutchinson, kepada kumparan, Kamis (30/7).
Berfokus pada family values, Hutchinson percaya bahwa partisipasi dan peran keluarga dapat memaksimalkan proses dan hasil pembelajaran setiap anak. Karena itu, ACG School Jakarta juga mengadakan program Primary – A day in Life dan Secondary Learning Celebration untuk mengundang para orang tua menjadi siswa dalam sehari.
"Lewat family values yang kami terapkan, para siswa akan menjadi versi terbaiknya. Untuk selalu peduli kepada orang lain, berpikiran luas, dan membantu masyarakat di lingkungan sekitarnya." tutup Hutchinson.