Pengajar SLB di Bandung Tanggapi Sujud Risma: Pencitraan, Sujudnya Enggak Jelas

21 Februari 2023 16:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat menyambangi korban tanah longsor di Kelurahan Tandang, Tembalang, Kota Semarang, Selasa (25/1/2022). Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat menyambangi korban tanah longsor di Kelurahan Tandang, Tembalang, Kota Semarang, Selasa (25/1/2022). Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Sosial, Tri Rismaharini, berdebat dan bersujud pada salah seorang pengajar Sekolah Luar Biasa (SLB) di Wyata Guna, Kota Bandung, pada Selasa (21/2).
ADVERTISEMENT
Aksi itu dipicu adanya seorang pengajar yang menagih hibah lahan seluas 1.600 meter² yang dijanjikan oleh Risma.
Menanggapi aksi sujud yang dilakukan oleh Risma, Pengajar SLB Negeri A Pajajaran, Yuniati menilai sujud yang dilakukan Risma itu hanya pencitraan semata dan tak jelas maksudnya.
Semestinya, sujud yang dilakukan itu disertai permintaan maaf. Namun demikian, Risma malah kembali menggerutu usai bersujud.
"Tapi menurut saya itu pencitraan ya, karena sujudnya tuh enggak jelas, terus setelah sujud dia emosi lagi, kalau sujud itu kan harusnya memohon maaf saya akan berusaha, kan itu tidak ada pernyataan itu, malah habis itu ngomel-ngomel lagi Bu Mensos itu," kata dia kepada wartawan.
Tangkapan layar video Menteri Sosial, Tri Rismaharini, saat bersujud ke staf pengajar di SLB Wyata Guna Bandung. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Yuniati menyayangkan sikap Risma yang menanggapi dengan emosi ketika dirinya dan sejumlah pengajar menagih janji hibah lahan dari Kementerian Sosial.
ADVERTISEMENT
Padahal, dia menilai hibah lahan penting untuk dapat mengembangkan pembangunan fasilitas sekolah.
"Ketika ditagih beliau emosi, dan malah ke mana-mana, jadi tidak menggunakan logikanya," ucap dia.
"Ini (lahannya) kalau belum dihibahkan, kami belum bisa membangun misalnya ada dana BOS atau Kementerian Pendidikan yang setiap sekolah kan biasanya ada untuk pembangunan, kami jadi enggak bisa membangun," lanjut dia.
Yuniati menyebut terdapat perbedaan pandangan antara Risma dan pengajar sekolah. Risma menginginkan lahan dipakai untuk area bekerja para penyandang disabilitas, sedangkan para pengajar menginginkan lahan tersebut dipakai untuk mengembangkan fasilitas sekolah.
"Yang benar kan harusnya pendidikan dulu baru lahan kerja, iya enggak? Harusnya dibuka jalur pendidikan dulu dan program pendidikan dulu baru membicarakan lahan kerja, nah beliau malah kebalik malah mempertahankan lahan kerja," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan, Risma terlibat cekcok bahkan bersujud pada staf pengajar di SLB di Wyata Guna. Hal itu terjadi ketika Risma menghadiri kegiatan pemberian bantuan sosial dari Kementerian Sosial di sekolah tersebut.
Mulanya, Risma terlihat datang ke sekolah itu kemudian menyantap sarapan pagi dan melihat sejumlah tanaman yang ditanam para penyandang disabilitas. Usai memilih tanaman, Risma lalu menuju ke SLB Negeri A Pajajaran dan berbincang dengan kepala sekolah. Risma pun terdengar berujar bahwa dirinya bakal memperbaiki bangunan sekolah.
"Mau diperbaiki, nanti pas perbaikan tolong diamankan soalnya banyak yang tunanetra," kata dia.
Ketika berbincang itulah, tiba-tiba seorang staf pengajar bernama Tri menyela dan menagih janji pada Risma soal hibah lahan. Risma kemudian mengatakan bahwa yang terpenting bangunan bisa diperbaiki terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu ibu pernah janji menghibahkan itu," kata Tri.
"Ini susah, karena tanahnya ini ada di tengah gini, saya enggak bisa. Masalahnya apa? Sama-sama negaranya, makanya yang penting saya bisa perbaiki, ini kafe ini juga kita bangun untuk disabilitas," ujar Risma.
Nada bicara Risma lalu terdengar meninggi ketika ada seorang staf pengajar lainnya yang membisiki Tri. Risma meminta agar keluhan disampaikan secara langsung.