Penjelasan Disdik Semarang soal Viral Bocah SD Pindah ke SLB karena Di-bully

2 Juni 2023 14:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Video kisah seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Semarang pindah ke Sekolah Luar Biasa (SLB) karena sering di-bully oleh teman-temannya viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam video yang beredar, terlihat siswa tersebut berjalan menuju SLB diantar oleh ayahnya. Di tengah jalan, siswa itu bertemu dengan pria yang bertanya kenapa sekolah ke SLB padahal siswa tersebut tidak cacat secara fisik. Pria itu juga merekam video.
Ayah dan anak itu menjawab pindah ke SLB karena dia sering dirundung teman-temannya.
Kisah ini mendapat respons dari netizen. Mereka mengecam teman-teman dan sekolah yang membiarkan aksi bullying dan memindahkan siswa tersebut ke SLB.
Bahkan Ketum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin ikut berkomentar. Dia meminta kadernya mencari tahu alamat dan latar belakang siswa tersebut.
"Pikiran saya betul-betul campur aduk melihat video itu. Hanya gara-gara dirundung sampai harus pindah ke sekolah. Wong tampak sehat sekali kok mau sekolah di SLB," kata Cak Imin seperti dikutip dari Antara, Jumat (2/6).
ADVERTISEMENT
Penjelasan Disdik
Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo Priyatmo, mengatakan siswa tersebut merupakan warga Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
Sukaton membantah adanya perundungan terhadap anak tersebut. "Tidak benar, tidak ada pem-bully-an (perundungan)," ujar Sukaton kepada kumparan, Jumat (2/6).
Ia menjelaskan, video tersebut diambil 2 tahun lalu. Sang anak memang sebelumnya bersekolah di SDN Pakis. Namun, ia tidak bisa mengikuti kegiatan belajar dengan baik.
"Itu keadaan usia 8 tahun, belum mau nulis, belum mau membaca, sampai tidak punya nilai sama sekali. Anaknya tidak naik kelas," jelas dia.
Melihat kondisi itu, pihak sekolah kemudian menawarkan pilihan kepada orang tua sang bocah, apakah anak tersebut kembali tidak naik kelas atau pindah ke SLB saja.
ADVERTISEMENT
"Orang tuanya kemudian ditanya sama guru kelas. Apakah mau tidak dinaikkan atau pindah sekolah ke SLB, maksudnya gurunya baik biar anaknya terurus, dan pihak ortu milih SLB. Selama di SLB itu si anak kemudian mau nulis dan membaca. Tidak ada bullying (di SD) paling cuma bilang kalau anak itu tidak mau nulis," lanjut dia.
Menurut Sukaton, anak tersebut memang memiliki kekurangan. Pihaknya juga sangat memperhatikan kondisi anak tersebut.
"Betul kondisi anaknya memang ada kekurangan, di kami malah sangat kami perhatikan," kata Sukaton.