Penjelasan Ilmiah Kecelakaan di Tol Cipularang KM 90-100

19 Mei 2017 19:26 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jalur maut Tol Cipularang (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Banyak yang menyangkutpautkan kecelakaan di Tol Cipularang dengan hal-hal berbau klenik dan mitos-mitos.
ADVERTISEMENT
Hal yang berbau mistis misalnya adalah menurut penduduk setempat, baik sebelum dan sesudah Tol Cipularang dibangun, terdapat petilasan di Gunung Hejo tepatnya berada di KM 96+2 Tol Cipularang.
Tepatnya lagi di sebelah kiri arah tol Bandung menuju Jakarta. Petilasan itu berada di kawasan Gunung Hejo dan sering dikunjungi peziarah. Namun karena ada pihak yang ingkar janji untuk membuat jalur yang baik untuk menuju petilasan, maka jatuhlah korban-korban jiwa di KM 90-100.
Namun menurut Polda Jawa Barat, ruas KM 90-100 merupakan daerah black spot. Maksudnya adalah titik-titik rawan di Tol Cipularang.
"Km 90-100 itu namanya black spot. Kondisinya tikungan dan turunan," kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus yang dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Jumat (19/5).
ADVERTISEMENT
Kecelakaan di KM 91 Tol Cipularang, Jumat (19/5). (Foto: Dokumentasi Jasa Marga)
Mari kita lihat dari segi kondisi jalan di sekitar Tol Cipularang.
Jalur Tol Cipularang sepanjang 58 kilometer ini didesain dengan mengikuti aturan-aturan yang sangat ketat mengenai tata cara membuat jalan tol. Jalan tol ini dirancang aman untuk kecepatan rata-rata 120 km/jam.
Banyak yang mengatakan tanjakan di KM 97 sangat curam, padahal tingkat elevasi maksimum jalan tol yang didesain untuk tanjakan/turunan dengan kecepatan aman 100 km/jam adalah 6 persen. Artinya, kalau jalan harus mendaki bukit setinggi 60 meter, maka panjang jalan menanjak (tanjakan) minimal harus 1.000 meter atau 1 km.
Oleh karena itu di pembangunan jalan tol, banyak diterapkan cut (potong) dan fill (urug), dan pemangkasan bukit.
Di KM 96 kita melihat turunan jika dari arah Bandung atau tanjakan jika dari arah Cikampek terlihat sangat panjang. Itu karena perbedaan tinggi yang cukup besar, sehingga disiasati dengan membuat turunan atau tanjakan yang sangat panjang mencapai berkilo-kilometer.
ADVERTISEMENT
Mitos Jalur Tol Cipularang (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Yang menjadi masalah di Tol Cipularang ini, jalan pada awal dibukanya menggunakan beton (rigid pavement), bukan aspal (flexible pavement).
Bisa jadi dikarenakan pengerjaan waktu yang terburu-buru -- jalan tol sepanjang kurang lebih 45 km dari Sadang sampai Padalarang selesai hanya dalam 1 tahun -- maka sangat besar kemungkinan cenderung kurang rapi dan menyebabkan permukaan jalan banyak tidak rata atau bergelombang (bumpy).
Bahkan banyak jalan yang retak, sehingga pihak pengelola jalan tol kemudian memberikan lapisan aspal baru sebagai penutup. Saat ini jalan Tol Cipularang sudah menggunakan aspal.
Tetapi masalah lain timbul, yaitu permukaan aspal yang bergelombang terutama di daerah turunan. Hal ini disebabkan oleh proses pengereman dari kendaraan-kendaraan besar yang membuat tekanan atau dorongan ke depan terhadap permukaan aspal.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini sangat terasa di KM 96, yang merupakan area jalan menurun yang sangat panjang dan termasuk area rawan kecelakaan.
Kondisi jalan bergelombang ini, apabila dilewati oleh kendaraan dengan ground clearence rendah seperti sedan, mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Lain cerita apabila jenis Jeep, SUV atau kendaraan lain dengan ground clearence tinggi.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya understeer (kehilangan kendali), yaitu akibat turunan yang bergelombang, ban kehilangan gigitan sama sekali sehingga kita tidak dapat lagi mengendalikan setir.
Dan yang terjadi adalah seperti kebanyakan penyebab kecelakaan di sini, mobil terbanting ke kanan menghantam beton pemisah jalan dan kemudian terbalik.
Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang (Foto: Twitter/@hadi.hasan)
Mari kita bayangkan, saat mobil menuruni jalan dengan kecepatan cukup tinggi (80 km/jam) dan melewati jalan bergelombang, maka ban akan terangkat cukup tinggi dan keseimbangan mobil hilang, sehingga walaupun setir tetap lurus, mobil limbung dan kemudian terlempar ke kanan ke arah tembok pemisah jalan.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini menjadi sangat fatal, karena di area KM 96 beton pemisah sangat tinggi.
Jadi, secara ilmiah kecelakaan di jalan Tol Cipularang khususnya di KM 90-100 dapat dijelaskan secara masuk akal dan sama sekali tidak berhubungan dengan mitos dan cerita klenik lainnya.
Namun, entah dipengaruhi mitos atau situasi yang logis, ada baiknya jika kita selalu waspada dalam berkendara. Tak hanya di jalan Tol Cipularang, tapi juga di semua tempat.
Infografis Alasan Kecelakaan Tol Cipularang (Foto: Bagus Permadi/kumparan)