Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Penjelasan SMPN 6 Tasik soal Study Tour Rp 400 Ribu Pemicu Ayah Bunuh Anak
27 Februari 2020 20:47 WIB
ADVERTISEMENT
Siswa SMPN 6 Kota Tasikmalaya , Jawa Barat, yang bernama Delis Sulistina (13) dicekik hingga tewas oleh ayahnya, Budi Rahmat (45). Hal yang membuat tragis, Budi membuang jasad anaknya itu di gorong-gorong depan SMPN 6 Kota Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
Penyebab Budi tega membunuh anaknya itu karena kesal diminta duit senilai Rp 400 ribu untuk study tour sekolah ke Bandung. Budi tak memiliki duit sebanyak itu. Dia hanya bisa memberikan duit Rp 300 ribu, itu pun dengan utang dan membuka celengan.
Namun, Delis tak terima dengan alasan ayahnya. Delis tetap menginginkan bapaknya itu menyediakan duit Rp 400 ribu untuk study tour sekolah.
Wakil Kepala SMPN 6 Kota Tasikmalaya Saepulloh buka suara atas kejadian itu. Menurut Saepulloh study tour yang digelar sekolahnya itu sifatnya tidak wajib.
"Jadi outing class atau study tour itu sesuai dengan program sekolah. Sifat kegiatan itu tidak wajib. Malah ada yang subsidi silang. Artinya, bagi yang berprestasi itu dikasih gratis dari sekolah," kata Saepulloh kepada wartawan, Kamis (27/2).
ADVERTISEMENT
Menurut Saepulloh, study tour itu sedianya digelar pada awal Maret 2020. Tujuannya adalah ke Bandung. Di Bandung itu, rombongan akan mengunjungi berbagai tempat bersejarah. Menurut Saepulloh, biaya yang dikeluarkan per anak mencapai Rp 390 ribu dan hanya digelar satu hari alias tanpa menginap.
"Pelaksanaan outing class ini seperti diikuti siswa kelas VII yang belajar ke Yogyakarta. Dari 300 siswa, yang ikut hanya 150 siswa dan sudah berangkat," ujar Saepulloh. "Hanya 50 persen yang ikut. Artinya kan tidak wajib sifatnya".
"Untuk outing class yang diikuti Delis yaitu kelas VII dari 352 siswa, sampai sekarang yang (terdaftar) ikut 170 siswa. Kita ke Bandung ke tempat bersejarah. Berangkat awal Maret. Pelaksanaan study tournya bukan hari Minggu, tapi hari biasa. Siswa yang tidak ikut tetap belajar di kelas," lanjut Saepulloh.
ADVERTISEMENT
Saepulloh mengklaim, study tour ini sifatnya tidak wajib. "Sekolah tidak mewajibkan. Sesuai buku panduan yang telah ditandatangani kepala dinas dan komite. Kita bisa lihat yang ikut juga tidak semua," ujar dia.
Dia juga mengatakan soal harga yang ditentukan Rp 390 ribu itu sudah kesepakatan dengan pihak orang tua siswa. Menurut Saepulloh, pasca-insiden pembunuhan ini, sekolahnya akan lebih berhati-hati dan memberikan pemahaman secara intensif kepada siswa.
"Dengan kejadian ini, saya sangat berterima kasih kepada pihak polisi sudah mengungkap. Pasti ini jadi pembelajaran," jelasnya.