Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mohammad Iqbal Sirie tidak pernah menyangka akan menjadi seorang penerjemah, apalagi penerjemah khusus untuk Presiden RI. Memulai karier sebagai pegawai Kementerian Luar Negeri, sejak kecil, lulusan Universitas Padjajaran jurusan Hukum ini memang bermimpi untuk menjadi seorang diplomat.
ADVERTISEMENT
Cita-cita ini sedikit demi sedikit terwujud ketika Iqbal diterima menjadi pegawai Kementerian Luar Negeri pada tahun 2010. Seperti pegawai Kemlu pada umumnya, setelah dinyatakan lulus, Iqbal langsung mengikuti kursus diplomatik. Ketika lulus, kebetulan, Kemlu membuka seleksi untuk menjadi penerjemah. Para penerjemah ini nantinya akan ditempatkan untuk membantu para pejabat pemerintah, termasuk Presiden, Wapres, serta para menteri.
“Karena memang ada permintaan dari atas untuk menyediakan tenaga dengan keahlian khusus penerjemahan,” tuturnya ketika berbincang dengan kumparan di Kementerian Luar Negeri, Kamis (19/1).
Sekadar mencoba tanpa berekspektasi, mantan pengacara di Baker & Mckenzie ini lolos seleksi untuk menjadi penerjemah untuk pemerintah. Dari 150 pegawai Kemlu yang mendaftar, hanya 10 orang yang lolos. “Kami kemudian dilatih untuk menjadi penerjemah khusus Bahasa Inggris,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Iqbal yang terbilang baru masuk Kemlu kemudian digembleng oleh penerjemah-penerjemah senior yang biasa mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah dilatih secara intensif selama dua bulan, Iqbal dan 9 sejawatnya mulai diceburkan ke sejumlah forum internasional. “Jadi tidak langsung sebagai penterjemah Kepresidenan,” ujarnya.
Jakarta International Defense Dialogue pada 2011 menjadi acara pertama bagi Iqbal. Sejak itu, ia selalu diikutsertakan sebagai penerjemah resmi Kemlu. Kemampuan penerjemahan Iqbal dalam Bahasa Inggris semakin teruji.
Makin sering ikut di dalam berbagai acara internasional, baik berupa konferensi atau pertemuan bilateral, jam terbang penerima beasiswa pemerintah Inggris Chevening ini makin moncer sebagai penerjemah pemerintahan. Iqbal menilai kemampuan Bahasa Inggris justru terlatih dengan banyaknya event yang diikuti.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi penterjemah pemerintah, kata dia, kemampuan Bahasa Inggris dasar sudah harus dimiliki. Kemampuan pelafalan dalam Bahasa Inggris, pengetahuan budaya, serta pemahaman soal istilah-istilah yang umum digunakan sudah harus diketahui. Menurut dia, nilai TOEFL tinggi tidak menjadi jaminan.
“Banyak sekali penggunaan pantun atau istilah yang tidak ada dalam penggunaan sehari-hari tapi digunakan oleh orang asing. Kita harus bisa menangkapnya,” katanya.
Dari tahun 2011 hingga 2014, Iqbal malang melintang di berbagai konferensi, seminar internasional hingga berbagai pertemuan bilateral. Pada 2014, Iqbal mulai masuk Istana. Pengalaman pertama Iqbal menjadi penerjemah Kepresidenan adalah saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih memerintah. KTT Asean di Myanmar pada 2014 menjadi event pertama Iqbal sebagai penerjemah Kepresidenan.
ADVERTISEMENT
“Saat itu sudah diberikan langsung tanggung jawab untuk ikut kegiatan Presiden, mulai dari KTT Asean sampai kunjungan ke Sidang Umum PBB pada 2014,” tuturnya.
Oktober 2014, Jokowi resmi dilantik menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden. Iqbal yang sudah matang, diplot menjadi penerjemah utama bagi Presiden Jokowi. Tak lagi malang melintang di berbagai event internasional, pria berusia 33 tahun ini, melekat sebagai penerjemah resmi Presiden.
Tugas pertama Iqbal adalah saat pelantikan Jokowi sebagai Presiden di Istana Merdeka. Saat itu, setelah dilantik, Jokowi memang menerima kepala negara seperti PM Malaysia Najib Tun Razak serta sejumlah duta besar negara sahabat.
Rasa gugup tentunya melekat dalam tugas pertama. Tapi, hal itu tentu harus diatasi.
ADVERTISEMENT
“Itu salah satu yang harus diatasi. Wajar kalau gugup, artinya kita harus melakukan performa yang terbaik,” kata Iqbal.
Perilaku Najib Razak justru menghapus rasa gugup Iqbal. Ternyata, pertemuan Jokowi dengan Razak jauh dari kata serius. Razak malah mengajak Jokowi selfie, hubungan keduanya sangat cair.
Selain Razak, Iqbal sudah seringkali mendampingi Jokowi saat bertemu sejumlah kepala negara yang sudah mendunia. Selain kepala negara Asean, sebut saja, Barrack Obama, David Cameron, mantan PM Australia Tony Abott dan PM Australia Malcolm Turnbull, hingga PM India Narendra Modi, dan PM Kanada Justin Trudeau.
Iqbal mungkin menjadi satu-satunya orang yang mengetahui rahasia yang dibicarakan oleh Presiden Jokowi dan kepala negara lainnya. Selain isu-isu strategis mulai dari konflik Laut Cina Selatan, terorisme, kerja sama ekonomi, hingga masalah pertumbuhan ekonomi global, ternyata Jokowi suka berguyon dan membahas hal-hal yang sama sekali tidak serius.
ADVERTISEMENT
Batik, kata Iqbal, tentunya menjadi bahasan utama. Mulai dari motif, jenis batik, hingga beberapa wilayah penghasil batik di Indonesia. Selain itu, Presiden seringkali membahas soal banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia dengan ribuan bahasa daerah yang dimiliki.
"Presiden sering bercerita bahwa Indonesia punya 17 ribu pulau dan berbagai Bahasa. Kepala negara itu sering terkaget-kaget dan malah ingin mengetahui kebhinekaan Indonesia,” tuturnya.
Iqbal juga pernah menerjemahkan saat Jokowi berbicara kepada salah satu kepala negara soal rasio menteri perempuan di kabinet. Dalam pertemuan itu, Jokowi mengatakan sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, jumlah menteri perempuan di kabinet justru banyak.
“Kedua kepala negara malah jadi tertawa, karena memang seperti itu kenyataanya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dari seluruh kepala negara yang ditemui, Iqbal menyebut pertemuan dengan Obama merupakan yang paling berkesan. Saat itu, pada Oktober 2015, Iqbal menjadi penerjemah bagi Presiden Jokowi saat melakukan pertemuan di Ruang Oval, Gedung Putih dengan Barrack Obama.
“Waktu itu pertemuan di White House, perasaan saya luar biasa karena tidak semua orang bisa masuk ke dalam. Saya pikir besar dan mewah, tapi ternyata biasa saja, kecil dan panas sekali,” ujar Iqbal sambil tertawa.
Saat itu, Iqbal mendampingi Presiden dalam waktu kurang lebih 1,5 jam. Setelah selesai, Obama mengantar Iqbal dan Jokowi hingga pintu depan. Saat hendak berpisah, dengan Bahasa Indonesia, Obama mengucap, “Terima Kasih, Bapak Presiden.”
Iqbal yang meraih gelar Master di University of Edinburgh ini mengatakan pemahaman konteks adalah terpenting untuk seorang penerjemah pemerintah. Sebelum bertugas, selain mengisi perut, ia biasanya membaca dokumen-dokumen perjanjian kerja sama, substansi dalam nota kesepahaman, serta materi perjanjian. Ia biasanya meluangkan waktu satu jam untuk membaca dokumen-dokumen tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk melatih kemampuan menerjemahkan, Iqbal biasanya nonton stasiun televisi berita asing kemudian menerjemahkan berita tersebut ke dalam Bahasa Indonesia. “Atau sekadar nonton Youtube dan latihan interpreting,” ujarnya.
Dua tahun menjadi penerjemah bagi Presiden, bulan depan Iqbal akan ditempatkan di London, Inggris. Sebagai diplomat, ia memang harus mengikuti penempatan penugasan yang diatur oleh Kementerian Luar Negeri.
Pengalaman sebagai penerjemah Presiden, kata dia, menjadi sebuah pengalaman dan terobosan luar biasa yang mendukung kariernya sebagai diplomat.
“Sedikit banyak memberikan pengalaman yang insightful soal perspektif hubungan antar kepala negara yang dipersonifikasikan menjadi hubungan antar kepala negara,” tutupnya.