Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Penyebab Partai Konservatif Keok di Inggris Setelah 14 Tahun Berkuasa
5 Juli 2024 18:06 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Partai Konservatif harus menelan kekalahan telak dalam pemilihan umum Inggris 2024. Sejumlah besar menteri senior, termasuk menteri pertahanan dan calon pemimpin ternama, terpaksa kehilangan kursi parlemennya, Jumat (5/7).
ADVERTISEMENT
Setelah Partai Konservatif kehilangan lebih dari 200 kursi, Partai Buruh dipastikan akan berkuasa untuk pertama kalinya sejak 2010.
Apa Penyebab Jatuhnya Konservatif Setelah Masa Jabatan yang Begitu Lama?
Banyaknya kontroversi dan kesalahan di era kepemimpinan David Cameron, Theresa May, Boris Johnson, Liz Truss, hingga Rishi Sunak.
Dikutip dari Reuters, kemarahan terhadap stagnasi ekonomi, skandal politik, hingga krisis layanan publik menyebabkan para pemilih meninggalkan Partai Konservatif.
Padahal, partai yang dipimpin Sunak itu telah memerintah Inggris lebih lama dibandingkan partai politik lainnya.
Sederet permasalahan selama masa pemerintahan partai tersebut memengaruhi perubahan pilihan rakyat Inggris, dari salah perhitungan referendum Brexit yang dilakukan Cameron, skandal Partygate yang dilakukan Johnson, anggaran buruk dari Truss, hingga kesalahan cara komunikasi masyarakat yang dilakukan Sunak.
Serentetan hal itu memperjelas alasan para pemilih beralih ke Partai Buruh yang menggunakan pendekatan langsung ke rakyat dan menawarkan banyak perubahan.
ADVERTISEMENT
Senior Konservatif yang Terdampak
Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps dan pemimpin majelis rendah parlemen Penny Mordaunt termasuk di antara 10 menteri kabinet yang kehilangan kursi.
Hasil ini melampaui rekor raibnya tujuh kursi parlemen pada tahun 1997. Saat itu Tony Blair membawa Partai Buruh ke pucuk kekuasaan dengan kemenangan telak dalam pemilu.
Shapps mengecam perpecahan Konservatif selama pidato konsesinya. Ia menyalahkan rekan-rekannya atas kehilangan dukungan dari pemilih.
“Kami telah menguji kesabaran para pemilih Konservatif tradisional dengan kecenderungan untuk menciptakan sinetron politik tanpa akhir dari persaingan dan perpecahan internal, yang semakin memanjakan dan mengakar,” katanya seperti dikutip dari Reuters.
Shapps adalah menteri paling tersohor di Inggris yang kehilangan kursinya. Terakhir kali, momen paling terkenal dalam sejarah politik Inggris modern adalah saat menteri pertahanan pada 1997, Michael Portillo, kehilangan jabatannya.
ADVERTISEMENT
Ditunjuk sebagai menteri pertahanan pada Agustus 2023, Shapps telah memegang sejumlah jabatan dan menjalankan berbagai kementerian, mulai dari transportasi dan energi hingga bisnis.
Kehilangan kursi menteri dalam politik Inggris merupakan fenomena yang jarang terjadi. Hingga Kamis (4/7), hanya empat menteri kabinet yang kehilangan tempatnya dalam enam pemilu terakhir selama 27 tahun.
Menteri Pendidikan Gillian Keegan, Menteri Kebudayaan Lucy Frazer, Menteri Ilmu Pengetahuan Michelle Donelan, hingga Menteri Kehakiman Alex Chalk juga kehilangan kursi mereka.
Eks perdana menteri Liz Truss, pemimpin dengan masa jabatan terpendek di Inggris yang memicu krisis pasar obligasi dan jatuhnya Sterling, turut kehilangan posisinya.
Namun, tokoh Konservatif terkemuka bukan satu-satunya 'binatang buas besar' Inggris yang kalah dalam pemilu tahun ini.
ADVERTISEMENT
Jonathan Ashworth, calon pejabat pemerintah di pimpinan Keir Starmer, juga tak mendapatkan kursi dari kandidat independen. Veteran politikus sayap kiri, George Galloway, juga kalah di pemilu Inggris tahun ini.