Penyidik Andal KPK Novel Baswedan Pernah Jadi Kuli Bangunan Saat SMP

13 Desember 2017 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyidik Senior KPK, Novel Baswedan  (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penyidik Senior KPK, Novel Baswedan (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lewat buku berjudul 'Biarlah Malaikat yang Menjaga Saya', jurnalis senior Zaenuddin HM menuliskan cerita perjalanan hidup Novel Baswedan sejak kecil hingga menjadi Penyidik KPK. Tragedi penyerangan air keras terhadap Novel juga tertulis di buku itu.
ADVERTISEMENT
Zaenuddin mengungkapkan, Novel yang dikenal berani mengungkap beragam kasus korupsi, ternyata dulunya adalah anak kecil yang pendiam dan jarang bersosialisasi. Cerita itu didapat Zaenuddin dari hasil mewawancari sang ibunda, Fatimah.
"Novel masa kecilnya cenderung penakut. Anak rumahan tidak pernah bergaul kecuali dalam rumah sendiri," ungkap Zaenuddin, dalam acara diskusi dan bedah buku karyanya itu di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/12).
Namun dibalik sosoknya yang introvert, Novel kecil punya rasa kepedulian yang tinggi terhadap kondisi perekonomian keluarganya, bahkan sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Novel masa kecilnya memprihatinkan. Padahal usia SMP itu adalah usia yang belum layak kerja, dia udah kerja di bangunan (menjadi tukang bangunan),” cerita Zaenuddin.
Novel Baswedan (Foto: Antara/Monalisa)
zoom-in-whitePerbesar
Novel Baswedan (Foto: Antara/Monalisa)
Menjadi penegak hukum di Indonesia, lanjut Zaenuddin, tampaknya sudah jadi cita-cita Novel sejak kecil. Saat masih bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK), Novel kecil tampak senang setiap kali mengenakan seragam polisi (polisi cilik).
ADVERTISEMENT
"Entahlah, ini jadi kenyataan ketika Novel benar-benar jadi polisi," imbuh Zaenuddin.
Ketika mulai menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Jawa Tengah, sisi keberanian Novel mulai muncul. Lulus dari Akpol, ia berhasil mengusut kasus pencurian hutan hingga masalah perjudian saat ditugaskan ke Bengkulu.
"Dan karena prestasinya cukup baik, (Novel) diusulkan ke KPK, direkomendasikan ke KPK. Dan citranya mulai terlihat sampai sekarang. Akhirnya ia jadi seorang penyidik yang diperhitungkan," tutur Zaenudin.
Sebagai seorang Penyidik KPK, sosok Novel dinilai punya empat sifat baik dalam memberantas korupsi, sehingga membuatnya ditakuti oleh para koruptor.
“Novel memiliki sifat-sifat yang bisa menjadi dasar pemberantasan korupsi. Mulai dari kejujuran, contoh kecil waktu masuk Akpol sempat ditawari jika tidak masuk Akpol bisa dibantu dengan suap, tapi dia menolaknya," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Sikap kedermawanan, sering memberikan uang kepada fakir miskin. Kemudian sifat ketakwaan, sangat religius. Novel orang yang tidak bisa meninggalkan salat. Terakhir, sifat konsistensi dirinya,” imbuh Zaenuddin.
Untuk diketahui, selama menjadi Penyidik KPK, beberapa kasus mega korupsi yang ditanganinya antara lain korupsi simulator SIM pada tahun 2012, kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, di tahun 2013, hingga kasus korupsi megaproyek e-KTP di tahun 2017.
Turut hadir dalam acara diskusi dan bedah buku 'Biarlah 'Malaikat yang Menjaga Saya' hari ini Najwa Shihab dan Haris Azhar.