Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
‘Perang’ Alumni Pangudi Luhur buat Jokowi-Prabowo
6 Februari 2019 11:02 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Bukan anak Pangudi Luhur namanya kalau tak suka kumpul dan kongko bareng sesama alumni. Awal Januari 2019, misalnya, 10 orang alumni lintas angkatan SMA Katolik itu temu kangen di sebuah kafe di Jakarta Selatan. Mereka tak hanya bernostalgia, tapi juga mengobrol soal bisnis, otomotif, hingga—tentu saja—Pemilu Presiden 2019 yang tinggal tiga bulan lagi.
ADVERTISEMENT
Kebetulan, kesepuluh alumni Pangudi Luhur itu memiliki kesamaan pandangan politik. Mereka—yang sama-sama memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin—bertukar cerita dengan resah mengenai hoaks dan serangan yang menurut mereka marak menarget pasangan calon nomor urut 01 tersebut.
Obrolan warung kopi itu lantas berkembang ke gagasan soal tindakan konkret guna menunjukkan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf. Mereka pun mengagendakan pertemuan berikutnya untuk sesi pembahasan mendalam.
Pertengahan Januari, saat bertemu lagi, mereka masih membahas hal serupa, yakni fitnah dan hoaks yang mereka rasa menyasar Jokowi. Bedanya, kala itu salah seorang alumni membawa kaus bertuliskan ‘Berbeda tapi Bersatu’.
“Gue ada kaus nih,” ujar salah satu alumni sambil menunjukkan kaus berwarna dasar hitam.
Huruf-huruf pada bagian depan kaus yang bertuliskan ‘Berbeda tapi Bersatu’ bersiram warna putih. Namun kata “satu” diberi warna merah sebagai penegasan dukungan bagi paslon nomor urut satu: Jokowi-Ma’ruf.
ADVERTISEMENT
Kaus itu lantas laris manis bak kacang rebus, bahkan menjadi pemantik gairah dukung mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden.
Kaus ‘Berbeda tapi Bersatu’ tersebut lalu makin banyak diproduksi seiring pemasarannya yang mulai gencar disebar di grup WhatsApp alumni Pangudi Luhur. Pun meski grup WhatsApp itu tak hanya berisi alumni yang mendukung Jokowi-Ma’ruf.
Melihat kaus bernuansa politik berdesain simpel yang laku keras itu, alumni Pangudi Luhur yang lain terpicu untuk bergerak di media sosial. Mereka membuat ragam foto hingga meme dengan aneka tagar untuk menunjukkan dukungan ke Jokowi-Ma’ruf.
Tagar-tagar yang wara-wiri di medsos itu antara lain #BerbedaTapiBersatu, #AlumniPLBersatu, #AnakPLDukungYangTerbaik, #AnakPLDukungKaderBangsa, #AnakPLDukungYangLebihBaik. Riuh betul.
Tak jarang, meme para alumni Pangudi Luhur pendukung Jokowi itu berisi sindiran kepada Sandiaga Uno, calon wakil presiden nomor urut 02 yang notabene sesama alumni PL. Salah satu meme misalnya bertuliskan, “Bro, we are brothers but we are bothered.”
ADVERTISEMENT
Meme tersebut bergambar beberapa orang sedang berbaris. Mereka tampak berlari ke arah kanan, namun di sebelah kiri terlihat seorang lelaki yang tak ikut berlari melainkan memamerkan jurus silat bangau—yang identik dengan Sandiaga sejak kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Semua orang (para alumni) langsung bikin meme. Tergerak sendiri-sendiri saja, akhirnya ngumpul,” ujar Markus RA Prasetyo, seorang alumni Pangudi Luhur yang terlibat mendukung Jokowi dari awal, kepada kumparan, Kamis (31/1).
Setelah gerakan dukung capres di media sosial kian masif, lahirlah grup-grup WhatsApp baru yang dikhususkan bagi alumni PL pendukung Jokowi-Ma’ruf. Seiring jumlah pendukung yang bertambah, pertemuan makin intens digelar, hingga para alumni Pangudi Luhur pro-Jokowi sepakat menggelar deklarasi untuk Jokowi-Ma’ruf.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya benar-benar ngumpul, lalu kami rencana bikin deklarasi, karena kami merasa terpanggil,” tutur Kepra.
Sejumlah rapat lanjutan lantas menyepakati nama Alumni PL Bersatu untuk deklarasi itu, dan mendaulat Kepra menjadi Ketua Koordinator Alumni PL Bersatu.
Jadwal dan lokasi deklarasi pun diatur. Awalnya, mereka berniat menggelar deklarasi di Bogor pada akhir pekan, Sabtu 2 Februari. Namun rencana itu mundur karena Jokowi tak bisa hadir.
Akhirnya, deklarasi Alumni PL Bersatu akan digelar Rabu, 6 Februari di Energy Building, SCBD, Jakarta Selatan. Setidaknya sudah ada 702 orang yang menyatakan hadir pada acara Alumni PL Bersatu. Jumlah itu diyakini Kepra akan terus bertambah.
Alumni PL Bersatu menyatakan, mereka tak terkait dengan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf. Biaya acara deklarasi maupun pembuatan kaus, ujar Kepra, berasal dari iuran para alumni sendiri, mulai alumni angkatan 1965 sampai 2018.
Kepra tak memungkiri salah satu alumni Pangudi Luhur, Ketua Kadin Rosan Roeslani, kini menjadi Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf. Dalam Alumni PL Bersatu, menurut Kepra, Rosan bergabung dan berperan layaknya alumni lain.
ADVERTISEMENT
Rosan pula yang menjembatani alumni PL dengan Jokowi, dan mengupayakan agar sang capres petahana bersedia hadir pada deklarasi PL Bersatu.
“Kami komunikasi dengan orang-orang TKN lewat Pak Rosan,” ujar Kepra. Namun ketika dihubungi kumparan, Rosan bungkam soal perannya di PL Bersatu.
Kenapa tidak mendukung Sandiaga saja yang sesama alumni Pangudi Luhur?
Kepra mengatakan, terdapat ketidaksamaan visi antara gerakan PL Bersatu dengan Sandi. Perbedaan itu, menurutnya, sudah terasa sejak Sandi maju sebagai calon wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Kami semakin kencang menyatakan dukungan pada pasangan 01 ini karena kebetulan banyak pernyataan kawan kami ini yang enggak PL banget. Jadi kepentingan bangsa itu jauh lebih penting di atas almamaterisme,” ujar Kepra.
ADVERTISEMENT
Alumni PL Bersatu, misalnya, menganggap tidak masuk akal janji Sandi menyelesaikan berbagai masalah perekonomian dalam jangka waktu hanya tiga tahun. Selain itu, mereka menilai berbagai program infrastruktur Jokowi perlu dilanjutkan.
Belakangan, mereka menyoroti ucapan Sandi soal menjadi minoritas di bangku sekolah.
“Kenapa tiba-tiba ada isu minoritas-mayoritas dari mulut Sandi,” kata Kepra.
Akhir Januari, saat Sandi bertemu masyarakat Nasrani dan pendeta di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, ia bercerita sering mengenyam pendidikan di sekolah Kristen dan Katolik, salah satunya SMA Pangudi Luhur.
Sandi mengatakan, ia selalu diperlakukan adil meski menjadi minoritas di sekolah.
“Selama kita diperlakukan adil, tidak terasa itu minoritas dan mayoritas. Itulah visi Prabowo-Sandi. Kita pastikan negara hadir untuk memastikan seluruh umat diperlakukan adil,” kata Sandi di Karanganyar, Senin (28/1).
ADVERTISEMENT
Layaknya dua sisi mata uang, tentu saja tak semua alumni Pangudi Luhur berkubu ke Jokowi.
Adalah Francois Henry Willem Mohede atau Frans Mohede yang resah dengan gerakan masif alumni PL mendukung Jokowi. Vokalis grup Lingua yang beken era 1990-an itu berpendapat, kurang tepat jika nama besar SMA Pangudi Luhur terkesan hanya mendukung Jokowi-Ma’ruf.
Ia juga merasa kurang nyaman saat jargon ‘brotherhood’ kebanggaan PL digunakan oleh alumni pendukung Jokowi. Itu sebabnya ia kemudian berinisiatif menghubungi dua temannya sesama alumni PL angkatan 1994.
“Yuk kita iseng bikin juga. Dukung Sandi,” ucap Frans menceritakan upayanya saat ditemui kumparan di Kemang, Jakarta Selatan.
Celetukan itu sempat disangsikan kawannya, sebab mengumpulkan massa dalam waktu yang singkat bukan hal yang mudah.
ADVERTISEMENT
Frans dan dua temannya sengaja tak terang-terangan menghimpun dukungan. Mereka khawatir penggalangan suara secara terbuka dapat memicu perpecahan antarsesama alumni. Oleh karenanya mereka memilih self approach dengan menelepon satu per satu kawannya.
“Hei Bro, nanti di Pemilu lo milih 01 atau 02?” tanya Frans membuka pembicaraan lewat telepon dengan kawan-kawannya.
“Wah gila, kok lo nanya gitu sih?” Sang kawan mengira Frans melontarkan canda.
Frans lalu menjelaskan sedikit soal pandangannya. Barulah kemudian, ia menawarkan ajakan mendukung Prabowo-Sandi. Jawabannya beragam. Ada kawan yang bersedia, ada yang menolak, ada pula yang mengaku mendukung tapi tidak mau masuk ke dalam grup WhatsApp alumni pendukung Prabowo-Sandi.
Dalam upayanya menghimpun dukungan untuk Prabowo-Sandi, Frans bahkan beberapa kali salah menelepon orang. Beberapa kawan yang ia telepon ternyata malah mendukung Jokowi-Ma’ruf.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Frans berhasil menjaring sejumlah orang. Salah satunya mantan Kepala Staf Umum TNI Johannes Suryo Prabowo; dan anak Benyamin Sueb, Biem Triani Benjamin.
Johannes sebagai yang tertua di kelompok alumni PL pendukung Prabowo-Sandi lantas menginisiasi pertemuan serius di sebuah restoran di Jakarta akhir Januari. Di situ mereka mulai menyamakan visi hingga akhirnya mencetuskan nama perkumpulan ‘Bro Sandi’ yang merupakan akronim dari ‘Brotherhood for Sandi’.
Perkumpulan Bro Sandi yang baru seumur jagung telah menggaet sekitar 50 orang untuk masuk ke dalam grup WhatsApp mereka. Beberapa di antaranya adalah orang-orang dekat Prabowo-Sandi, termasuk kakak Sandiaga, Indra Uno.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dekat, Bro Sandi akan berkomunikasi dengan kelompok relawan lain dan menggelar deklarasi dukungan.
“Sandi mungkin enggak butuh kekuatan kami, karena kami kan kecil, cuma satu entitas almamater. Tapi tujuan kami cuma untuk mengkonter dan jadi balancer,” kata Frans.
Bro Sandi berencana menggelar deklarasi dukungan pada pertengahan Februari. “Kami sih lebih santai,” imbuh Frans.
Pertemuan dengan Sandi terwujud pada Sabtu (2/3) lalu. Beberapa anggota Bro Sandi ‘nyamperin’ Sandi yang tengah main basket di lapangan Pangudi Luhur. Sandi mengucapkan terima kasih atas inisiasi menggalang suara oleh perkumpulan Bro Sandi.
“Responnya dia happy dan excited banget. Karena kan berita di luar, seluruh alumni PL dukung Jokowi. Ternyata Brotherhood SMA-nya masih ada yang support dia,” tutur Frans.
ADVERTISEMENT
Gelombang deklarasi juga muncul dari Jalan Menteng Raya Nomor 64 Jakarta Pusat yang menjadi markas Kolese Kanisius, sekolah Katolik yang berdiri sejak 1927.
Sejak Desember 2018, beberapa alumni Kanisius seperti eks direktur Bukopin Irlan Suud, hingga pengacara Rimbo Bawono, mulai mengkonsolidasikan berbagai dukungan bagi Jokowi-Ma’ruf.
Inisiatif itu bermula dari banyaknya jumlah alumni Kanisius yang mendukung Jokowi. Namun mereka terserak di lima grup WhatsApp berbeda.
“Kalau tiap kelompok bergerak sendiri-sendiri, kenapa enggak digabung aja? Biar solid,” kata Rimbo Bawono yang juga Koordinator Alumni Kolese Kanisius ketika berbincang dengan kumparan, Rabu (30/1).
Sampai akhirnya mereka menggelar deklarasi dukungan, Minggu (3/2), tak jauh dari gedung sekolah Kanisius. Deklarasi itu bernama ‘Alumni Menteng 64 untuk Jokowi.’
ADVERTISEMENT
Sejumlah nama besar yang merupakan alumni Kanisius hadir dalam deklarasi tersebut. Mulai dari politikus senior Golkar Akbar Tandjung serta Ginandjar Kartasasmita; Ketua Umum Golkar sekaligus Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto; Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid, Wimar Witoelar; politikus senior PDIP yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto; hingga pengusaha yang kini menjabat Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi.
Deklarasi dukungan untuk Jokowi oleh alumni Kanisius itu juga mengundang alumni SMA lain seperti Pangudi Luhur, Tarakanita, Santa Ursula, Santa Theresia, SMA Negeri 1 Jakarta, hingga SMA Negeri 70 Jakarta.
Alumni Kanisius punya satu agenda besar, yaitu ‘JokowiKan Jakarta’. Menurut mereka, berdasarkan sejumlah survei, dukungan bagi Jokowi-Ma’ruf di ibu kota belum aman.
“Karena Kanisius (ada) di Jakarta dan banyak teman-teman di Jakarta, ya sudah kami bergerak di Jakarta,” ujar Rimbo.
ADVERTISEMENT
Membawa misi ‘JokowiKan Jakarta,’ para alumni Kanisius di Jakarta akan menggalang suara di lingkungan tempat tinggal mereka, lingkungan pergaulan, tempat kerja, hingga lingkup bisnis mereka. Suara yang ditarget ialah kalangan menengah dan terdidik ibu kota.
Deklarasi alumni Kanisius 3 Februari itu sekaligus menjadi kick off untuk berbagai deklarasi lain, termasuk deklarasi Alumni PL Bersatu serta deklarasi gabungan ‘Alumni SMA Jakarta Bersatu' yang akan digelar sepekan kemudian, Minggu (10/3), di Istora Senayan.
Ketua Deklarasi Alumni SMA Jakarta Bersatu, Ananda Abraham, memprediksi akan ada 7.000 peserta yang berasal dari 320 SMA se-Jakarta dalam deklarasi tersebut. Deklarasi gabungan alumni SMA se-Jakarta itu berawal dari obrolan saat main basket di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, akhir Desember 2018.
ADVERTISEMENT
Kala itu, sejumlah alumni SMAN 3 Jakarta, SMAN 70 Jakarta, Kanisius, Pangudi Luhur, dan Tarakanita menilai harus ada sebuah penegasan atas sikap politik mereka.
“Orang sudah malas dengan yang menakutkan. Kami ingin warga Jakarta bersatu mendukung keberlangsungan Pak Jokowi, khususnya di kalangan muda, generasi milenial,” kata Nanda yang alumni SMAN 3 Jakarta angkatan 1986 kepada kumparan.
Untuk mempermudah koordinasi, masing-masing sekolah memiliki perwakilan—yang disebut presidium—untuk menggalang dukungan lintas angkatan melalui grup WhatsApp. Presidium juga merancang sistem pendataan guna mengumpulkan alumni dari tiap sekolah, serta menjaring alumni yang belum terengkuh lewat media sosial.
Target mereka adalah alumni-alumni milenial—kalangan menengah berpendidikan. Anak-anak muda itu dinilai memiliki potensi sangat besar untuk mendulang suara. Apalagi, di antara mereka masih banyak yang belum menentukan pilihan sehingga potensial untuk dicoba digaet.
ADVERTISEMENT
Sudah tentu bukan hanya Jokowi yang menerima dukungan. Prabowo Subianto telah lebih dulu menerima dukungan dari sejumlah alumni lintas SMA pada 22 Desember 2018.
Saat itu, bertempat di Hambalang, Prabowo menerima dukungan alumni SMA Negeri 12 Jakarta, alumni SMA Negeri 8 Jakarta, alumni SMA Negeri 7 Jakarta, alumni SMA Negeri 4 Jakarta, dan Gerakan Anak Tentara Cijantung. Para alumni itu pun menyumbang dana kampanye bagi Prabowo-Sandi.
Berikutnya, Rabu (13/1), puluhan alumni lintas SMA yang tergabung dalam Kerabat 85 juga mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo-Sandi. Dukungan diberikan di Sekretariat Nasional Prabowo-Sandi, Jl. HOS Cokroaminoto Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Direktur Relawan Badan Pemenangan Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan, kubunya memang sudah lama menggalang suara para alumni SMA. Namun mereka tak gembar-gembor.
ADVERTISEMENT
“Dari awal memang sudah digarap karena kan sama teman-teman sudah sering kumpul rutin. Kita saling kenallah. Kita tahu ada SMAN 1 Budi Utomo, SMAN 3, SMAN 8, SMAN 70 Bulungan,” kata Ferry ketika ditemui kumparan di Senayan.
Meski begitu, menurut Ferry, berbagai deklarasi yang digelar merupakan murni inisiatif dari kelompok alumni lintas SMA tersebut. Hal itu tentu disambut gembira BPN Prabowo-Sandi, sebab dukungan alumni terhitung potensial menjamah pemilih dari kalangan menengah terdidik.
Senada dari kubu seberang, Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Meutya Hafid, berpendapat dukungan alumni lintas SMA akan memberi insentif elektoral. Terlebih, alumni-alumni SMA tersebut dapat menjadi instrumen dalam menggaet pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters).
“Semua elemen disasar dan kita cukup percaya diri di kalangan terpelajar, bahwa kalau pendekatannya benar, itu (undecided voters) bisa jadi bergeser kepada kita,” kata Meutya.
ADVERTISEMENT
Tak menutup kemungkinan para alumni SMA itu dapat memengaruhi adik-adik kelas mereka hingga ke para murid SMA terkait yang sudah punya hak pilih.
Tak heran suara alumni bisa jadi begitu berarti.