Pesan Ma'ruf Amin ke Ikatan Pelajar NU: Islam NU Moderat, Tidak Radikal

23 Februari 2020 21:50 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan sambutan saat membuka Festival Ekonomi Syariah Indonesia ke 6 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11).  Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan sambutan saat membuka Festival Ekonomi Syariah Indonesia ke 6 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menjadi keynote speech dalam tasyakuran harlah ke-66 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Dalam sambutannya, Ma'ruf meminta IPNU terus mewarisi nilai-nilai yang dianut NU.
ADVERTISEMENT
Ma'ruf menuturkan salah satunya adalah terus mengawal keagamaan. Selain itu dia menegaskan para Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama harus bertanggungjawab pada nilai kebangsaan dan kenegaraan.
"Islam yang dibawa NU adalah Islam yang yaitu cara berpikir yang tawassut, moderat. Moderat itu artinya tidak tekstual, tidak liberal, moderat, dan juga tidak radikal," kata Ma'ruf di Gor Sumantri, Jakarta Selatan, Minggu (23/2).
"Tetapi tidak statis, karena itu NU terus melakukan aktualisasi. Makanya disamping tawassut, tetapi juga dinamis. Walaupun dinamis tidak liberal karena NU bermanhaj," tambahnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Rakornas Indonesia Maju di Sentul, Jawa Barat, Rabu (13/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Mantan Rais Aam PBNU itu mengatakan, sebagai umat Islam jika tidak memiliki mazhab itu berbahaya. Sebab akan merusak ajaran Islam.
Ada empat mazhab yang banyak dikenal dan dianut oleh Ahlussunnah Wal Jamaah. Yakni Mazhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, dan Hambali.
ADVERTISEMENT
"Tidak bermazhab itu yang paling berbahaya karena akan merusak ajaran Islam. Karena tidak ada frame-nya, tak ada patokannya. Tetapi bukan berarti tanpa batas. Makanya NU mempertahankan mazhab, yaitu yang empat. Karena selain yang empat itu tidak bisa dipertanggungjawabkan," jelas Ma'ruf.
Mantan Ketua Umum MUI itu juga mengingatkan nilai perjuangan NU yang hingga kini harus tetap dijaga, yakni menjaga nilai ke-Indonesiaan. Sebab, pendiri NU KH Hasyim Asyari juga turut berperan besar melawan penjajah, bahkan sebelum TNI-Polri terkonsolidasi.
"Sebagai organisasi yang lahir di dalam suasana penjajahan, maka NU juga punya semangat tanggungjawab kebangsaan ke-Indonesiaan, karena itu semangat yang dibangun NU semangat Hubbul Wathon Minal Iman," tutur Ma'ruf.