Peternak Sapi Tulungagung Genjot Produksi Susu Usai Belajar di Belanda

19 Oktober 2019 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mita Kopiyah (37) peternak sapi perah asal Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mita Kopiyah (37) peternak sapi perah asal Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Senyum Mita Kopiyah (37) tampak semringah saat menjelaskan keberhasilannya sebagai peternak sapi perah asal Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Mita menjadi salah satu peternak sapi perah binaan Frisian Flag Indonesia (FFI) melalui Koperasi Bangun Lestari. Dia mengikuti program Farmer2Farmer.
Tulungagung dikenal sebagai salah satu wilayah produksi susu sapi di Jatim. Namun dalam perkembangannya, produksi susu di sana tidak mengalami peningkatan dengan baik.
Kini, peternak sapi perah di Tulungagung dapat tersenyum lega dengan mengikuti program Farmer2Farmer, seperti Mita.
Farmer2Farmer merupakan wujud nyata FFI dalam berupaya meningkatkan kesejahteraan peternak di Indonesia. Yakni dengan memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan dan pelaksanaan peternakan.
Usai diajak FFI belajar ke Belanda, peternak Tulungagung bisa tingkatkan produksi susu. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Mita memulai usahanya sejak tahun 2005. Ia melanjutkan usaha peternak dari keluarganya. Orang tua Mita berkecimpung dalam peternakan sapi potong.
Namun ia mengubah haluan dari peternak sapi potong ke sapi perah. Sebab ia dan suaminya melihat usaha itu menjanjikan.
ADVERTISEMENT
Awalnya produksi susu yang diperoleh peternakan Mita hanya 8 liter sampai 12 liter setiap ekor sapi per hari. Itu tidak cukup untuk kebutuhan keluarganya.
“Saya adalah generasi peternak sapi perah pertama di keluarga. Awalnya kami melihat saudara atau tetangga yang lebih dulu beralih menjadi peternak sapi perah, sepertinya mereka mempunyai penghasilan lebih setiap bulan. Sementara jenis sapi pedaging harus menunggu lebih lama lagi,” ujar Mita saat ditemui di rumahnya, Jumat (18/10).
Mita merupakan satu dari empat peternak yang diberangkatkan FFI ke Belanda pada 2018. Ia mengikuti berbagai pelatihan langsung dengan peternak Belanda selama dua pekan.
Usai diajak FFI belajar ke Belanda, peternak Tulungagung bisa tingkatkan produksi susu. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Di sana, Mita diajarkan manajemen kandang serta sistem pemeliharaan dengan standar ‘Good Farming Practice For Animal Production Food Safety’ yang ditetapkan oleh FAO.
ADVERTISEMENT
Standar penilaian keberhasilan usaha peternakan sapi perah menurut FAO terdiri dari beberapa aspek teknis. Yakni, aspek pembibitan dan reproduksi, pakan dan air minum, pengelolaan kandang dan peralatan, hingga kesehatan dan kesejahteraan ternak.
“Banyak pengetahuan yang didapatkan, terutama tentang kesehatan sapi, cara pemberian rumput, konsentrat dan air minum, hingga pola bentuk kandang yang tepat,” kata Mita.
Berkat pembelajaran itu, Mita kini dapat menggenjot produksi susu sapi perah miliknya. Mita kini memilki 15 sapi. Per hari kini Mita dapat memperoleh 18 bahkan 25 liter per ekor.
“Satu hal lagi yang paling penting adalah kebiasaan untuk mencatat atau diary sapi. Jadi kami tahu produksi dan perkembangan sapi setiap hari. Secara pendapatan, kami juga mengalami kenaikan bahkan saat ini, anak saya tertarik untuk melanjutkan usaha ini,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT