Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Pilgub Sumut: Pertarungan Petahana vs Menantu Eks Presiden
27 November 2024 7:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Pilgub Sumut tak kalah seru dengan daerah lainnya. Terlebih, hanya ada 2 pasangan yang maju di Pilkada 2024 ini.
ADVERTISEMENT
Keduanya punya latar belakang yang tak kalah menarik. Mereka adalah pasangan calon (paslon) nomor urut 1, Bobby Nasution-Surya dan paslon 02, Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala.
Lantas, seperti apa kekuatan kedua paslon?
Bobby Nasution-Surya
Dalam laga ini, pasangan Bobby-Surya didukung oleh 10 partai politik. Yakni Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PKS, PKB, NasDem, PPP, Perindo, dan PSI.
Bobby yang juga Wali Kota Medan itu mulanya malu-malu menyatakan diri untuk maju. Ia kerap menjawab ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota. Hingga pada Maret 2024, ia memberi sinyal akan maju.
Kala itu, saat ditanya kesiapannya untuk maju, ia menjawab “insyaallah”.
Saat itu, Bobby tidak memiliki partai. Sebab, PDIP pun sudah memecatnya karena terkait pilihan Pilpres 2024. Untuk itu, dia harus cari ‘kapal’ untuk berlayar dalam kontestasi.
ADVERTISEMENT
Hingga, pada Senin (20/5), menantu Presiden RI ke-7 Jokowi itu menyatakan dengan tegas maju menjadi cagub Sumut dengan mendaftarkan diri sebagai kader Gerindra dan menjadi cagub dari Gerindra.
Dia lalu melamar ke sejumlah partai, termasuk Golkar. Golkar saat itu masih punya Ketua DPD Golkar Musa Rajeckshah alias Ijeck yang menyatakan diri siap maju.
Akhir, Bobby dan Ijeck bertemu di Jakarta. Keduanya sepakat menerima keputusan DPP. Golkar dukung Bobby, Ijeck fokus tugas di DPR.
Golkar menyiapkan pasangan untuk Bobby, yakni Bupati Asahan dua periode, Surya. Keduanya mendaftar ke KPU dengan membawa dukungan dari 10 partai politik. Keduanya mengusung slogan Kolaborasi Sumut Berkah.
Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala
Pasangan Edy-Hasan dalam laga ini didukung oleh PDIP, Hanura, Partai Umat, Gelora, Partai Buruh, dan PKN.
ADVERTISEMENT
Edy bukan anggota partai politik.Perjalanan Edy untuk mendapatkan dukungan tak mudah. PDIP menyatakan dukungan pada Sabtu (10/8) atau satu pekan menjelang pendaftaran ke KPU.
Meski begitu, sebelumnya Edy sudah yakin ia akan diusung oleh partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu. Kode keras ia berikan saat bendera Hanura dan PDIP berkibar di rumah pemenangannya.
Sebelumnya, Edy yakin pula bahwa PKS akan mendukungnya. Apalagi, di Pilpres lalu, Edy merupakan Ketua Tim Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung oleh PKS.
Selain itu, PDIP dan PKS juga sempat bertemu. Mereka memberikan kode-kode untuk berkoalisi mulai dari hati bergetar hingga taplak meja di kantor PKS Sumut yang berwarna merah yang identik dengan PDIP.
Namun, PKS justru memberikan dukungan untuk Bobby.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, wakil Edy, Hasan juga ditentukan di menit-menit akhir. Saat itu, Hasan merupakan staf ahli Menteri Agama.
Soal kesiapan Hasan ini maju ternyata sempat ramai. Sebab, Hasan disebut-sebut dipecat dari jabatannya.
“Hasan Sagala telah mencalonkan diri sebagai calon wakil Gubernur Sumatera Utara tanpa izin dari Menteri Agama selaku atasan langsung. Sehingga, secara aturan tidak ada pilihan selain memberikan sanksi tegas diberhentikan dari jabatannya,” kata Juru Bicara Kemenag, Anna Hasbie, lewat keterangan tertulis, Selasa (27/8).
Sementara, Hasan mengakui bahwa ia mengundurkan diri. Jadi, bukan dipecat. Ia bahkan percaya diri dengan berani menunjukkan seluruh berkas kemunduran dirinya.
"Saya sebelum penetapan (oleh parpol menjadi wakil Edy di Pilgub Sumut) telah mengajukan surat pengunduran diri ya," kata Hasan di RSUP Adam Malik, Jumat (30/8).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Hasan juga mundur dari Nahdlatul Ulama (NU). Sebelumnya, ramai disebut-sebut ia mundur lantaran GP Ansor tidak mendukungnya untuk menjadi wakil Edy.
“Semua kader NU yang maju jadi caleg, cakada sesuai dengan peraturan perkumpulan ormas NU wajib mengundurkan diri,” kata Hasan usai menjalani tes kesehatan di RSUP Adam Malik Medan, Jumat (30/8).
“Saya melaksanakan itu, patuh dan taat kepada AD/ART,” sambungnya.
Pertarungan Bobby Vs Edy
Sejak awal penetapan nomor paslon oleh KPU, kedua paslon ini sudah saling melempar sindiran. Salah satunya adalah soal jalan rusak.
Mulanya, Bobby dalam sambutannya menyinggung soal jalan rusak di Sumut. Katanya, bila perjalanan Aceh-Sumatera Barat, saat di Sumut akan ketahuan. Sebab, jalannya bikin kepala benjol.
ADVERTISEMENT
Lalu, soal itu, Edy pun langsung merespons. Menurutnya, jalan rusak di Sumut yang dimaksud adalah tanggung jawab Pemerintah Pusat alias tanggung jawab Presiden yang saat itu menjawab yang juga mertua Bobby. Kata Edy, tanggung jawab ‘Mulyono’. Mulyono memang dikaitkan dengan nama kecil Jokowi.
Lalu, selama masa kampanye, keduanya juga sempat saling menyindir. Edy membahas soal Mulyono, private jet, hingga blok Medan.
Sementara, Bobby menyindir Edy yang dinilai lempar tanggung jawab soal jalan rusak.
Dalam tiga debat yang digelar KPU, suasana juga makin panas. Di debat perdana yang digelar Rabu (30/11) lalu, Edy dan relawannya hadir dengan membawa orang berkostum pocong.
Kostum pocong ini dinilai menyindir Bobby yang punya proyek gagal lampu pocong Rp 21 M.
ADVERTISEMENT
Yel-yel menyerang Bobby juga muncul soal banjir di Kota Medan yang dinilai tak berhasil diselesaikan.
Selain itu Hasan, juga menyindir wakil Bobby, Surya, lantaran jalan di Asahan masih rusak. Padahal jalan tersebut dekat dengan kantor Surya.
Sementara itu, Bobby menyindir Edy yang dinilai lebih memilih membeli Medan Club Rp 400 M untuk perluasan kantor Gubernur dibanding membuat program kesehatan.
Di debat kedua pada Rabu (6/11), suasana juga panas saat keduanya membahas soal pengadaan bus listrik di Kota Medan. Edy bilang tak efektif dan penggunanya masih rendah.
Apalagi, saat proses pengadaannya, Bobby dinilai langsung terjun ke pusat lantaran mertuanya Presiden.
Lalu, Bobby menjawab lagi, katanya pengadaan bus itu dilakukan dengan kerja sama investor alias swasta.
Debat panas ini bahkan terbawa hingga akhir debat. Di momen pembubaran usai acara, kericuhan terjadi. Mobil Bobby dilempari batu, sementara Edy dan relawannya dilempar botol. Insiden ini kemudian berujung saling lapor. Namun, berakhir dengan cabut laporan.
ADVERTISEMENT
Di debat terakhir, Rabu (13/11), kedua paslon juga masih terlibat debat panas. Edy menyebut Bobby kerap “potong kompas” ke pusat terkait kerja-kerja proyek Medan.
Padahal menurut Edy, harusnya Bobby melapor ke dirinya selaku Gubernur Sumut saat itu.
Lalu, Bobby kembali menyindir Edy yang pernah minta dibantukan untuk bertemu menteri.
Di momen ini, Hasan Basri juga kuat menyerang Bobby dan Surya. Ia menyinggung mulai dari cawe-cawe yang dilakukan aparat, private jet, hingga blok Medan.