Pilot Papua yang Ditangkap Kasus Senpi Ilegal Sekolah Penerbangan di Filipina

12 Januari 2023 11:16 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anton Gobay, pilot WNI yang ditangkap polisi Filipina atas kepemilikan senjata. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Anton Gobay, pilot WNI yang ditangkap polisi Filipina atas kepemilikan senjata. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Polri berkoordinasi dengan kepolisian Filipina masih terus mengusut kasus kepemilikan senjata ilegal yang melibatkan pilot WNI asal Papua, Anton Gobay.
ADVERTISEMENT
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, Anton pernah mengenyam pendidikan di sekolah penerbangan.
"Didapatkan informasi bahwa AG pernah mengenyam pendidikan penerbang di perusahaan Asia Aviation Academy (AAA) dari tahun 2015 dan lulus tahun 2018," ujar Dedi dalam keterangannya, Kamis (12/1).
Anton Gobay, pilot WNI yang ditangkap polisi Filipina atas kepemilikan senjata. Foto: Dok. Istimewa
Setelah lulus, lanjut Dedi, belum diketahui pasti aktivitas yang dilakukan Anton selama ini. Namun saat dia ditangkap oleh kepolisian Filipina ditemukan adanya tanda pengenal dari salah satu maskapai.
"AG setelah lulus dari sekolah tersebut belum diketahui aktivitasnya sampai dengan tertangkapnya baru ditemukan adanya ID bahwa AG pernah bekerja di perusahan maskapai Topflite," jelas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi menjelaskan, saat ini pihaknya masih terus melakukan joint investigation dengan polisi Filipina mengusut kasus itu.
Anton Gobay, pilot WNI yang ditangkap polisi Filipina atas kepemilikan senjata. Foto: Dok. Istimewa
"Semua masih berproses oleh otoritas kepolisian Filipina dan tim dari Mabes untuk laksanakan joint investigasi kepemilikan senpi illegal," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Anton Gobay sebelumnya ditangkap oleh dua orang WN Filipina pada Sabtu (7/1) lalu atas kepemilikan senjata api.
Dari hasil pemeriksaan, dia memiliki 10 senjata laras panjang jenis M4 kaliber 5,56 mm dan 2 pucuk senjata api laras pendek jenis Ingram dengan kaliber 9 mm. Seluruh senjata itu dimiliki Anton tanpa amunisi.
Kepada polisi, Anton mengaku akan membawa senjata tersebut ke Papua dalam rangka mendukung kegiatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Saat ini tim dari Polri yang berjumlah 8 orang terdiri dari Divhubinter, Bareskrim, dan Baintelkam tengah berada di Filipina untuk melakukan joint investigation mengusut kasus yang melibatkan Anton itu.