Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM ) Sebby Sambom menyatakan bahwa pihaknya—yang disebut pemerintah Republik Indonesia sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB )—hanya menyandera pilot Susi Air , Captain Philip Mehrtens, yang berkewarganegaraan Selandia Baru.
Pilot saat ini dibawa menuju markas pusat TPNPB di wilayah pegunungan Nduga yang memiliki medan terjal dan minim sinyal komunikasi.
Menurut Sebby, Captain Philip langsung dibawa naik ke markas begitu pesawat Susi Air Pilatus Porter SI 9368 yang ia kemudikan dibakar TPNPB di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, Selasa pagi (7/2).
Sebby menjamin pilot masih hidup dan tengah berjalan bersama rekan-rekannya. Namun, ia belum bisa membagikan foto atau video kondisi terkini pilot karena rombongan TPNPB belum sampai di markas.
“Semua ponsel dimatikan karena kami diikuti… Perjalanan ke markas makan waktu 3–4 hari. Minggu depan baru sampai,” kata Sebby kepada kumparan via komunikasi virtual, Kamis (9/2).
Sebby sendiri tidak ikut dalam rombongan rekan-rekannya yang membawa Captain Philip ke markas pusat TPNPB. Ia berada di perbatasan Papua-Papua Nugini dan bertukar kabar dengan rekan-rekannya di pegunungan lewat jalur komunikasi khusus.
“Panglima Kodap III Ndugama (Egianus Kogoya) berkabar lewat audio khusus yang dia kirim. Dia sampaikan ke saya, ‘Kakak Jubir, saya bawa sandera ini (Captain Philip) dari Paro ke Markas Kodap III Ndugama-Derakma,’” ujar Sebby menirukan Kogoya.
Ia menegaskan, pilot tidak akan dilepas sampai tuntutan TPNPB-OPM dipenuhi, yakni Indonesia pergi dari Papua.
“Pilot Selandia Baru itu akan selamanya tinggal bersama kami sampai Papua merdeka… Kami akan minta dia kasih kami pendidikan di hutan, misal cara menerbangkan pesawat,” tutur Sebby.
Namun, ia tak bisa menjamin nyawa pilot akan terus terjaga bila tuntutan TPNPB tak dipenuhi, sebab rekan-rekannya di lapangan punya perhitungan sendiri.
TPNPB saat ini sedang menyiapkan surat resmi kepada pemerintah Selandia Baru di Wellington untuk mengabarkan soal kondisi pilot mereka. Namun, surat tersebut baru akan dikirimkan setelah Captain Philip tiba di markas TPNPB.
Meski membuka komunikasi dengan Wellington, TPNPB tidak berniat bicara dengan pemerintah RI dan menyebut Jakarta sebagai “musuh”.
“Kami bukannya benci orang Indonesia, tapi kami benci Jakarta yang kepala batu,” sahut Sebby.
Menurutnya, berkali-kali TPNPB menyatakan bahwa wilayah Nduga—yang disebut OPM sebagai markasnya sekaligus wilayah perang—terlarang untuk dilintasi penerbangan sipil.
“Kalau berani masuk, ya kami tembak jatuh atau bakar pesawatnya atau sandera pilot atau bunuh pilot,” ujar Sebby sambil mengingatkan akan peristiwa penembakan pesawat SAM Air di Bandar Udara Kenyam, Nduga, oleh TPNPB pada 7 Juni 2022.
Hampir tiap tahun terjadi insiden yang menimpa pesawat perintis di Papua. Susi Air pun bukan kali pertama ini diadang TPNPB.
Pada 12 Maret 2021, pesawat Susi Air yang dipiloti John Terrence Hellyer—juga warga negara Selandia Baru—pun disandera TPNPB di lapangan terbang Distrik Wangbe, Kabupaten Puncak, Papua.
Namun, ketika itu pilot dan ketiga penumpangnya akhirnya dibebaskan hanya dalam beberapa jam.
TPNPB-OPM meminta pemerintah Indonesia untuk tidak mencoba memasuki wilayah Nduga, termasuk dengan membangun puskesmas atau rumah sakit.
“Jika kepala batu datang, masuk, bikin jalan, gedung-gedung, sekolah, itu artinya bagian dari upaya untuk mengamati kami (TPNPB). Maka kami punya hak untuk menghilangkan mereka demi menyelamatkan wilayah kami dari ancaman,” kata Sebby.
Namun, ia membantah pihaknya sempat menyandera penumpang Susi Air yang dipiloti Philip pada 7 Februari 2023 kemarin. Menurutnya, lima penumpang dari Timika yang turun di Paro sama sekali tidak disandera karena mereka warga setempat.
“Mereka tidak jadi target karena memang penduduk asli yang pulang ke rumah,” ujar Sebby.
Sebanyak 15 pekerja bangunan puskesmas yang kini telah dievakuasi pasukan gabungan TNI-Polri juga disebut Sebby tidak pernah disandera TPNPB.
Ucapan Sebby tersebut tak berbeda jauh dengan keterangan Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri bahwa para penumpang pesawat Susi Air tidak disandera, baik 5 orang yang turun di Paro maupun 15 pekerja bangunan puskesmas yang hendak naik dari Paro.
Kelima belas pekerja bangunan itu diamankan warga setempat, kemudian dievakuasi tim gabungan TNI-Polri.
“Mereka tidak pernah disandera. Semua diamankan oleh pendeta di Paro, dan sekarang sudah di Timika,” kata Mathius di Jakarta, Rabu (8/3).
Amnesty International mengecam pembakaran pesawat Susi Air dan penyanderaan terhadap pilotnya.
“Kami mengecam keras serangan terhadap warga dan objek sipil di Papua. Kami mendesak agar pilot segera dibebaskan dalam keadaan selamat,” ujar Direktur Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid.
Kecaman senada dikeluarkan oleh Komnas HAM yang menyesalkan peristiwa kekerasan yang belakangan terkesan meningkat di Papua.
“Kami mengecam tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil dan penggunaan kekerasan terhadap fasilitas-fasilitas umum—membakar dan menembak pesawat, membakar pasar. Ini merugikan masyarakat Papua yang seharusnya dapat menikmati pelayanan publik,” tegas Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro kepada kumparan.
Sementara hingga kini, pasukan Polri dan TNI yang tergabung dalam Operasi Damai Cartenz masih mencari keberadaan pilot Susi Air, Kapten Philip.
Live Update