Platform Digital di Kebun Sawit Asian Agri, Rekam Data Jadi Lebih Efisien

26 November 2024 15:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang operator mencatat Tandan Buah Segar (TBS) yang akan diangkut ke pabrik. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang operator mencatat Tandan Buah Segar (TBS) yang akan diangkut ke pabrik. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Sejak ratusan tahun yang lalu, industri perkebunan masih identik dengan pengelolaan dan sistem manajemen yang dilakukan secara manual, menggunakan tenaga manusia dan belum tersentuh teknologi. Namun, tidak demikian dengan perkebunan kelapa sawit milik Asian Agri.
Asian Agri sebagai salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah melalui perkebunan yang dikelola secara berkelanjutan sudah meluncurkan platform digitalnya yakni Asian Agri Connected Plantation (AACP).
Inisiatif digital ini bertujuan untuk membantu operasional perkebunan kelapa sawit berkelanjutan untuk mencapai kualitas yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dengan biaya yang tetap kompetitif.
Secara umum inisiatif digital ini menyentuh aspek produksi, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan berbagai aktivitas di lapangan seperti panen, pengangkutan buah, perawatan, hingga manajemen hama dan penyakit jika diperlukan.
Penerapan AACP sudah dijalankan di level Pekerja hingga Supervisi; perusahaan membekali mereka dengan smartphone yang sudah dilengkapi dengan software atau aplikasi khusus untuk merekam data-data operasional, sesuai aktivitas pekerjaan masing-masing.

Proses Panen Buah Kini Lebih Efisien

Setiap panen tiba, kerani buah akan mengunjungi Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) untuk menghitung serta memeriksa kematangan Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dipanen, mereka juga akan memberi cap pada pangkal TBS sebagai identifikasi pemeriksa. Hasil pemeriksaan ini akan direkam ke aplikasi yang sudah tersedia dalam masing-masing smartphone.
Pencatatan data panen menggunakan Connected Plantation. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Seperti yang dilakukan kerani buah bernama Ramli Ginting. Pada saat kumparan berkunjung ke kebun inti Asian Agri, 5 Juni 2024 lalu, Ramli saat itu sedang mendata TBS yang baru saja dipanen.
Pencatatan kualitas TBS dilakukan berdasarkan kriteria kematangan panen, (masak, mentah, terlalu matang, atau janjangan kosong). Selain memeriksa kematangan dan menghitung jumlah Tandan Buah segar, dia juga mendata jumlah brondolan–buah sawit yang lepas dari tandannya–yang diletakkan dekat dengan TBS. Pemanen harus meletakkan brondolan di atas terpal atau karung dan ditumpuk dengan berat masing-masing tumpukan 5 kilogram.
TBS yang telah dicek oleh kerani buah akan didatangi oleh sopir untuk selanjutnya diangkut ke Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Sebelum diangkut, sopir juga harus menghitung dan merekam jumlah TBS ke aplikasi pada smartphone yang sudah disediakan perusahaan.
Sementara itu, selain mengawasi pemanen, mandor panen juga bertanggung jawab untuk perencanaan panen keesokan harinya. Perencanaan itu didasari pada sensus Angka Kerapatan Panen (AKP), dimana data yang dimasukkan smartphone ke dalam aplikasi akan menentukan di mana blok yang akan dipanen, berapa pemanen yang akan dipekerjakan, hingga berapa truk yang akan digunakan untuk mengangkut.
Sore hari setelah beraktivitas, para pekerja dan/atau supervisi akan mengunggah data-data yang sudah direkam melalui kantor kebun sehingga data-data tersebut akan tersedia untuk diakses dari kantor pusat maupun kantor kebun pada keesokan harinya.
Ketersediaan data yang cepat dan akurat akan sangat membantu manajemen kebun dalam menganalisa serta mengidentifikasi masalah, melakukan perencanaan, melakukan tindakan perbaikan atau pencegahan dengan lebih cepat dan tepat.

Baik di Kebun, Baik di Pabrik

Selain platform digital untuk perkebunan, teknologi serupa juga diaplikasikan di Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Asian Agri yang disebut dengan Asian Agri Connected Mill (AACM) mulai dari pengaturan antrian, sortasi TBS luar, inventarisasi stok, proses kontrol sampai dengan pengiriman produk keluar dari pabrik sudah digitalisasi. Selain itu, program perawatan mesin juga menjadi salah satu fokus program digitalisasi Asian Agri.
Menurut Deputy Head of Digital Transformation Asian Agri, Marjan Purba, platform digital yang digunakan, baik itu AACP untuk kebun maupun AACM untuk pabrik, sama-sama bertujuan untuk membantu operasional dalam mencapai kualitas yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dengan biaya yang tetap kompetitif.
Proses scan suhu mesin ke dalam sistem aplikasi di pabrik Asian Agri. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Digitalisasi di kebun dan pabrik, kata Marjan, memiliki tantangan tersendiri. Selain area manajemen kebun yang sangat luas, proses adaptasi para pekerja menggunakan aplikasi juga memakan waktu.
“Ya, saya kira tantangan di awal penerapan tahun 2016, mau upload data pun mereka (para pekerja) takut salah. Kini, saya kira sudah semakin kurang atau tidak signifikan lagi,” kata Marjan.
Dari segi waktu, penerapan digitalisasi membuat proses pencatatan operasional di kebun jadi lebih efisien. Sebelumnya, para pekerja harus pulang larut malam karena masih harus merekap data hasil pencatatan di lapangan.
Selain itu, potensi kesalahan data akibat pencatatan ulang dari satu buku ke buku lain juga bisa teratasi sehingga akurasi data akan lebih tinggi. Kualitas data akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan atau suatu tindakan.
“Asian Agri terus menerus mencari peluang atau mengeksplor teknologi yang berpotensi bisa kita adopsi di lapangan dengan tujuan yang sudah saya sampaikan tadi, yaitu menciptakan produk-produk terbaik dari setiap kegiatan operasional melalui penerapan quality, productivity, dan cost (QPC),” ujar Marjan.