Pocong Viral Jaga Desa di Sukoharjo, Jateng, Curi Perhatian Dunia

15 April 2020 16:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan Deri Setyawan, 25, dan Septian Febriyanto, 26, duduk di bangku dengan memakai kostum pocong. Foto: REUTERS / STRINGER
zoom-in-whitePerbesar
Relawan Deri Setyawan, 25, dan Septian Febriyanto, 26, duduk di bangku dengan memakai kostum pocong. Foto: REUTERS / STRINGER
Pocong viral asal Sukoharjo, Jawa Tengah terus mencuri perhatian media asing. Sebelumnya, kedua pocong itu hanya menjadi pemberitaan di media Korea Selatan, MBC dan JTBC.
Terbaru, pocong-pocong itu baru saja diliput oleh media daring asal Timur Tengah, AJ+. Unggahan di Twitter dari media daring milik grup Al Jazeera Media Network itu pun ramai menjadi perbincangan warganet.
"Hantu ini menakut-nakuti orang kembali ke rumah mereka untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 di Indonesia," dikutip dari AJ+ dalam keterangan videonya, Rabu (15/4).
Tak hanya AJ+, kisah pocong viral itu juga diangkat reuters, sebuah kantor berita yang bermarkas di London, Inggris.
Di sana berita soal pocong itu ditulis dengan judul 'Hantu mencoba menakuti orang-orang di jalanan saat virus corona di Indonesia'. Isinya tentu saja seputar cerita pocong viral itu.
Sebelumnya, Anjar Panca, salah satu tokoh pemuda di Desa Kepuh, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jateng mengatakan pocong-pocong itu dipensiunkan karena dianggap tak efektif untuk menakuti warga.
Pocong-pocong itu dibuat untuk menakuti warga agar berdiam diri di rumah. Namun, usai pocong-pocong itu viral warga malah berkerumun di lokasi sekitaran pocong itu berada.
Setelah media Korsel, kini berbagai permintaan wawancara terus mengalir masuk ke Anjar. Tercatat, media-media dari berbagai negara seperti dari Spanyol, China, serta Singapura silih berganti menghubunginya untuk wawancara soal pocong itu.
"Minggu ini yang udah kontak dari media dari Jerman sama Filipina," ujar Anjar kepada kumparan, Rabu (15/4).
Kini pocong itu kembali dibuat. Namun, fungsinya tak lagi untuk menjaga desa. Lokasi pocong-pocong itu 'bermain' juga bukan di tempat mereka viral sebelumnya. Pocong-pocong itu kembali dibuat untuk kepentingan wawancara dan membuat konten di YouTube.
"Kami bikin konten YouTube. Tapi (video) belum sempat diunggah," ujar Anjar.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!